Dr Hidayat Nur Wahid: Ajakan Kufur Dilakukan Secara Persuasif
Sebetulnya kalau dari situ, tidak ada. Dalam hal taklif, antara
manusia dengan jin itu sama saja yakni mengabdi kepada Allah SWT. Hanya saja,
di antara keduanya mempunyai perbedaan ruang dan waktu. Kalau yang lain-lain,
seperti komunitas, ya, sama. Jin itu ya, kawin dan lain sebagainya. Sebagaimana
manusia, jin juga punya potensi untuk menjadi baik atau buruk. Oleh karena itu
ada jin yang Muslim ada juga yang kafir, sebagaimana halnya manusia. Jadi, di
hadapan Allah tak ada bedanya. Kalau bicara soal potensi keburukannya, saya
kira hampir sama dengan manusia. Semua itu amat bergantung pada individunya.
Hanya saja, sampai kini tak informasi yang lebih detil mengenai jin kecuali
dalam batas-batas seperti itu.
Bagaimana hubungannya dengan manusia?
Ya, bisa saja antara jin dan manusia itu berhubungan. Tentu saja ada cara-cara
khusus untuk itu. Meski begitu, ada satu hal yang perlu dicermati yakni ada
wilayah-wilayah yang sangat riskan, ketika seseorang melakukan interaksi dengan
jin. Sebab, manusia juga akan mengalami kesulitan untuk membedakan apakah jin
yang bersangkutan itu benar-benar Muslim atau tidak. Bisa saja, jin yang kafir
atau musyrik itu mengaku Muslim ketika berhubungan dengan manusia. Di sinilah
yang saya maksud ada wilayah yang sangat riskan.
Bisa jadi, interaksi itu justru memunculkan istidroj. Secara tidak sadar dan
perlahan sekali, jin itu melakukan tipu muslihat untuk menyeret manusia ke arah
musyrik atau kufur. Di sinilah yang perlu dicermati betul. Menurut salah
seorang ulama, Imam Az-Zarji, jin itu punya keahlian untuk memanipulir
keinginannya guna mengajak kekufuran. Secara perlahan, jin akan mengikuti alur pikiran manusia
sesuai dengan tingkatan dan kesukaannya. Jadi, ajakan kufur jin itu tidak
dilakukan secara langsung, melainkan persuasif. Di sinilah letak bahayanya.
Bagaimana hukumnya berhubungan dengan jin?
Mubah saja. Tapi ada beberapa hal yang perlu diwaspadai dan harus berhati-hati
ketika berhubungan dengan jin. Sebelum memutuskan untuk melakukan interaksi
dengan jin, harus dihitung betul-betul manfaat dan madhorotnya. Sebab, kalau
seseorang sudah terjebak dalam lingkaran jin, justru akan mengalami kesulitan
untuk melepaskan diri. Di samping itu, juga bukan pekerjaan mudah untuk mendeteksi
perilaku jin. Kalau tidak hati-hati, bisa-bisa seseorang itu akan keluar dari
orbit keimanan. Biasanya, kalau seseorang itu lebih banyak berdekatan dengan
jin akan muncul perilakunya yang aneh-aneh dan cenderung asosial.
Apakah diperbolehkan minta tolong kepada jin?
Kenapa harus minta tolong kepada jin? Apakah jin yang dimintai tolong itu
Muslim atau bukan? Ini juga persoalan tersendiri. Kalau jin, jelas mau saja,
kalau dimintai tolong. Biasanya, pada tahap tertentu, jin itu mau saja dimintai
tolong. Nanti, lama kelamaan, jin akan memberikan persyaratan-persyaratan
tertentu kepada manusia sehingga tak mampu menolak. Bagaimana kalau
persyaratannya itu justru mengarah kepada kekufuran atau kemusyrikan?
Apakah berhubungan dengan jin itu bisa menyebabkan seseorang jadi musyrik atau
kafir?
Justru di situlah yang saya khawatirkan. Bisa saja itu jadi penyebab
kemusyrikan atau kafirnya seseorang. Ada kaidah dalam fikih yang intinya;
''sesuatu yang menyebabkan keharaman itu juga dianggap haram''. Demikian halnya
dengan kemusyrikan. Memang, Rasulullah SAW sendiri pernah bertemu dengan jin,
tapi intensitasnya sangat kecil dan beliau juga melarang untuk dikembangkan.
Untuk memenangkan peperangan, Rasul juga tidak minta tolong kepada jin.
Apa komentar Anda mengenai berita-berita yang mengatakan bahwa banyak kiai
memanfaatkan jin?
Belum tentu berita itu benar adanya. Jadi kita sendiri juga harus hati-hati.
Memang, dalam komunitas pesantren itu ada istilah khadam atau pembantu.
Biasanya yang jadi khadam itu juga santri itu sendiri, tapi ada juga rumor kiai
tertentu punya khadam jin. Tapi saya perlu mengingatkan bahwa saya tidak dalam
kapasitas menghukumi para kiai. Saya juga tidak menuduh para kiai itu musyrik
atau kafir, naudzubillah min dzalik. Jadi, kita sendiri memerlukan sikap yang
arif dan hati-hati untuk menuduh apalagi menghukumi seseorang itu musyrik atau
kafir. Jangan terlalu sembrono dan mudah menuduh orang. Sebab, biasanya orang
yang suka minta tolong jin itu justru orang yang awam.
Bagaimana kalau jin dimintai tolong untuk menagih utang, misalnya?
Kata 'minta tolong' itu juga perlu didefinisikan dengan benar. Kalau batas yang
wajar, saya kira tidak apa-apa sebagaimana manusia minta tolong temannya untuk
mendorong mobil atau yang lain. Tapi kalau permintaan itu justru membahayakan
diri sendiri, seperti membawa konsekuensi kemusyrikan atau kekufuran, justru
harus diwaspadai. Apalagi kalau sudah menganggap bahwa jin itu adalah sumber
kekuatan atau kebenaran, jelas ini sudah tak bisa ditolerir lagi.
Sebab, kalau sudah bicara soal sumber kekuatan, itu sudah memasuki wilayah
tauhid dan hanya Allah yang merupakan sumber kekuatan. Ini jelas tergambar
dalam kalimat La haula wala kuwata illah billah. Oleh karena itu perlu
kehati-hatian tersendiri sebelum memutuskan untuk melakukan hubungan, apalagi
meminta bantuan jin untuk mengerjakan pekerjaan-pekerjaan manusia. Jangan
sampai kita terjebak oleh ketergantungan terhadap jin. Sebab, jin itu sangat
pandai membuat jebakan agar manusia bergantung kepadanya, setelah itu baru
manusia diarahkan ke arah yang negatif.
Kalau untuk menagih, kenapa kita repot-repot bikin bank, utang ke IMF segala
macam. Kenapa kita tidak langsung menyuruh tuyul-tuyul itu ambil uang di
Amerika sana untuk membantu negara kita? Memang ada rumor bahwa Gus Im (Hasyim
Wahid, adik Gus Dur, Red) pakai jin untuk menagih utang. Tapi saya curiga,
jangan-jangan itu hanya merupakan trik untuk menggertak atau menakut-nakuti
saja. Tapi kalau itu (menggunakan jin, Red) benar-benar dilakukan, justru akan
mempengaruhi sistem pemerintahan. Kenapa repot-repot pakai jin, kenapa bukan
sistemnya yang dibenahi? Misalnya, hukum ditegakkan tanpa pandang bulu.
Anda yakin Gus Im pakai jin dalam menghadapi para debitur BPPN itu?
Saya tidak yakin. Bisa saja, itu hanya manuvernya Gus Im saja untuk menggertak
agar mereka mau ke BPPN. Saya kira ini juga menyangkut soal cara menghadapi
para debitur kelas kakap seperti itu. Tapi, memang ada juga yang suka
menggunakan jin hanya untuk sekadar menakut-nakuti. Meski hanya untuk menakut-nakuti,
saya juga masih khawatir efeknya. Jangan-jangan bantuan yang terkesan kecil itu
secara perlahan justru berhasil membuat seorang Muslim tercerabut dari orbit
keimanannya.
sipp,
ReplyDeleteterimakasih kunjungan saudara slow.
ReplyDelete