Unsur Pengetahuan dalam Taubat
Unsur Pengetahuan dalam Taubat
- Unsur atau faktor dalam taubat itu adalah unsur
pengetahuan. Yang tampak dalam pengetahuan manusia akan kesalahannya dan
dosanya ketika ia melakukan kemaksiatan kepada Rabbnya, serta matanya terbuka
sehingga ia dapat melihat kesalahannya itu, melepaskan sumbatan dari telinganya
sehingga ia dapat mendengar, dan mengusir kegelapan dari akalnya sehingga ia
dapat berpikir, dalam setiap kesempatan kembalinya diri kepada fithrahnya. Saat
itu ia akan mengetahui keagungan Rabbnya, kemuliaan maqam-Nya dan kebesaran
hak-Nya. Juga mengetahui kekurangan dirinya, mengapa ia mengikuti syaitan,
serta kerugiannya yang jelas di dunia dan akhirat jika ia terus berjalan
mengikuti perilaku Iblis dan tentaranya.
Saat itu,
manusia butuh untuk memusatkan pikirannya, menggunakan akalnya, serta merenungi
dengan dalam tentang dirinya dan apa yang berada di sekelilingnya, nilai-nilai
yang ia miliki, perjalanan dirinya, akhir perjalanannya kemana, makna
kehidupannya, kematian dan apa setelah kematiannya, tentang ni'mat Allah yang
demikian besar baginya, sikapnya terhadap ni'mat-ni'mat itu, tentang ni'mat
Allah yang terus turun kepadanya, dan kejahatan dirinya akan dilaporkan kepada
Allah. Allah SWT akan menghidupkan cintanya dengan memberikan ni'mat kepadaanya
walaupun Allah SWT tidak butuh kepadanya. Ia mendorong kemarahan Allah dengan
melakukan maksiat, sedangkan ia adalah orang yang amat membutuhkan Allah, dan
Allah tidak menutup pintu-Nya bagi hamba-hambaNya, meskipun mereka telah
melampaui batas terhdap diri mereka sendiri, dan Allah terus memanggil mereka:
"Janganlah
kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa
semuanya". (QS. az-Zumar: 53)
Kesadaran jiwa
adalah pangkal pertama bagi bangunan taubat. Dialah yang akan mendorong hati
untuk menyesal, kemudian bertekad untuk meninggalkan dosa itu, lidahnya
beristihgfar, kemudian tubuhnya mencegah dari melakukan dosa itu.
Inilah yang
diperingatkan oleh Al Quran dalam firman Allah SWT:
"Dan orang
-orang yang telah diberi ilmu, meyakini bahwasanya Al Qur'an itulah yang hak
dari Tuhanmu lalu mereka beriman dan tunduk hati mereka kepadanya" (QS.
al Hajj: 54.). Dengan runtutan ini yang ditunjukkan oleh hurup sambung
"fa".
Yang pertama
adalah pengetahuan, yang dengannya manusia mengetahui bahwa kebenaran adalah
dari Rabb mereka. Dan itu akan menyebabkan mereka mengimaninya. Dengan
demikian, ilmu pengetahuan adalah petunjuk dan pemimpin keimanan. Kemudian
keimanan itu akan mengantarkan pada ketundukan dan khusyunya hati.
Allah SWT
berfirman tentang sifat kaum muttaqin:
"Dan (juga)
orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri
sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampunan terhadap dosa-dosa
mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? - Dan
mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui". (QS.
Ali Imran: 135)
Mereka itu
menyebut Allah, dan meminta ampunan dari dosa mereka kepadaNya. Istighfar itu
terjadi akibat dzikir atau mengingat Allah SWT. Dan dzikir di sini adalah suatu
macam pengetahuan. Karena yang dimaksud di sini bukan dzikir dengan lidah,
seperti disangka orang. Namun ia adalah kebalikan dari lupa dan kealpaan. Dan
ia adalah bagian dari macam-macam pengetahuan. Seperti firman Allah SWT:
"Dan
ingatlah kepada Tuhanmu jika kamu lupa." (QS. al Kahfi: 24)
Ilmu pengetahuan
dalam Islam didahulukan dari keadaan jiwa dan perbuatan tubuh. Oleh karena itu,
tidak aneh jika ayat yang pertama diturunkan dalam Al Quran adalah:
"Bacalah
dengan nama Tuhan-mu yang telah menciptakan." (QS. al 'Alaq: 1)
dan membaca
adalah kunci ilmu pengetahuan.
Imam Al Bukhari
berkata dalam shahihnya: bab: "Ilmu sebelum beramal". Ia berdalil
dengan firman Allah SWT:
"Maka
ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan (Yang Haq) melainkan Allah dan
mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang Mu'min, laki-laki dan
perempuan". (QS. Muhammad: 19)
Maka di sini
didahulukan perintah untuk berilmu dari perintah untuk beristighfar.
Al Qusyairi
berkata dalam kitabnya "Risalah Qusyairiah": taubat yang pertama
adalah: bangunnya hati dari kelalaian, serta sang hamba melihat kondisi yang
buruk akibat dosa yang ia poerbuat. Dan itu akan mendorongnya untuk mengikuti
dorongan hati nuraninya agar tidak melanggar perintah Allah SWT. Karena dalam
khabar disebutkan: "penasehat dari Allah SWT terdapat dalam hati setiap orang
muslim". (Hadits diriwayatkan oleh Ahmad dari An Nuwas bin Sam'an). Dan
dalam khabar:
"Sesungguhnya
di dalam tubuh terdapat segumpal daging, jika ia baik maka baiklah seluruh
tubuh, dan jika ia rusak maka rusaklah seluruh tubuh, ketahuilah itulah hati".
(Hadits muttafaq alaih dari Nu'man bin Basyir).
Jika hatinya
merenungkan keburukan perbuatannya, serta ia menyadari dosa-dosa yang ia
perbuat itu, niscaya daam hatinya akan terdetik keinginan untuk bertaubat, dana
menjauhkan diri dari melakukan tindakan-tindakan yang buruk itu. Kemudian Allah
SWT akan membantunya dengan menguatkan tekadnya itu, melakukan tindakan
koreksional atas dosa-dosanya, serta melakukan perbuatan-perbuatan yang
seharusnya dalam bertaubat. (Risalah Qusyairiah dengan tahqiq Dr. Abdul Halim
Mahmud, dan Dr. Mahmud bin Syarif, (juz 1/ 254, 255))
0 Response to "Unsur Pengetahuan dalam Taubat"
Post a Comment
Terimah Kasih Telah Berkunjung Ke blog yang sederhana ini, tinggalkan jejak anda di salah satu kolom komentar artikel blog ini! jangan memasang link aktif!