Jangan Jual Agama Dengan Kekuasaan
Siapa yang rela pada akhirat, ia menjadi yang utama.
Siapa yang rela dengan sedikit ia mendapatkan banyak. Siapa rela dengan
kerendahan, kemuliaan bakal tiba. Ridholah dengan ketakpunyaan hingga
perkaranya berbalik pada anda dari kadar kerendahan dan rela dengannya, maka
Allah Azza wa-Jalla menaikkan dirinya, Dia Yang Maha Kuasa atas segalanya.
Disanalah anda meraih tawadhu’ dan adab yang bagus mendekati anda. Sedangkan
takabur dan su’ul adab menjauhi dirimu. Taat membuatmu baik dan mendekatimu,
sedangkan maksiat menjauhi dan merusakmu.
Anak-anak sekalian…. Jangan engkau jual agama dengan buah
tin. Jangan engkau jual agamamu dengan buah tin para penguasa, para raja dan
orang-orang kaya serta dengan memakan barang haram. Jika kalian makan melalui
agamamu, hatimu menghitam. Bagaimana tidak menghitam sedang anda menyembah
makhluk?
Wahai yang terhina… Bila saja di hatimu ada cahaya, pasti
anda memisahkan mana yang haram, syubhat, mubah dan antara yang hitam di hati,
melalui cahayaNya, dan antara mana yang mendekat pada hatimu dan menjauh dari
hatimu. Hai si bodoh, aku tidak tahu kecuali usaha dan tawakkal pada Allah Azza
wa-Jalla. Meraih melalui usaha, di awal iman, kemudian meraih dari Allah Azza
wa-Jalla setelah tersingkapnya merantara antara dirimu dengan DiriNya. Bila
hati kuat ia meraih dari Allah Azza wa-Jalla dari tangan makhluk atas perintah
Allah azza wa-Jalla.
Adapun arti ucapanku, “hilangnya perantara” adalah
keterpakuan hati pada perantara dan kemusyrikan ketika menjalankan perintah
Allah Azza wa-Jalla, tuli dari pujian, cacian, dan penerimaan serta penolakan
mereka. Ketika diberi ia hanya melihat tindakan Allah azza wa-Jalla, begitu
juga jika gagal. Kaum sufi itu harus bias tuli, bisu dan buta dari segala hal
selain Allah Azza wa-Jalla. Tidak ada yang di sisi mereka kecuali Dialah Sang
Penolong, Dia yang merendahkan, memberi, mencegah bahaya yang menimpa mereka,
dan memberi manfaat pada mereka.
Di sisi mereka hanya ada isi tanpa kulit, bening di atas
bening, bagus di atas yang bagus. Semua makhluk keluar dari hati mereka. Tak
ada yang tersisa selain Allah Azza wa-Jalla. Hanya ada dzikir yang rahasia
padaNya, bukan pada yang lian. Ya Allah limpahi kami rizki pengetahuan
tentangMu.
Hati-hati, anda telah menyangka dan merasa mampu membuka
dirimu. Kalau tidak ada hambatan hukum, pasti aku datangi anda dan aku cela hai
si munafik. Jangan khawatir posisi utamamu bersamaku, karena aku tidak malu
kecuali hanya kepada Allah Azza wa-Jalla, aku tidak malu kecuali pada
hamba-hambaNya yang saleh.
Sang hamba ketika mengenal Allah Azza wa-Jalla,
makhluk-makhluk berguguran dari hatinya sebagaimana gugurnya daun-daun kering
dari pohon. Yang tersisa sudah tiada lagi makhluk secara total, hati dan
batinnya buta dari pandangan pada mereka, tuli dari mendengar ucapan mereka.
Bila jiwa telah tenteram, maka selamatlah dalam menjaga badan, kemudian hati
pergi menuju Allah Azza wa-Jalla, mencari yang dari sisiNya, kemudian turun ke
dunia, sehingga bisa mengatur nafsu yang tegak dengan kemaslahatannya. Inilah
tindakan dan cipta Allah Azza wa-Jalla pada para penempuhNya, ketika dunia
dating pada mereka untuk memenuhi bagiannya dalam rupa orang tua yang penuh
uban nan buruk rupa, lalu memberikan bagiannya, lalu dunia menjadi pembantunya,
dan tak mengambilnya kecuali mengambil bagiannya saja, dan sama sekali tidak
menoleh padanya.
Anak-anak sekalian… Kosongkan hatimu hanya bagi Tuhanmu
Azza wa-Jalla, dan sibukkan badanmu serta nafsumu untuk keluarga, lalu anda
menjalankan perintahNya, bekerja untuk mereka dengan tindakanNya.
Diam di hadapan Allah Azza wa-Jalla, tidak bertanya
padaNya dengan penuh sabar dan ridho lebih utama ketimbang berdoa, meminta dan
memohon. Hapuskan ilmumu pada IlmuNya, serahkan pengaturanmu pada
pengaturanNya, putuslah hasratmu bertambat pada hasratNya. Singkirkan akalmu
ketika takdir dan ketentuanNya tiba. Lakukan itu semuanya bila anda menghendakiNya
sebagai Tuhan, Penolong dan Tempat berserah diri.
Diamlah di hadapanNya bila anda ingin wushul (sampai)
padaNya. Kehendak dan cita orang beriman menyatu, hingga tidak memiliki
lintasan sedikit pun kecuali lintasan yang datang dari Allah Azza wa-Jalla di
hatinya. Ia mendekam di pintu TuhanNya Azza wa-Jalla. Bila ma’rifatnya mandiri,
Allah membukakan pintu di hadapanNya, lalu dibalik itu, ia melihat sesuatu yang
tak mampu diungkapkan dalam lintas hatinya dan isyarat, sebuah kalam yang
tersembunyi dalam batin, senantiasa fana’ dari diri dan hawa nafsunya serta
akhlak tercelanya, bahkan fana’ dari semua makhluk, dalam suasana penuh
pemaafan, kebagusan dan kenikmatan. Dia menjadi objek dari tindakanNya seperti
Ashabul Kahfi. Allah Azza wa-Jalla berfirman:
“Dan Kami balik-balikkan mereka ke kanan dan ke kiri.”
(Al-Kahfi 18)
Dengarkan ini hai anak-anakku, imanilah dan jangan engkau
dustakan. Jangan sampai dirimu terhalang kebajikan dari berbagai arah.
Syeikh Abdul Qadir Al-Jilany (19 Ramadhan, tahun 545, H. di Pesantrennya)
Sumber: www.sufinews.com
0 Response to "Jangan Jual Agama Dengan Kekuasaan"
Post a Comment
Terimah Kasih Telah Berkunjung Ke blog yang sederhana ini, tinggalkan jejak anda di salah satu kolom komentar artikel blog ini! jangan memasang link aktif!