Awalnya dari Merokok
Peredaran
narkoba kini sudah menembus ke pesantren. Mengapa bisa demikian?
Kalau narkoba sudah masuk ke pondok pesantren, berarti ada pihak-pihak yang
telah merencanakannya. Mereka itu memang sudah ada planning untuk merusak para
santri. Pasti kelompok mereka itu yang selama ini anti-Islam.
Kalau begitu
Anda yakin ada faktor kesengajaan mengedarkan narkoba di kalangan pesantren?
Iya, saya yakin di luar faktor bisnis, pasti ada faktor lain. Yaitu
sengaja ingin menghancurkan bangsa Indonesia. Kalau sudah ingin menghancurkan
bangsa ini berarti kan menghancurkan umat Islam. Buktinya, dengan menjadikan
pesantren sebagai sasarannya. Mereka kan tahu bahwa selama ini pondok pesantren
sebagai tempat pengkaderan umat.
Bagaimana proses obat-obatan itu bisa masuk ke pesantren?
Banyak kemungkinan. Tapi pasti dilakukan dengan rapi. Misalkan, awalnya bisa
melalui obat biasa, atau minuman. Setelah ketagihan, baru diberikan narkoba
murni. Tapi biasanya obat-obatan itu masuk bersamaan dengan calon santri yang
memang sebelumnya sudah kena. Lalu, si pengedar ini 'nguntil' ke calon santri.
Jadi memang si calon santrinya itu yang diperalat, ada akses ke sana.
Apakah memungkinkan peredarannya itu dilakukan di kalangan santri sendiri?
Mungkin saja, terutama pesantren di perkotaan. Apalagi, sekarang ini banyak
juga orang kaya yang mulai masuk pesantren. Beberapa waktu lalu, santri saya
ada yang ketahuan merokok, ya.. langsung saya keluarkan. Narkoba kan awalnya
dari merokok dulu. Kita tidak mau ambil risiko, makanya kita keluarkan saja
kalau ada santri seperti itu.
Kalau ada santri yang sudah kena, sebaiknya apa yang dilakukan pihak pesantren?
Pada dasarnya orang tua itu percaya bahwa pesantren bisa dijadikan tempat
menolong. Makanya, banyak orang tua yang mengirim anak-anaknya ke pesantren.
Niatannya sih baik, agar anaknya bisa sembuh. Tapi sulit juga, karena anak yang
sudah kena narkoba biasanya kemana pun akan dikuntit terus oleh sindikat. Oleh
karenanya, pimpinan pondok pesantrenharus berhati-hati dengan ulah para
sindikat narkoba yang dengan rapi mengedarkan obat-obatan itu. Karena bisa
saja, nantinya peredaran itu merambat ke santri lain yang belum mengenal
narkoba. Sebaiknya, kalau pimpinan pesantren menemukan santri seperti itu diusir
saja, atau diobati ke rehabilitasi.
Kalau begitu santri yang telah terkena narkoba harus dikeluarkan. Mengapa
korban tidak dirawat saja di pesantren?
Pengobatan secara spiritual saja akan sulit, tapi harus ada bantuan dengan
obat-obatan. Dan yang terpenting kesadaran dari si korban sendiri. Jadi tidak
bisa hanya dengan spiritual saja.
Mungkinkah pesantren otomatis bisa berubah menjadi tempat pengobatan
korban narkoba?
Tidak mungkin, kecuali memang pesantren itu didirikan khusus untuk korban
narkoba. Misalkan orang-orang yang mengerti narkoba mendirikan pesantren, lalu
memanggil para kiai untuk memberikan siraman rohani. Mungkin kalau seperti itu
bisa. Tapi kalau dibawa ke pesantren yang tidak siap untuk menampung korban
narkoba, hal itu sangat tidak memungkinkan. Selain tidak akan
efektif, juga dikhawatirkan akan menular ke santri yang lain.
Tidak efektifnya di mana?
Para kiai itu sering sibuk, apalagi kalau sering dakwah keliling. Selain itu
juga percuma kalau ditangani dengan kiai yang tidak mengerti tentang narkoba.
Mereka tidak akan tertangani. Makanya, lebih baik korban narkoba itu dikirim
saja ke pesantren khusus rehabilitasi narkoba. Di tempat itu asramanya khusus,
kiainya pun khusus yang benar-benar mengerti narkoba, dan santrinya pun para
korban narkoba.
Untuk mengantisipasi meluasnya peredaran narkoba di kalangan pesantren,
perlukah kita melibatkan aparat keamanan?
Belum. Karena pesantren itu kan bukan menjadi sumber beredarnya narkoba.
Lalu bagaimana antisipasinya?
Jangan aparat keamanan yang dilibatkan ke pesantren, melainkan tim medis yang
mengerti tentang narkoba. Sebaiknya begini saja, para kiai atau badal kiai
diberi penyuluhan tentang ciri-ciri mereka yang terkena narkoba, sehingga
mereka bisa waspada. Tahun ajaran baru nanti, saya akan memberitahu para
pimpinan pesantren agar penerimaan calon santri baru harus disertai pemeriksaan
darah atau urine. Hal ini untuk menghindari adanya santri yang telah ketagihan
narkoba.
Untuk mengantisipasi peredaran narkoba di kalangan pesantren, apakah BKSPPI
sebagai wadah pondok pesantren telah melakukan penyuluhan?
Kita memang ada rencana melakukan penyuluhan narkoba. Apalagi, setelah melihat
perkembangan bahwa peredaran semakin banyak, maka pelaksanaannya akan semakin
dipercepat. Kita akan memberikan penyuluhan kepada para kiai tentang narkoba.
Seperti dua tahun lalu, para kiai mendapat penyuluhan tentang AIDS. Mereka
diputarkan film tentang AIDS, foto-foto, sehingga mereka paham dan tidak lagi
haus informasi tentang virus HIV. Masalah narkoba pun, nanti akan kita berikan
penyuluhannya.
Presiden telah mengusulkan kepada DPR-RI untuk mengubah hukuman bagi pengedar
narkoba, dari minimal 4-5 tahun menjadi minimal 12 tahun. Bagaimana menurut
Anda?
12 tahun? Kalau bisa lebih berat lagi. Di Singapura dan Malaysia, pengedar
narkoba dihukum gantung. Kalau di Indonesia hanya 12 tahun, itu termasuk
ringan. Sebaiknya diperberat lagi, biar mereka jera dan takut mengedarkannya.
Bagaimana dengan keterlibatan aparat keamanan?
Aparat yang ikut terlibat harus ditindak. Tapi kalau melihat perkembangan
sekarang ini, sudah banyak aparat yang terlibat lalu ditindak. Semoga hal ini
terus berlanjut.
Secara pribadi apakah Anda telah mengetahui mana saja pesantren yang sudah
kemasukan barang haram tersebut?
Belum. Yang saya tahu di Tasikmalaya ada pesantren khusus penanganan korban
narkoba, yaitu Pesantren Inabah (pimpinan Abah Anom). Jadi pesantren tersebut
dari dulu memang dibangun untuk mengobati para korban narkoba.
Oleh KH. A.
Kholil Ridwan
0 Response to "Awalnya dari Merokok"
Post a Comment
Terimah Kasih Telah Berkunjung Ke blog yang sederhana ini, tinggalkan jejak anda di salah satu kolom komentar artikel blog ini! jangan memasang link aktif!