Biografi Thariq bin Ziyad - Penakluk Spanyol
Biografi Thariq bin Ziyad - Penakluk Spanyol
Thariq bin
Ziyad bin Abdullah bin Walgho bin Walfajun bin Niber Ghasin bin Walhas bin
Yathufat bin Nafzau adalah putra suku Ash-Shadaf, suku Barbar, penduduk asli
daerah Al-Atlas, Afrika Utara. Ia lahir sekitar tahun 50 Hijriah. Ia ahli
menunggang kuda, menggunakan senjata, dan ilmu bela diri.
Setelah
Rasulullah saw. wafat, Islam menyebar dalam spektrum yang luas. Tiga benua lama
-Asia, Afrika, dan Eropa-pernah merasakan rahmat dan keadilan dalam naungan
pemerintahan Islam. Tidak terkecuali Spanyol (Andalusia). Ini negeri di daratan
Eropa yang pertama kali masuk dalam pelukan Islam di zaman Pemerintahan
Kekhalifahan Bani Umaiyah.
Sebelumnya,
sejak tahun 597 M, Spanyol dikuasai bangsa Gotic, Jerman. Raja Roderick yang
berkuasa saat itu. Ia berkuasa dengan lalim. Ia membagi masyarakat Spanyol ke
dalam lima kelas sosial. Kelas pertama adalah keluarga raja, bangsawan,
orang-orang kaya, tuan tanah, dan para penguasa wilayah. Kelas kedua diduduki
para pendeta. Kelas ketiga diisi para pegawai negara seperti pengawal, penjaga
istana, dan pegawai kantor pemerintahan. Mereka hidup pas-pasan dan diperalat
penguasa sebagai alat memeras rakyat.
Kelas keempat
adalah para petani, pedagang, dan kelompok masyarakat yang hidup cukup lainnya.
Mereka dibebani pajak dan pungutan yang tinggi. Dan kelas kelima adalah para
buruh tani, serdadu rendahan, pelayan, dan budak. Mereka paling menderita
hidupnya.
Akibat
klasifikasi sosial itu, rakyat Spanyol tidak kerasan. Sebagian besar mereka
hijrah ke Afrika Utara. Di sini di bawah Pemerintahan Islam yang dipimpin Musa
bin Nusair, mereka merasakan keadilan, kesamaan hak, keamanan, dan menikmati
kemakmuran. Para imigran Spanyol itu kebanyakan beragama Yahudi dan Kristen.
Bahkan, Gubernur Ceuta, bernama Julian, dan putrinya Florinda -yang dinodai
Roderick-ikut mengungsi.
Melihat
kezaliman itu, Musa bin Nusair berencana ingin membebaskan rakyat Spanyol
sekaligus menyampaikan Islam ke negeri itu. Khalifah Al-Walid bin Abdul Malik
memberi izin. Musa segera mengirim Abu Zar’ah dengan 400 pasukan pejalan kaki
dan 100 orang pasukan berkuda menyeberangi selat antara Afrika Utara dan daratan
Eropa.
Kamis, 4
Ramadhan 91 Hijriah atau 2 April 710 Masehi, Abu Zar’ah meninggalkan Afrika
Utara menggunakan 8 kapal dimana 4 buah adalah pemberian Gubernur Julian.
Tanggal 25 Ramadhan 91 H atau 23 April 710 H, di malam hari pasukan ini
mendarat di sebuah pulau kecil dekat Kota Tarife yang menjadi sasaran serangan
pertama.
Di petang
harinya, pasukan ini berhasil menaklukan beberapa kota di sepanjang pantai tanpa
perlawanan yang berarti. Padahal jumlah pasukan Abu Zar’ah kalah banyak.
Setelah penaklukan ini, Abu Zar’ah pulang. Keberhasilan ekspedisi Abu Zar’ah
ini membangkitkan semangat Musa bin Nusair untuk menaklukan seluruh Spanyol.
Maka, ia memerintahkan Thariq bin Ziyad membawa pasukan untuk penaklukan yang
kedua.
Senin, 3 Mei
711 M, Thariq membawa 70.000 pasukannya menyeberang ke daratan Eropa dengan
kapal. Sesampai di pantai wilayah Spanyol, ia mengumpulkan pasukannya di sebuah
bukit karang yang sekarang dikenal dengan nama Gibraltar -diambil dari bahasa
Arab “Jabal Thariq”, Bukit Thariq. Lalu ia memerintahkan pasukannya membakar
semua armada kapal yang mereka miliki.
Pasukannya
kaget. Mereka bertanya, “Apa maksud Anda?” “Kalau kapal-kapal itu dibakar,
bagaimana nanti kita bisa pulang?” tanya yang lain.
Dengan pedang
terhunus dan kalimat tegas, Thariq berkata, “Kita datang ke sini bukan untuk
kembali. Kita hanya memiliki dua pilihan: menaklukkan negeri ini lalu tinggal di
sini atau kita semua binasa!”
Kini pasukannya
paham. Mereka menyambut panggilan jihad Panglima Perang mereka itu dengan
semangat berkobar.
Lalu Thariq
melanjutkan briefingnya. “Wahai seluruh pasukan, kalau sudah begini ke mana
lagi kalian akan lari? Di belakang kalian ada laut dan di depan kalian ada
musuh. Demi Allah swt., satu-satunya milik kalian saat ini hanyalah kejujuran
dan kesabaran. Hanya itu yang dapat kalian andalkan.
Musuh dengan
jumlah pasukan yang besar dan persenjataan yang lengkap telah siap menyongsong
kalian. Sementara senjata kalian hanyalah pedang. Kalian akan terbantu jika
kalian berhasil merebut senjata dan perlengkapan musuh kalian. Karena itu,
secepatnya kalian harus bisa melumpuhkan mereka. Sebab kalau tidak, kalian akan
menemukan kesulitan besar. Itulah sebabnya kalian harus lebih dahulu menyerang
mereka agar kekuatan mereka lumpuh. Dengan demikian semangat juang kita akan
bangkit.
Musuh kalian
itu sudah bertekad bulat akan mempertahankan negeri mereka sampai titik darah
penghabisan. Kenapa kita juga tidak bertekad bulan untuk menyerang mereka
hingga mati syahid? Saya sama sekali tidka bermaksud menakut-nakuti kalian.
Tetapi marilah kita galang rasa saling percaya di antara kita dan kita galang
keberanian yang merupakan salah satu modal utama perjuangan kita.
Kita harus bahu
membahu. Sesungguhnya saya tahu kalian telah membulatkan tekad serta semangat
sebagai pejuang-pejuang agama dan bangsa. Untuk itu kelak kalian akan menikmati
kesenangan hidup, disamping itu kalian juga memperoleh balasan pahala yang
agung dari Allah swt. Hal itu karena kalian telah mau menegakkan kalimat-Nya
dan membela agama-Nya.
Percayalah,
sesungguhnya Allah swt. adalah penolong utama kalian. Dan sayalah orang pertama
yang akan memenuhi seruan ini di hadapan kalian. Saya akan hadapi sendiri Raja
Roderick yang sombong itu. Mudah-mudahan saya bisa membunuhnya. Namun, jika ada
kesempatan, kalian boleh saja membunuhnya mendahului saya. Sebab dengan
membunuh penguasa lalim itu, negeri ini dengan mudah kita kuasai. Saya yakin,
para pasukannya akan ketakutan. Dengan demikian, negeri ini akan ada di bawah
bendera Islam.”
Mendengar
pasukan Thariq telah mendarat, Raja Roderick mempersiapkan 100.000 tentara
dengan persenjataan lengkap. Ia memimpin langsung pasukannya itu. Musa bin
Nusair mengirim bantuan kepada Thariq hanya dengan 5.000 orang. Sehingga total
pasukan Thariq hanya 12.000 orang.
Ahad, 28
Ramadhan 92 H atau 19 Juli 711 M, kedua pasukan bertemu dan bertempur di muara
Sungai Barbate. Pasukan muslimin yang kalah banyak terdesak. Julian dan
beberapa orang anak buahnya menyusup ke kubu Roderick. Ia menyebarkan kabar
bahwa pasukan muslimin datang bukan untuk menjajah, tetapi hanya untuk
menghentikan kezaliman Roderick. Jika Roderick terbunuh, peperangan akan
dihentikan.
Usaha Julian
berhasil. Sebagian pasukan Roderick menarik diri dan meninggalkan medan
pertempuran. Akibatnya barisan tentara Roderick kacau. Thariq memanfatkan
situasi itu dan berhasil membunuh Roderick dengan tangannya sendiri. Mayat
Roderick tengelam lalu hanyat dibawa arus Sungai Barbate.
Terbunuhnya
Roderick mematahkan semangat pasukan Spanyol. Markas pertahanan mereka dengan
mudah dikuasai. Keberhasilan ini disambut gembira Musa bin Nusair. Baginya ini
adalah awal yang baik bagi penaklukan seluruh Spanyol dan negara-negara Eropa.
Setahun
kemudian, Rabu, 16 Ramadhan 93 H, Musa bin Nusair bertolak membawa 10.000
pasukan menyusul Thariq. Dalam perjalanan ia berhasil menaklukkan Merida,
Sionia, dan Sevilla. Sementara pasukan Thariq memabagi pasukannya untuk
menaklukkan Cordova, Granada, dan Malaga. Ia sendiri membawa sebagian
pasukannya menaklukkan Toledo, ibukota Spantol saat itu. Semua ditaklukkan
tanpa perlawanan.
Pasukan Musa
dan pasukan Thariq bertemu di Toledo. Keduanya bergabung untuk menaklukkan
Ecija. Setelah itu mereka bergerak menuju wilayah Pyrenies, Perancis. Hanya
dalam waktu 2 tahun, seluruh daratan Spanyol berhasil dikuasai. Beberapa tahun
kemudian Portugis mereka taklukkan dan mereka ganti namanya dengan Al-Gharb
(Barat).
Sungguh itu
keberhasilan yang luar biasa. Musa bin Nusair dan Thariq bin Ziyad berencana
membawa pasukannya terus ke utara untuk menaklukkan seluruh Eropa. Sebab, waktu
itu tidak ada kekuatan dari mana pun yang bisa menghadap mereka. Namun, niat
itu tidak tereaslisasi karena Khalifah Al-Walid bin Abdul Malik memanggil
mereka berdua pulang ke Damaskus. Thariq pulang terlebih dahulu sementara Musa
bin Nusair menyusun pemerintahan baru di Spanyol.
Setelah bertemu
Khalifah, Thariq bin Ziyad ditakdirkan Allah swt. tidak kembali ke Eropa. Ia
sakit dan menghembuskan nafas. Thariq bin Ziyad telah menorehkan namanya di
lembar sejarah sebagai putra asli Afrika Utara muslim yang menaklukkan daratan
Eropa.
Sumber :
-
http://rijal28.wordpress.com/2008/09/28/thariq-bin-ziyad-sang-penakluk-spanyol/
0 Response to "Biografi Thariq bin Ziyad - Penakluk Spanyol"
Post a Comment
Terimah Kasih Telah Berkunjung Ke blog yang sederhana ini, tinggalkan jejak anda di salah satu kolom komentar artikel blog ini! jangan memasang link aktif!