Imam Muslim, Murid Sekaligus Penerus Bukhari
Imam Muslim, Murid Sekaligus Penerus Bukhari
Nama lengkapnya Imam Abul Husain Muslim
bin Al-Hajjaj bin Muslim bin Kausyaz Al-Qusyairi An-Naisaburi. Ia adalah
penulis kitab As-Sahih, terkenal dengan Sahih Muslim. Ia salah seorang ulama
terkemuka yang namanya tetap dikenal hingga kini.
Imam Muslim dilahirkan di Naisabur pada 206 H. Ia belajar hadits sejak masih
dalam usia dini, sejak usia 12 tahun. Ia mengembara ke Hijaz, Irak, Syam, Mesir
dan negara negara lainnya.
Dalam perjalannanya Imam Muslim banyak mengunjungi ulama-ulama kenamaan untuk
belajar hadits kepada mereka. Di Khurasan, ia berguru kepada Yahya bin Yahya
dan Ishak bin Rahawaih. Di Ray ia berguru kepada Muhammad bin Mahran dan Abu
Ansan. Di Irak ia belajar hadits kepada Ahmad bin Hambal dan Abdullah bin
Maslamah. Di Hijaz belajar kepada Sa’id bin Mansur dan Abu Mas’Abuzar. Di Mesir
ia berguru kepada Amr bin Sawad dan Harmalah bin Yahya, dan kepada ulama ahli
hadits yang lain.
Muslim berkali-kali mengunjungi Baghdad untuk belajar kepada ulama-ulama ahli
hadits, dan kunjungannya yang terakhir pada 259 H. Pada waktu Imam Bukhari
datang ke Naisabur, Muslim sering datang kepadanya untuk berguru, sebab ia
mengetahui jasa dan ilmunya.
Dan ketika terjadi fitnah atau kesenjangan antara Bukhari dan Az-Zihli, ia
bergabung dengan Bukhari, sehingga hal ini menjadi sebab terputusnya hubungan
dengan Az-Zihli. Muslim dalam Sahihnya maupun dalam kitab lainnya, tidak
memasukkan hadits-hadits yang diterima dari Az-Zihli padahal ia adalah
gurunya.
Hal serupa ia lakukan terhadap Bukhari. Ia tidak meriwayatkan hadits dalam
Sahihnya, yang diterimanya dari Bukhari. Padahal ia pun sebagai gurunya.
Nampaknya pada hemat Muslim, yang lebih baik adalah tidak memasukkan ke dalam
Sahihnya hadits-hadits yang diterima dari kedua gurunya itu, dengan tetap
mengakui mereka sebagai guru.
Selain yang telah disebutkan di atas, Muslim masih mempunyai banyak ulama yang
menjadi gurunya. Di antaranya Usman dan Abu Bakar, keduanya putra Abu Syaibah;
Syaiban bin Farwakh, Abu Kamil al-Juri, Zuhair bin Harb, Amr an-Naqid, Muhammad
bin al-Musanna, Muhammad bin Yassar, Harun bin Sa’id Al-Ayli, Qutaibah bin
Sa’id dan lain sebagainya.
Jika Imam Bukhari merupakan ulama terkemuka di bidang hadits sahih,
berpengetahuan luas mengenai ilat-ilat dan seluk beluk hadits, serta tajam
kritiknya, maka Imam Muslim adalah orang kedua setelah Imam Bukhari, baik dalam
ilmu dan pengetahuannya maupun dalam keutamaan dan kedudukannya.
Imam Muslim banyak menerima pujian dan pengakuan dari para ulama ahli hadits
maupun ulama lainnya. Al-Khatib Al-Baghdadi berkata, "Muslim telah
mengikuti jejak Bukhari, memerhatikan ilmunya dan menempuh jalan yang
dilaluinya."
Pernyataan ini tidak berarti bahwa
Muslim hanyalah seorang pengekor. Sebab ia mempunyai cirri khas dan
karakteristik tersendiri dalam menyusun kitab, serta metode baru yang belum
pernah diperkenalkan orang sebelumnya.
Abu Quraisy Al-Hafiz menyatakan bahwa di dunia ini orang yang benar-benar ahli
di bidang hadits hanya empat orang; salah satu di antaranya adalah Muslim.
Maksud perkataan tersebut adalah ahli ahli hadits terkemuka yang hidup di masa
Abu Quraisy, sebab ahli hadits itu cukup banyak jumlahnya.
Imam Muslim meninggalkan karya tulis yang tidak sedikit jumlahnya, di
antaranya Al-Jami’ As-Sahih (Sahih Muslim), Al-Musnad
Al-Kabir (kitab yang menerangkan nama-nama para perawi hadits), Kitab
Al-Asma’ wa Al-Kuna, Kitab Al-’Ilal, Kitab Al-Aqran, Kitabu Su’alatihi Ahmad
bin Hambal, Kitab Al-Intifa’ bi Uhub As-Siba’, dan lainnya.
Di antara kitab-kitab di atas, yang paling agung dan sangat bermanfat luas serta
masih tetap beredar hingga kini ialah Al-Jami’ As-Sahih atau Sahih Muslim.
Kitab ini merupakan salah satu dari dua kitab yang paling sahih dan murni
sesudah Kitabullah. Kedua kitab Sahih ini diterima baik oleh segenap umat
Islam.
Imam Muslim telah mengerahkan seluruh kemampuannya untuk meneliti dan
mempelajari keadaan para perawi, menyaring hadits-hadits yang diriwayatkan,
membandingkan riwayat riwayat itu satu sama lain. Muslim sangat teliti dan
hati-hati dalam menggunakan lafadz-lafadz, dan selalu memberikan isyarat akan
adanya perbedaan antara lafadz-lafdaz itu. Dengan usaha yang sedemikian rupa,
maka lahirlah kitab Sahih-nya.
Bukti konkret mengenai keagungan kitab itu adalah fakta bahwa Muslim menyaring
isi kitabnya dari ribuan riwayat yang pernah didengarnya. Ia pernah berujar,
"Aku susun kitab Sahih ini yang disaring dari 300.000 hadits."
Diriwayatkan dari Ahmad bin Salamah, yang berkata : “Aku menulis bersama Muslim
untuk menyusun kitab Sahihnya itu selama 15 tahun. Kitab itu berisi 12.000 buah
hadits.”
Ibnu Salah menyebutkan dari Abi Quraisy Al-Hafiz, bahwa jumlah hadits Sahih
Muslim itu sebanyak 4.000 buah hadits. "Kedua pendapat tersebut dapat kita
kompromikan, yaitu bahwa perhitungan pertama memasukkan hadits-hadits yang
berulang-ulang penyebutannya, sedangkan perhitungan kedua hanya menghitung
hadits-hadits yang tidak disebutkan berulang," kata Ibnu salah.
Di dalam Sahih-nya, Imam Muslim menulis, "Tidak setiap hadits yang sahih
menurutku, aku cantumkan di sini. Aku hanya mencantumkan hadits-hadits yang
telah disepakati oleh para ulama hadits."
Ia juga pernah berkata, sebagai ungkapan gembira atas karunia Allah yang
diterimanya, "Apabila penduduk bumi ini menulis hadits selama 200 tahun,
maka usaha mereka hanya akan berputar-putar di sekitar kitab musnad ini."
Ketelitian dan kehati-hatian Muslim terhadap hadits yang diriwayatkan dalam
Sahih-nya dapat dilihat dari perkataannya sebagai berikut: "Tidaklah aku
mencantumkan sesuatu hadits dalam kitabku ini, melainkan dengan alasan. Juga
tiada aku menggugurkan sesuatu hadits daripadanya melainkan dengan alasan
pula."
Dalam penulisan Sahih-nya, Muslim, tidak membuat judul setiap bab secara
terperinci. Adapun judul-judul kitab dan bab yang kita dapati pada sebagian
naskah Sahih Muslim yang sudah dicetak, sebenarnya dibuat oleh para pengulas
yang datang kemudian. Di antara pengulas yang paling baik membuatkan
judul-judul bab dan sistematika babnya adalah Imam Nawawi dalam Syarahnya.
Imam Muslim wafat pada Ahad sore, dan dikebumikan di kampung Nasr Abad salah
satu daerah di luar Naisabur pada hari Senin 25 Rajab 261 H. Ia wafat dalam
usia 55 tahun.
Sumber: republika.co.id
0 Response to "Imam Muslim, Murid Sekaligus Penerus Bukhari"
Post a Comment
Terimah Kasih Telah Berkunjung Ke blog yang sederhana ini, tinggalkan jejak anda di salah satu kolom komentar artikel blog ini! jangan memasang link aktif!