Pengaruh Qiraat Alquran terhadap Penafsiran
Pengaruh Qiraat Alquran terhadap Penafsiran
Bacaan Alquran
yang berdasarkan pada dialek umat (kabilah) di suatu daerah membuat banyak
perubahan bacaan dalam Alquran. kendati tidak sampai membuat pertumpahan darah,
munculnya beragam bacaan ini menimbulkan banyak penafsiran terhadap kandungan
Alquran. Sebagai sebuah kitab suci yang terjaga dan terpelihara kemurniannya
dari segala bentuk pemalsuan, munculnya ragam bacaan itu membuat banyak pihak
khawatir terjadi pemalsuan ayat-ayat Alquran. Namun, Allah telah menjamin bahwa
Alquran akan senantiasa terjaga dari pemalsuan. ''Sesungguhnya, Kami-lah yang
menurunkan Alquran dan Kami pula yang akan menjaganya.'' (QS Alhijr (15): 9).
Inilah salah satu kemukjizatan Alquran. Pada ayat lain, Allah menantang manusia
untuk membuat satu surat seperti Alquran. Namun, diyakini bahwa manusia tak
akan mampu melakukannya. ''Dan, jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang
Alquran yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat
(saja) yang semisal Alquran itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah,
jika kamu orang-orang yang benar.'' (QS Albaqarah (2): 23). Demikian juga pada
surah Aththur (52): 34 serta QS Al-Isra' (17): 88.
Salah satu
kemukjizatan Alquran ini membuat banyak ulama (mutakallimin dan mufasir) terus
mengeksplorasi sisi-sisi kemukjizatan Alquran. Menurut al-Jahizh, murid
al-Nazhzham, kemukjizatan Alquran terletak pada redaksinya (nazhm). Redaksi
Alquran mempunyai makna yang amat mendalam, padahal kata-katanya sedikit. Ulama
lain pun juga terus mengeksplorasi kemukjizatan Alquran dari berbagai sisi,
termasuk redaksionalnya. Di antara mereka yang juga menulis kitab tentang nazhm
Alquran adalah Abu Bakar Abdullah al-Sijistani, Abu Zayd al-Balkhi, dan Ibn al-Ikhsyid
al-Mu‘tazili. Ibnu Qutaybah al-Dinawari dalam kitabnya Ta'wil Musykil Alquran
menyatakan, kemukjizatan Alquran terletak pada keajaiban nazam-nya yang tak
membosankan saat dibaca atau didengar meski dibaca atau didengar berlama-lama
dan makna yang kaya dalam kata-kata yang singkat. Pendapat ini juga diamini
oleh Ibnu Jarir al-Thabari, al-Wasithi, al-Rummani, al-Khaththabi,
al-Baqillani, dan al-Jurjani.
Perbedaan
qiraat
Karena kemukzijatan yang tersemat pada kitab Alquran inilah,
Ibrahim Al-Abyari mengemukakan bahwa ada tiga hal yang
terkait dengan masalah pelafalan (qiraat) Alquran. Masalah pertama terkait
dengan masalah imalah, isymam, tarqiq, tafkhim, dan lain sebagainya. Perbedaan
ini terjadi karena perbedaan pelafalan kalimat oleh kabilah-kabilah Arab yang
masing-masing tidak bisa mengucapkan seperti yang diucapkan oleh kabilah
lainnya. Perbedaan ini dapat terjadi, baik sebelum dibukukannya Alquran dan
dibakukannya tanda baca (syakal) maupaun sesudahnya, karena masalah ini terkait
pada kebiasaan yang sulit diubah. Masalah kedua terkait pada penentuan i'rab
dan standardisasi tulisan (mushaf) Alquran. Seperti dikatakan oleh Nasaruddin
Umar bahwa dalam proses standardisasi rasm Alquran, ditempuh beberapa tahapan.
Pertama, ketika Alquran masih berangsur-angsur diturunkan. Setiap ayat yang
turun langsung disusun Nabi melalui petunjuk Jibril, lalu disebarkan melalui
tadarrusan atau bacaan dalam shalat di depan sahabat. Sampai di sini, belum ada
masalah. Tetapi, setelah dunia Islam melebar ke wilayah-wilayah non-Arab,
mulailah muncul masalah karena tidak semua umat Islam dapat membaca Alquran tanpa
tanda huruf dan tanda baca. Pemberian tanda baca (syakal) pertama kali diadakan
pada masa pemerintahan Mu'awiyah bin Abu Sufyan (661-680M), terutama ketika
Ziyad ibn Samiyyah yang menjabat gubernur Bashrah menyaksikan kekeliruan bacaan
dalam masyarakat terhadap surat Attaubah ayat 3. Sedangkan, masalah ketiga
adalah peran periwayatan bacaan mempunyai kontribusi yang sangat besar bagi
perkembangan umat, terutama dalam menjaga kesatuan dan persatuan.
Perubahan makna
Selanjutnya, perbedaan dialek dalam membaca Alquran itu berpengaruh
pula pada sistematika Alquran dalam kaidah bahasa, nahwu, sharaf, i'rab, fiil,
isim, harakat, dan lainnya. Akibatnya, makna pun dapat berubah. Rektor IIQ, Dr
Muhammad Ahsin Sakho, mencontohkan kata 'Malikiyaumiddin karena berbagai dialek
masyarakat Arab, ada yang membacanya 'Malakayaumuddin. Walaupun memiliki mirip,
terdapat arti yang berbeda jika dilihat berdasarkan i'rab masing-masing kata.
Begitu juga kata Wadldluha yang dibaca menjadi wadldluhe. Perbedaan pengucapan
huruf dan harakat itu dilihat melalui takaran madd, takhfif, tafkhim, imalah,
isymam, serta perbedaan tempat waqaf. Perbedaan qiraat dalam Alquran ini
adakalanya berpengaruh pada perbedaan makna yang dikandung dan adakalanya
tidak. Bahkan, Khalid Abd al-Rahman al-'Ak menyatakan, perbedaan qiraat ada
yang berpengaruh pada tafsir--bukan hanya makna--dan ada yang tidak. Ia
menjelaskan bahwa yang tidak berpengaruh pada tafsir, yaitu perbedaan
pengucapan huruf dan harakat seperti takaran mad, takhfif, imalah, dan sebagainya.
Sedangkan, yang berpengaruh pada tafsir terbagi dua, yaitu perbedaan dalam
huruf atau kata serta perbedaan dalam harakat fi'il. Tesis lebih lengkap
dikemukakan oleh Ibnu Qutaibah yang menyimpulkan, seperti yang dikutip oleh
Ibrahim Al-Abyari, bahwa segi-segi perbedaan pendapat dalam qiraat itu ada
tujuh. Masing-masing ada yang berpengaruh pada perubahan makna dan ada yang
tidak.
Ketujuh
perbedaan tersebut sebagai berikut.
Pertama,
perbedaan dalam i'rab atau harakat suatu kata yang tidak mengubah tulisannya
dan tidak mengubah makna (pengertian)-nya. Kedua, perbedaan dalam i'rab dan
harakat yang mengubah makna (pengertian)-nya dan tidak mengubah bentuk
tulisannya. Ketiga, perbedaan pada huruf-huruf kata, bukan i'rab-nya dengan
sesuatu yang mengubah makna (pengertiannya) dan tidak mengubah bentuk tulisan.
Keempat, perbedaan dalam kata-kata yang mengubah bentuk tulisan dan tidak
mengubah makna (pengertian)-nya dalam kalimat. Kelima, perbedaan itu dalam
kata-kata yang mengubah bentuk dan makna (pengertian)-nya. Keenam, perbedaan
itu dengan mendahulukan dan mengemudiankan (taqdm wal ta'khir). Ketujuh,
perbedaan itu dengan penambahan dan pengurangan.
0 Response to "Pengaruh Qiraat Alquran terhadap Penafsiran"
Post a Comment
Terimah Kasih Telah Berkunjung Ke blog yang sederhana ini, tinggalkan jejak anda di salah satu kolom komentar artikel blog ini! jangan memasang link aktif!