Prof Dr Muhammad Quraish Shihab: Doa Itu Separoh dari Keberhasilan
Doa itu separoh
dari keberhasilan. Kalimat ini dikemukakan oleh pakar tafsir Alquran, Prof Dr
Muhammad Quraish Shihab. Menurut mantan Menteri Agama RI ini, dengan berdoa
berarti ada optimisme bahwa suatu pekerjaan akan berhasil. ''Kalau tidak ada
optimisme, bagaimana kita yakin bahwa suatu pekerjaan akan berhasil,'' katanya.
Namun demikian, lanjut doktor dari Universitas Al-Azhar Mesir ini, berdoa saja
tanpa ada ikhtiar tentu tidak cukup. Begitu pula sebaliknya. ''Kedua-duanya,
doa dan upaya keras, harus berimbang. Tidak bisa hanya menjadikan salah satunya
sebagai andalan,'' mantan rektor IAIN (kini Universitas Islam Negeri/UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta ini menjelaskan.
Tapi, doa seperti apa yang dikabulkan dan bagaimana agar doa tersebut diterima
Tuhan, penulis beberapa buku best seller, seperti Membumikan Alquran, Wawasan
Alquran, Tafsir Almanar, dan Kitab Tafsir Al-Misbah (30 Juz) ini menjelaskan,
berdoa memiliki etika dan syarat-syarat yang harus dipenuhi. Bila selama ini
banyak doa tak terkabul, katanya, berarti doa orang itu belum memenuhi persyaratan.
Kepada Republika, ulama kelahiran Sulawesi Selatan, 16 Februari 1946 ini,
berbicara panjang lebar di sekitar kekuatan doa. Petikannya:
Mengapa sih kita harus berdoa?
Ya, Allah SWT menyuruh kita untuk bekerja dan berdoa. Alquran menjelaskan, mintalah
pertolongan untuk mendapatkan apa yang kamu kehendaki melalui ketabahan
dan kerja keras. Jadi jelas sekali, berdoa, bekerja, dan selanjutnya
bertawakal harus seiring dan seimbang dalam kehidupan sosial manusia. Hal ini
juga menegaskan bahwa upaya apapun tanpa diiringi dengan doa dan tawakal,
sangat boleh jadi keinginan itu tak akan terkabul. Atau kalaupun tercapai,
hasilnya tidak seperti yang diharapkan. Begitu pula berdoa saja tanpa
berikhtiar, buahnya pun mungkin akan sia-sia, hampa saja.
Tapi kenyataannya, banyak orang yang bekerja keras, meski mungkin
tanpa doa, juga berhasil?
Itu benar. Tapi hasil seperti apa yang dicapai, ini yang harus dipertanyakan.
Sebab, ada kalanya hasil sesuai, tapi juga ada kalanya tak sesuai yang
diinginkan. Nah, menurut saya, sukses dalam artian sebenarnya tidak akan dapat
tercapai tanpa bantuan pertolongan Tuhan. Dalam konteks ini pula, bisa saja
orang itu sukses secara lahiriyah, tapi tanpa bantuan Tuhan dampak buruknya
akan menimpa orang itu sendiri. Karena itu, kita selalu diminta berdoa.
Ada yang namanya doa itu permintaan. Saya contohkan, seorang pengemis yang
sedang duduk di pinggir jalan tanpa ia harus meminta dan hanya menyodorkan
tangannya bahwa memang kondisinya seperti itu, tanpa dia meminta pun saya akan
menjulurkan tangan memberi bantuan. Jadi, doa tak harus dengan ucapan dan
menengadahkan tangan, tapi yang terpenting adalah adanya perasaan dan kondisi
kejiwaan yang menampakkan kebutuhan kepada Tuhan.
Namun, banyak orang berdoa, banyak pula yang tak terkabul. Kalau begitu doa
seperti apa yang terkabul?
Di dalam Alquran dikatakan seperti ini: 'Saya (Allah) akan mengabulkan doa
orang yang berdoa'. Makna ini menjelaskan: Pertama, bahwa orang berdoa tapi
dinilai Tuhan sebagai tidak berdoa. Boleh jadi orang itu menduga dirinya telah
berdoa, tapi Tuhan menilainya lain, yakni tidak berdoa. Jadi ada
persyaratan-persyaratan tertentu yang mengantarkan kepada penerimaan doa
seseorang.
Syarat-syarat terkabulnya doa itu apa saja?
Ada persyaratan psikologis, persyaratan kelakuan, dan persyaratan lainnya. Nah,
Nabi SAW misalnya bersabda begini: 'Ada seorang kusut wajahnya, tidak teratur
rambutnya, menengadah ke langit berdoa kepada Tuhan. Bagaimana akan dikabulkan
doanya kalau pakaiannya haram, kalau makanannya haram, dan seterusnya'. Ada
pula kondisi psikologis, bahwa doa yang ijabah (terkabul) itu yang dilakukan
dengan niat tulus ikhlas, hati bersih, dan semata-mata bagi kebaikan baik orang
itu maupun orang lain. Jadi persyaratan itu amat penting.
Apakah ada tempat-tempat khusus bagi doa yang ijabah, misalnya di Raudlah di
Masjid Nabawi?
Sebenarnya tidak musti demikian. Tetapi ada tempat-tempat di mana Tuhan
menjadikan tempat atau waktu itu sebagai saat yang afdhal. Persoalannya memang
tak dapat dipungkiri, ada beberapa tempat yang dianggap semacam 'keramat' atau
semacamnya, bagi terkabulnya doa tersebut. Tetapi hemat saya, hal itu tak mesti
seperti itu. Yang penting niat dan kejiwaannya memenuhi persyaratan. Tempat,
saya kira, tidak mutlak. Di manapun, asal berdoanya benar dalam arti luas, saya
yakin akan dikabulkan.
Menurut Anda, mana yang lebih utama, berdoa sendiri-sendiri atau berjamaah
(bersama-sama)?
Dua-duanya sama baik. Hanya mungkin doa yang dilakukan bersama itu akan lebih
baik. Memang, seperti yang saya singgung tadi, tidak semua doa akan dikabulkan.
Hanya saja pengabulan itu bermacam-macam. Yang pertama, ada doa yang dikabulkan
persis sesuai permintaan dalam waktu dan keadaan yang diminta. Tapi ada pula
yang dikabulkan, namun diubah (permintaan itu). Seperti anak saya minta motor,
tapi saya tidak belikan dia motor sebab risiko bahayanya besar, tabrakan
misalnya.
Nah, akhirnya saya belikan komputer saja. Artinya, doa anak saya itu
dikabulkan, hanya saja hasilnya berbeda dari apa yang diminta. Tapi, ada juga
yang dikabulkan dalam arti diberikan pada waktu yang terbaik untuknya.
Misalnya, saya akan belikan kamu motor, tapi nanti kalau kamu sudah dewasa.
Ada contoh doa para nabi yang dikabulkan?
Ada banyak contoh. Misalnya doa Nabi Nuh as, doanya dikabulkan dalam peristiwa
air bah. Juga doa Nabi Ibrahim as, ketika dia dilempar ke dalam api, tapi dia
tidak kepanasan dan tak tersiksa, biasa saja. Kemudian ada doa Nabi Isa as,
juga doa Nabi Muhammad SAW, serta doa-doa nabi lainnya, banyak sekali yang
dikabulkan.
Seringkali kita melihat peristiwa doa bersama bagi kebaikan bangsa dan para
pemimpinnya. Tapi kondisi bangsa dan negeri ini tetap saja carut marut, krisis
berkelanjutan. Bagaimana ini?
Boleh jadi belum memenuhi syarat-syarat dikabulkannya doa. Nah, ini perlu instropeksi
semua pihak. Di lain pihak, dalam banyak hal Tuhan baru mengabulkan doa kalau
sudah ada upaya maksimal dari orang yang meminta bantuan itu. Tidak bisa hanya
berpangku tangan, lantas berbuah itu permintaannya, tidak seperti itu. Harus
berikan usaha semaksimal mungkin. Kalau Anda misalnya, meminta bantuan pada
manusia tidak mengharuskan Anda terlibat dalam mewujudkan bantuan itu. Tapi
bila Anda meminta bantuan kepada Allah, itu mengharuskan Anda terlibat dalam
perwujudannya. Anda diwajibkan berusaha, baru Tuhan akan mengabulkan.
Kalau kita lihat, bangsa-bangsa di Eropa itu maju-maju, padahal mungkin mereka
tak berdoa. Mereka maju karena kerja keras. Pendapat Anda?
Begini. Itu kan sebenarnya mereka bukan berarti tidak berdoa. Tapi itu upaya
(kerja keras) mereka. Nah, kita ini tidak berupaya. Ada upaya yang berhasil,
ada juga doa yang berhasil. Mereka itu berupaya, mereka itulah yang berhasil.
Bagaimana kita? Kita tak pernah berupaya. Atau kalaupun kita berupaya dan
berhasil, keberhasilannya itu hanya setengah. Keberhasilannya hanya berdampak
riya (ingin dilihat orang saja), tapi dampak batin dan masa depannya belum
tentu ada, bahkan mungkin tidak ada sama sekali.
Dalam konteks doa ini, kita harus melihat masa depan itu dalam pandangan agama
bukan hanya di dunia. Itu sebabnya ada orang-orang yang terheran-heran melihat
kok saya punya amalan kok seperti ini. Lantas dikatakan, ''Ini doa kamu dulu
yang tidak dikabulkan''. Oleh karena itu, kita harus introspeksi lagi.
Apa komentar Anda tentang doa bersama lintas agama?
Itu kan dampaknya lebih menunjukkan kebersamaan dan solidaritas saja. Toh,
mereka berdoa menurut kepercayaan dan keyakinan masing-masing orang. Karena
itu, selama semua sesuai masing-masing kepercayaan dan keyakinannya, saya kira
hal itu (doa bersama) tidak menjadi masalah. Dengan catatan, asal dia punya
akidah tak terganggu, itu saja
0 Response to "Prof Dr Muhammad Quraish Shihab: Doa Itu Separoh dari Keberhasilan"
Post a Comment
Terimah Kasih Telah Berkunjung Ke blog yang sederhana ini, tinggalkan jejak anda di salah satu kolom komentar artikel blog ini! jangan memasang link aktif!