Sekadar Makna Basmalah
“Barang siapa
mengerjakan suatu pekerjaan baik tanpa mengucapkan basmallah, maka dia tidak
akan mendapatkan rahmat dari Allah.” (Hadits)
Kenapa bismillah itu artinya benar? Kalau orang belum
tahu maknanya bismillah, manusia itu jangan suka dengan mudahnya mengkafirkan
sesama muslim. Ketika mengerjakan sesuatu berarti harus berada tujuan,
maka orang yang mengerjakan sesuatu menurut Ibnu Athaillah untuk mendapatkan
rahmat Allah. Karena itu harus dimulai dengan mengucap bismillah.
Allah Tempat bergantung
Kalimat Bismillahirrahmanirrahiim tidak digabung dengan Asmaul Husna yang lain,
seperti contoh bismillahil ‘alimul hakim bismillahil sububussalam atau
yang lainnya, melainkan bismillahirrahmanirrahiim, karena mengawali perkara
harus hidayahnya dulu bener rahmat Allah.
Sebab menurut Ibnu Athaillah orang itu tidak boleh
bersandar pada dirinya, kepada ilmunya atau kepada pekerjaannya. Orang tidak
boleh bergantung kepada pekerjaan, ilmu, dengan mengatakan Al hikmatu ‘ala
nasfi in qitou rroja... Orang yang bersandar kepada ilmu itu tandanya Ketika
menghadapi sesuatu ia panik, ketika menghadapi kesulitan ia mengeluh, ketika ia
menghadapi musibah ia putus asa, terputusnya harapan.
Karena tujuan hidup mengerjakan sesuatu itu mencari
rahmat Allah atau kasih sayangnya Allah, bagaimana orang bisa bersandar kepada
dirinya sendiri. Padahal dirinya itu adalah makhluq dan rapuh, bagaimana
bersandar pada pekerjaan, padahal pekerjaan tidak menentu, bersandar pada
ekonomi padahal ekonomi itu bersifat fluktuatif, jika menghadapi macam-macam.
Dan Tuhan memberitahu pada kita bahwasanya ada yang
namanya “Ash-Shomad”, dimana tempat semuanya bergantung, karena itu menurut
Ibnu Athaillah, orang yang bergantung kepada ilmu, pekerjaan, diri sendiri dan
amal adalah ia akan rapuh. Tiada lain Tempat bergantung kecuali kepada
As-shomad, karena Dia lah tempat satu-satunya untuk bergantung.
Ar-Rahman
Asma-asma Allah Ta’ala
diproyeksikan yang menunjukkan keistimewaan-nya, yang berada di atas
Sifat-sifat dan Dzat Allah Ta’ala. Sedangkan wujud Asma itu sendiri menunjukkan
arah-Nya, sementara kenyataan Asma itu menunjukkan Ketunggalan-Nya.Allah itu
sendiri merupakan Nama bagi Dzat (Ismu Dzat) Ketuhanan. dari segi Kemutlakan
Nama itu sendiri. Bukan dari konotasi atau pengertian penyifatan bagi
Sifat-sifat-Nya, begitu pula bukan bagi pengertian “Tidak membuat penyifatan”.
“Ar- Rahman” adalah predikat yang melimpah terhadap wujud dan keparipurnaan
secara universal. menurut relevansi hikmah. dan relevan dengan penerimaan di
permulaan pertama.
Dalam bismillah itu ada satu lafadz Allah “Ar-Rahmani”,
yang mengasihi kepada semua makhluq-Nya, kepada siapa saja yang telah
diciptakan-Nya, tidak pandang bulu, baik itu muslim, kafir, nasrani maupun
yahudi. Rahmat Allah ada di mana-mana. Ada juga di kembang-kembang,
tulisan-tulisan tak terhingga tempat, selalu ada yang namanya rahmat Allah.
Karena Allah itu ar-Rahman, Allah juga menunjukkan dalam
firman-Nya, “dan rahmat-Ku mengikuti segala sesuatu,”. Karena itu kalau
mengerjakan sesuatu yang dituju adalah Rahmat Allah, hal ini disebabkan rahmat
Allah ada di mana-mana.
Di dunia rahmat Allah itu, tidak hanya untuk orang-orang
beriman, orang kafirpun juga diberi rahmat. Semuanya diberi rahmat oleh Allah,
karena Allah Maha Pengasih, dan kasih itu diperuntukkan bagi makhluq
ciptaan-Nya.
Kita juga harus bisa membuktikan bahwa keberadaan kita
menjadi rahmat bagi semuanya, bukan hanya kepada sesama muslim. Orang beriman
itu harus menunjukkan bahwa dirinya menjadi rahmat bagi semua di dunia
ini.
Dari kata bismillah itu, seseorang jika mengawali
pekerjaan dengan bismillah maka mereka mengharap bahwa dari pekerjaanya itu
dapat memberikan kasih sayang kepada semua orang.
Ar-Rahiim
Nah kemudian, dilanjutkan dengan
kata “ar-Rahiim”, yang artinya bahwa kasih sayang Allah hanya untuk orang-orang
beriman di akhirat. Di dalam al-Quran, “akan Aku tetapkan rahmat itu dikekalkan
untuk orang-orang yang bertaqwa.” Sebab sifat ar-Rahiim-nya Allah hanya
untuk orang-orang yang beriman kelak diakhirat nanti.
Menurut Ibnu Araby dalam Kitab Tafsir Tasawufnya,
“Tafsirul Qur’anil Karim” menegaskan, “Ar-Rahiim” adalah yang melimpah bagi
keparipurnaan maknawi yang ditentukan bagi manusia jika dilihat dari segi
pangkal akhirnya. Karena itu sering. disebutkan, “Wahai Yang Maha Rahman bagi
Dunia dan akhirat, dan Maha Rahim bagi akhirat”.
Artinya, adalah proyeksi kemanusiaan yang sempurna, dan
rahmat menyeluruh, baik secara umum maupun khusus, yang merupakan manifestasi
dari Dzat Ilahi. Dalam konteks, inilah Nabi Muhammad Saw. Bersabda, “Aku diberi
anugerah globalitas Kalam, dan aku diutus untuk menyempurnakan akhlak (menuju)
paripurna akhlak.”
Karena kalimat-kalimat merupakan hakikat-hakikat wujud
dan kenyataannya. Sebagaimana Musa as, disebut sebagai Kalimah dari Allah,
sedangkan keparipurnaan akhlak adalah predikat dan keistimewaannya. Predikat
itulah yang menjadi sumber perbuatan-perbuatan yang terkristal dalam jagad
kemanusiaan. Memahaminya sangat halus. Di sanalah para Nabi –alaihimus salam–
meletakkan huruf-huruf hijaiyah dengan menggunakan tirai struktur wujud.
Kenyataan ini bisa djtemukan dalam periode! Isa as, periode Amirul Mukminin
Sayyidina Ali Karromallahu Wajhah, dan sebagian masa sahabat, yang secara
keseluruhan menunjukkan kenyataan tersebut.
(KH. Abdul Manan A. Ghoni - Ketua Takmir Masjid PBNU)
Sumber: www.sufinews.com
0 Response to "Sekadar Makna Basmalah"
Post a Comment
Terimah Kasih Telah Berkunjung Ke blog yang sederhana ini, tinggalkan jejak anda di salah satu kolom komentar artikel blog ini! jangan memasang link aktif!