KH Nur Muhammad Iskandar SQ: 'Tenang Hati dan Jiwa dengan Iktikaf'
Banyak cara
yang dilakukan umat Islam untuk menggapai keistimewaan Lailatul Qadar. Seperti
yang dijanjikan Allah SWT dalam kitab suci Alquran, malam itu lebih baik dari
1000 bulan. Karena itulah, banyak yang kemudian beriktikaf di masjid-masjid,
bahkan hingga selama 10 hari 10 malam, semata-mata demi menggapai malam penuh
keberkahan itu. Tokoh Nahdlatul Ulama yang juga Pimpinan Pondok Pesantren
Ash-Shiddiqiyah Jakarta, KH Noer Muhammad Iskandar SQ, mengingatkan agar mereka
yang beriktikaf tidak melupakan keluarga. ''Jangan kan urusan keluarga, mata
kita ini punya hak, perut kita juga punya hak,'' tandas kiai ini mengingatkan.
Berikut ini wawancara lengkap dengan Noer Iskandar di Pesantren
Ash-Shiddiqiyah, Kedoya, Jakarta Barat.
Apa hakikat
Lailatul Qadar menurut Anda?
Lailatul Qadar itu malam kepastian. Alquran menyatakan bahwa Lailatul Qadar itu
khairum min alfisahr. Ibadah di malam hari pada malam Lailatul Qadar itu lebih
baik dari pada ibadah seribu bulan atau 83 tahun. Oleh karena begitu besar
nilainya maka Allah merahasiakan. Supaya apa? Supaya manusia berpacu untuk
memperoleh Lailatul Qadar itu pada setiap malam bulan Ramadhan. Full. Ketika
Nabi Muhammad SAW mengetahui bahwa ternyata yang paling berat itu untuk ibadah
pada malam hari di bulan Ramadhan itu pada malam-malam terakhir, karena
konsentrasi seseorang sudah mengarah kepada hari raya. Sudah tercampur dengan kebutuhan-kebutuhan
dunia seperti pakaian baru, kue-kue, sehingga orang tidak lagi fokus kepada
ibadah di malam hari. Waktu itu dirangsang sama Nabi Muhammad SAW agar sepuluh
hari terakhir bulan Ramadhan itu adalah saat-saat yang sangat mungkin malam
Lailatul Qadar itu terjadi.
Apa yang harus kita
lakukan untuk menjemput Lailatul Qadar itu?
Seperti yang saya katakan tadi, ada nilai yang diberikan Allah SWT yaitu pahala
yang nilainya lebih daripada seribu bulan. Jadi, hanya Allah yang tahu.
Kemudian apa
yang dilakukan umat Islam untuk mendapatkan Lailatul Qadar?
Ketika Allah yang akan memberikan hadiah dalam Lailatul Qadar itu, maka
kemudian orang akan lebih banyak mendekat kepada Allah. Dan mendekat kepada
Allah tentu saja harus di rumah Allah. Karena itu kemudian orang banyak melakukan
iktikaf di masjid. Memang Nabi Muhammad SAW pun menganjurkan untuk banyak
beriktikaf di masjid. Kalau perlu kita ngontrak sama istri dan anak-anak untuk
iktikaf di masjid guna menjemput malam Lailatul Qadar mulai malam ke-21. Selama
ini, kita selalu berada di rumah bersama keluarga sementara di rumah Allah yang
telah begitu banyak memberikan nikmat kepada kita sangat jarang. Waktu yang
paling enak setelah pukul 24.00 sampai menjelang Subuh.
Aktivitas apa
yang dilakukan ketika iktikaf?
Tentu yang dilakukan di dalam masjid adalah menghindari ucapan-ucapan yang
tidak berguna kepada Allah. Misalnya, transaksi, guyon, cerita yang di luar
nilai-nilai keagamaan. Kalau di rumah Allah lebih banyak mengobrol sama Allah.
Untuk bercerita dan bercengkrama dengan Allah diikuti dengan Alquran.
Bagusnya
nafsi-nafsi atau jamaah?
Ya nafsi-nafsi supaya lebih konsentrasi. Karena kebutuhan setiap orang
berbeda-beda. Kalau jamaah kecenderungannya kurang khusyuk. Tapi, memang ada
orang-orang yang dalam rangka pelatihan dia bisa khusyuk kalau berjamaah. Itu
lain soal. Atau pertama-tama bersama-sama tapi ada saat-saat untuk
sendiri-sendiri. Karena yang di lihat oleh Allah bukan bahasa lidah tapi bahasa
hati.
Kalau urutan
ibadahnya bagaimana?
Kita sebagai manusia mungkin juga perlu bercengkrama dengan keluarga. Itu
jangan dihindari karena itu sebagai ibadah. Setelah tarawih kita pulang dulu ke
rumah untuk mempersiapkan dengan makan, minum yang menguatkan agar bisa iktikaf
di masjid. Kemudian tidur dulu sebentar. Jadi, bekal fisik itu sangat penting
karena sebagai manusia. Setelah itu baru boleh balik lagi ke masjid untuk
tadarus Alquran, dzikir kepada Allah, tahajud, istikharah. Nanti kembali lagi
pas waktu sahurnya. Karena yang dilihat oleh Allah bukan bahasa lidah tapi
bahasa hati. Jadi, pendeknya Islam itu tak pernah mengesampingkan urusan-urusan
dunia. Kita punya mata, dia punya hak maka diberikan haknya. Perut juga ada hak
maka berikan haknya. Ada keseimbangan juga. Malam itu pun masih ada hak untuk
anggota badan lainnya. Tapi, seandainya sudah ikhlas ya nggak apa-apa. Tapi,
tidak setiap keluarga tidak bisa mengerti seperti itu. Jadi, masing-masing ada
hak dan kewajiban yang harus dipenuhi. Karena innallaha ya'murukum
antuaddul-amanati ila ahliha, jadi anak, istri itu amanat dan diri kita ini
juga amanat. Salah satu contoh ada seseorang pada zaman Umar bin Khathab yang
kerjaannya wiridan sepanjang hari. Melihat hal itu Umar lalu menendang orang
itu karena kecenderuangannya nanti akan menyengsarakan anak dan istri dan
keluarganya.
Apa tanda-tanda
fisik dari orang yang mendapatkan Lailatul Qadar?
Lailatul qadar itu, rombongan malaikat akan terus keliling. Tanazzalul itu
pengertiannya turun secara terus menerus secara bergiliran mengelilingi dunia.
Pada saat itulah ketika kita beribadah kepada Allah maka tercatat sebagai satu
hal yang penting dalam sejarah hidup kita. Dan itu yang tahu cuma Allah dan
orang yang mendapatkan Lailatul Qadar ada ketenangan dalam hati, jiwa. Kemudian
ada introspeksi diri. Itu awal dari sebuah kebaikan. Dan prosesnya akan terus
lebih baik dalam diri seseorang yang mendapatkan Lailatul Qadar. Kecuali dalam
perjalannya dinodai lagi. Oleh karena itu sebaiknya dipelihara terus karena
kalau dibiarkan bisa hilang.
0 Response to "KH Nur Muhammad Iskandar SQ: 'Tenang Hati dan Jiwa dengan Iktikaf'"
Post a Comment
Terimah Kasih Telah Berkunjung Ke blog yang sederhana ini, tinggalkan jejak anda di salah satu kolom komentar artikel blog ini! jangan memasang link aktif!