Biografi Hamka (Haji Abdul Malik Karim Amrullah)


Biografi Hamka (Haji Abdul Malik Karim Amrullah)
Haji Abdul Malik bin Abdul Karim Amrullah atau disebut dengan Hamka (akronim pertama bagi orang Indonesia) dilahirkan di Sungai Batang, Maninjau, pada 17 Pebruari 1908 bertepatan dengan 14 Muharram 1320 Hijriyah. Ayahnya adalah seorang ulama yang sangat terkenal di Minangkabau khususnya, dan di Sumatera umumnya, sebagai salah seorang pembawa pembaharuan dalam Islam yang di waktu itu disebut kaum muda.

Pada tahun 1914, Abdul Malik, nama panggilan Hamka sewaktu masih kecil, telah mengawali pendidikannya dengan membaca al-Qur’an di rumah orang tuanya sewaktu mereka sekelurga pindah dari Maninjau ke Padang Panjang. Setahun kemudian, setelah mencapai usia enam tahun, Abdul Malik dimasukkan ayahnya kesekolah desa, kemudian pada tahun 1916 dimasukkan ayahnya kesekolah Diniyyah.

Dengan hasrat agar anaknya kelak menjadi ulama seperti-nya, Syekh Abdul Karim Amrullah memasukkan Hamka ke Thawalib School. Kendatipun system klasikal sudah diberlakukan oleh Thawalib School, kurikulum dan materi pelajaran masih memakai cara lama. Buku-buku lama dengan keharusan menghafal, masih merupakan ciri utama sekolahan ini. Inilah yang membuat Hamka cepat bosan. Keadaan inilah yang membuat Hamka berada di perpustakaan umum milik Zainuddin Labai el-Yunusi dan Bagindo Sinaro.

Pada tahun 1924, Hamka berkunjung ke tanah jawa selama kurang lebih satu tahun, yang menurut hamka sendiri telah mampu memberikan semangat baru baginya untuk mempelajari Islam. Rantau pengembaraan pencarian ilmu di tanah jawa itu dimulai dari kota Yogyakarta, kota ditempat mana Muhammadiyyah lahir lewat Ja’far Amrullah, pamannya Hamka. Kemudian beliau mendapat kesempatan mengikuti kursus-kursus yang diselenggarakan Muhammadiyyah dan Syarikat Islam. Dalam kesempatan ini Hamka bertemu dengan Ki Bagus Hadikusumo, di mana Hamka mendapat pelajaran tafsir al-Qur’an darinya. Ia juga bertemu dengan H.O .S.Cokroaminoto dan mendengar ceramahnya tentang Islam dan sosialisme. Di samping itu ia berkesempatan pula untuk bertukar pikiran dengan beberapa tokoh penting lainnya, seperti Haji Fachruddin dan Syamsul Rijal, tokoh Jong Islamieten Bond,suatu organisasi yang berjuang m empelajari Islam dan mengajarkan agar ajaranajarannya dilaksanakan, serta mengembangkan rasa simpatik kepada Islam dan pengikutnya, si samping juga menunjukkan sikap toleran terhadap agama lain.

Setelah perkawinannya dengan Siti Raham, ia mengaktifkan diri sebagai pengurus Muhammadiyah cabang Padang. Pada tahun 1933, ia menghadiri Muktamar Muhammadiyah di Semarang, dan pada tahun 1934, ia diangkat menjadi anggota tetap Majlis Konsul Muhammadiyah di Sumatera Tengah. Kemudian pada tahun 1946, berlangsung konferensi Muhammadiyah di Padang Panjang, dan Hamka terpilih sebagai ketuanya. Situasi ini sangat menguntungkan Hamka, sehingga kebolehannya sebagai penulis dan penceramah bertambah popular.

Pada saat yang sama, Hamka merupakan figur terkemuka dalam perjuangan revolusioner merebut kemerdekaan nasional di Sumatera Barat dari tahun 1945 sampai 1949. pada tahun 1950, ia pindah ke Jakarta dan diangkat sebagai pejabat tinggi Depag, Hamka memanfaatkan sebagian besar waktunya untuk mengajar, menulis dan menyunting serta menerbitkan jurnal Panji Masyarakat. Pada tahun1955, Hamka terpilih menjadi anggota konstituante mewakili partai politik modern Islam, Masyumi. Karir politik berakhir dengan dibubarkannya majlis ini oleh Presiden Sukarno.

Di saat Hamka menjadi pejabat tinggi dan penasehat Depag, kedudukan yang memberikan peluang baginya untuk mengikuti konferensi di luar negeri. Pada tahun 1952, pemerintah Amerika Serikat mengundangnya untuk menetap selama empat bulan. Selama kunjungan itu, Hamka mempunyai pandangan yang lebih terbuka terhadap Negara-negara non-Islam. Sekembalinya dari Amerika Serikat, Hamka menerbitkan buku perjalanannya Empat Bulan di Amerika sebanyak dua jilid. Sesudah itu, secara berturut-turut, Hamka menjadi anggota misi Kebudayaan ke Muangthai (1953), mewakili Depag untuk menghadiri peringatan mangkatnya Budha di Burma (1954), menghadiri konferensi Islam di Lahore (1958) dan menghadiri undangan Universitas al-Azhar Kairo untuk memberikan ceramah tentang pengaruh Muhammad Abduh di Indonesia. Beberapa hari setelah mengadakan kunjungan tersebut, Hamka melanjutkan perjalanannya ke Saudi Arabia untuk memenuhi undangan raja Saudi Beliau melanjutkan ke Mekkah, Jeddah dan ziarah ke makam Rasulullah saw. Di Madinah. Setelah itu datanglah berita dari Riyad yang menyatakan bahwa raja Saud berkenan menerimanya di istananya sebagai tamu. Dan pada waktu itu pula, datanglah kabar berita dari Mesir yang dikirim dengan perantaraan istana raja, oleh Duta Mesir di Indonesia, Sayyid Ali Fahmi al-Amrouzi, yang menyatakan bahwa al-Azhar University telah mengambil keputusan hendak memberinya gelar ilmiah tertinggi dari al-Azhar University, yaitu Ustadziyah Fakhriyyah, yang sama artinya dengan Doktor Honoris Causa. Kemudian raja Saud meminta Hamka untuk kembali ke Mesir guna menghadiri upacara penyerahan gelar mulia itu, sebab dari ceramahnya tersebut ketika di al-Azhar University sebelumnya.

Pada tahun 1960 beliau terpilih menjadi Imam besar Masjid al-Azhar. Karena tuduhan palsu terlibat percobaan pembunuhan terhadap presiden Sukarno sebagaimana isu yang berkembang Indonesia pada akhir tahun 2002, bahwa Syeikh Ba’asyir diisukan merencanakan pembunuhan terhadap Presiden Megawati Sukarno Putri-Hamka ditahan pada tahun 1964. selama dua puluh bulan berada di tahanan, beliau menyelesaikan naskah Tafsir al-Azhar sebanyak tiga puluh jilid.
Dua bulan sebelum wafatnya, Hamka yang sejak tahun 1975 menjadi ketua

MUI mengundurkan diri dari jabatan tersebut. Hal ini disebabkan oleh perayaan Natal yang dilakukan bersama dengan penganut agama lainnya, termasuk umat Islam. MUI yang diketuai Hamka telah mengelurkan fatwa bahwa haram hukumnya bagi seorang Muslim untuk mengikuti perayaan Natal, di mana fatwa tersebut mendapat kecaman dari Menteri Agama Alamsyah Ratu Perwira dan meminta untuk mencabutnya.

Pada tanggal 24 Juli 1981, sembari dikelilingi oleh isterinya Khadijah, beberapa teman dekat dan putranya Afif Amrullah, Hamka pulang ke Rahmatullah dalam usia tujuh puluh tiga tahun.

Karya-karya Buya Hamka
Buya Hamka bukan hanya ulama’ karismatik di jamannya yang mampu membius jutaan umat ketika berceramah. Buya Hamka juga mempunyai kemampuan yang luarbiasa dalam karya tulis menulis. Berikut beberapa karya beliau:

1.      Tafsir Al-Azhar Juz' 1-30
2.      Khatibul Ummah, Jilid 1-3. Ditulis dalam huruf Arab.
3.      Pembela Islam (Tarikh Saidina Abu Bakar Shiddiq),1929.
4.      Adat Minangkabau dan agama Islam (1929).
5.      Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck (1937), Pedoman Masyarakat, Balai Pustaka.
6.      Di Dalam Lembah Kehidupan 1939, Pedoman Masyarakat, Balai Pustaka.
7.      Merantau ke Deli (1940), Pedoman Masyarakat, Toko Buku Syarkawi.

SUBSCRIBE TO OUR NEWSLETTER

Sarana Belajar Hukum Islam dan Hukum Positif

0 Response to "Biografi Hamka (Haji Abdul Malik Karim Amrullah)"

Post a Comment

Terimah Kasih Telah Berkunjung Ke blog yang sederhana ini, tinggalkan jejak anda di salah satu kolom komentar artikel blog ini! jangan memasang link aktif!