Makna Al-Masyriq dan Al-Maghrib


Makna Al-Masyriq dan Al-Maghrib
Dalam pandangan sufistik, al-masyriq (timur) dan al-maghrib (barat) ternyata bukan hanya menunjukkan tempat atau wilayah geografis, melainkan juga banyak makna dan pesan. 

Termasuk di dalamnya adalah pesan kosmologi, teologi, mitologi, antropologi, sosiologi, dan metodologi. Tidak kurang dari 13 kali kata al-masyriq dan al-maghrib terulang di dalam Alquran.

Ada dalam bentuk mufrad (al-masyriq/al-maghrib) seperti dalam QS Al-Baqarah [2]: 115, bentukmutsanna (al-masyriqain/al-maghribain) seperti dalam QS Al-Rahman [55]: 17, dan ada dalam bentuk jama' (al-masyariq/al-magharib), misalnya, pada QS Al-Ma'arij [70]: 40.
Al-masyriq berasal dari akar kata syaraqa-yasyruq berarti terbit, bersinar, kemudian membentuk kata al-masyriq (timur, sinar yang masuk di celah-celah lubang), al-musytasyriq (orientalis).

Lalu, kata gharaba-yaghrubu berarti pergi menjauh, terbenam, asing, beracun, lalu membentuk kata al-maghrib (barat, tempat/waktu terbenam matahari), al-musytaghrib (oksidentalis).

Dalam kitab-kitab tafsir klasik, kata al-masyriq dan al-maghrib lebih banyak diartikan dengan kata timur dan barat dalam arti geografis, yakni timur dan barat tempat, waktu terbit, serta tenggelamnya matahari, seperti dijelaskan dalam QS Al-baqarah [2]: 115, "Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka ke mana pun kamu menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya), lagi Maha Mengetahui.''

Kata al-masyriq dan al-maghrib dihubungkan dengan tempat yang menjadi kiblat shalat umat Islam di Madinah, yang tadinya menghadap ke barat, yaitu ke Baitul Maqdis, dan ke timur, yaitu ke Ka'bah, Kota Suci Makkah. Demikian pula ulama-ulama tafsir mu'tabarah lainnya di kalangan Sunni. Dalam pandangan ulama tasawuf, timur dan barat lebih banyak menekankan makna kosmologis dan hermeneutiknya.

Kata al-masyriq (timur) dihubungkan dengan sebuah dunia yang lebih menekankan arti penting nilai-nilai spiritual-psikologis, sedangkan kata al-maghrib (barat) dikaitkan dengan sebuah dunia yang lebih menekankan aspek filsafat dan logika.

Perdebatan dunia Timur dan Barat bukan hanya terjadi pada abad modern, melainkan juga sudah muncul sejak dahulu kala.

LWH Hull, seorang profesor yang amat disegani di AS, dalam karya monumentalnya, History and Philosophy of science: An Introduction, mengungkapkan siklus pergumulan antara agama, filsafat, dan ilmu terjadi setiap enam abad.

Pergumulan itu dikaitkan dengan hubungan dialektis antara Timur dan Barat. Ia memulai penelitiannya dengan mengkaji enam abad sebelum Masehi.

Periode ini ditandai dengan lahirnya tokoh-tokoh filsafat Yunani di Barat yang amat tersohor sampai saat ini, seperti Tales (ahli filsafat, astronomi, dan geometrika), Pythagoras (geometrika dan aritmatika), Aristoteles (ahli filsafat, ahli ilmu empiris, lebih dikenal sebagai pendiri Mazhab Alexandria, yang lebih menekankan pendekatan induktif), Plato (ahli filsafat, ahli ilmu-ilmu rasional, lebih dikenal dengan pendiri Mazhab Atena, yang lebih menekankan pendekatan deduktif).

Pada periode ini, para filsuf menenggelamkan peran dan popularitas pemimpin politik dan pemimpin agama, yang umumnya lahir dan berkembang di Timur. Perlu diingat bahwa semua agama besar, seperti Hindu, Buddha, Konghucu, Tao, Yahudi, Nasrani, dan Islam lahir di Timur.

Tidak ada agama besar yang lahir di Barat. Katolik dan Protestan yang besar di Barat itu baru belakangan. Kristen berkembang di Barat setelah 600 tahun Nabi Isa (Yesus Kristus) wafat.

Periode kedua, ditandai dengan lahirnya Nabi Isa (1 M) sampai lahirnya Nabi Muhammad (6 M) di Palestina (Timur). Periode ini ditandai dengan merosotnya pengaruh dan popularitas para filsuf (di Barat) dan menguatnya peran raja yang sekaligus penguasa gereja. Mereka mengatasnamakan diri sebagai wakil Tuhan di bumi. Otoritas dan penentu kebenaran berada di tangan raja (Romawi). Dalam periode ini, hampir tidak ditemukan tokoh pemikir dan filsafat.

Sebaliknya, tercatat sejumlah raja yang sangat full power. Pada masa ini, orang-orang tidak berani berpikir dan mengkaji ilmu pengetahuan karena bisa saja berarti malapetaka baginya. Terutama, jika teori dan hasil pemikirannya berbeda, apalagi bertentangan dengan pendapat gereja. Tidak sedikit jumlah pemikir dan ilmuwan yang menjadi korban karena mereka mencoba memperkenalkan kebenaran di luar gereja.

Akibatnya, muncullah zaman kegelapan yang tidak ada lagi keberanian untuk melakukan pengkajian dan aktivitas ilmu pengetahuan. Inilah yang kemudian disebut dengan zaman jahiliyah dan sekaligus menjadi background lahirnya agama Islam.

Periode ketiga, ditandai dengan lahirnya Nabi Muhammad (abad 6 M) di Makkah (Timur) sampai abad kebangkitan Eropa (abad 13 M).

Periode ini diawali dengan abad kegelapan Kristen Eropa sebagai akibat dominannya raja yang mengambil alih otoritas gereja. Periode ini juga ditandai dengan kelahiran seorang tokoh fenomenal, yaitu Nabi Muhammad SAW.

Ia lahir dalam peta geografi yang sama sekali tidak diperhitungkan oleh dua negara adidaya ketika itu, yaitu Kerajaan Romawi-Bizantium di Barat dan Kerajaan Sasania-Persia di Timur. Figur Nabi Muhammad menjadi central factor pada periode ini. Tentu yang amat penting dalam periode ini adalah kehadiran wahyu Alquran sebagai pedoman hidup.

Periode ini dilukiskan sebagai periode ideal untuk sejarah kemanusiaan, di mana ilmu dan agama menyatu dalam kehidupan umat manusia. Inilah yang menempatkan Nabi Muhammad sebagai The Best Leader dan The Best Managersepanjang sejarah kemanusiaan, sebagaimana diungkapkan Michael Hart dan Thomas Carlyle.

Pada periode ini, banyak sekali prestasi kemanusiaan yang dapat dicatat, antara lain lahirnya tokoh-tokoh agama, seperti lahirnya empat Imam Mazhab (Abu Hanifah, Malik, Syafi'i, dan Ahmad Ibnu Hambal) dan tokoh-tokoh sains dan filsafat, bangkitnya kembali pemikiran dan filsafat ala Yunani, sehingga periode ini disebut periode filsafat Yunani II.

Masa kejayaan Islam terjadi ketika dunia Islam tidak mempertentangkan Timur dan Barat, tetapi melakukan sintesis positif antara keduanya, sesuai dengan hadis, "Al-hikmah dhalat al-mu'min fa haitsu wajadaha fa huwa ahaqq biha"(hikmah/kebaikan adalah milik orang yang beriman, di mana pun engkau jumpai, ambillah).

Ini juga sejalan dengan ayat berikut: "Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi, dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan), dan orang-orang yang meminta-minta; (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan, dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); mereka itulah orang-orang yang bertakwa." (QS. Al-Baqarah: 177).

Nabi pernah mengirim ekspedisi keilmuan ke Timur, khususnya Cina, yang terkenal dengan hadisnya, "Uthlub al-'ilm walau bi al-shin" (tuntutlah ilmu walau sampai ke tanah Cina). Pada kesempatan lain, Nabi mengutus diplomat dan ekspedisi keilmuan ke Barat, yang hasilnya dalam sejarah Nabi mendapatkan penghargaan dan apresiasi dari raja-raja Barat (Eropa).

Ini semua menjadi penting untuk dunia Islam. Jika ingin kembali menguasai masa depan, polarisasi Timur-Barat harus dihilangkan, sebagaimana terjadi pada masa the golden age.

Sayang sekali, masa kejayaan Islam selama enam abad tidak bisa berlangsung lebih lama karena pusat-pusat kerajaan Islam terlalu jauh meninggalkan roh al-Islam.
Perpecahan dan bahkan perang saudara terjadi antara dinasti-dinasti Islam. Selain itu, mulai terjadi dekadensi moral di dalam masyarakat.

Perintah dan larangan ajaran Islam banyak dilanggar, sehingga tidak ada kekuatan dan otoritas untuk menegakkan kembali ajaran luhur itu karena figur kalangan atas tidak memberi contoh yang baik.

Apa yang terjadi pada masa jahiliyah kembali diadopsi anggota keluarga raja dan kalangan elite bangsa Arab, misalnya, tradisi harem (gundik-gundik keluarga raja) yang sudah pernah tidak kedengaran pada masa awal Islam, kembali marak lagi.

Menurut Fatimah Mernissi, seorang pakar woman studies, di antara seluruh raja yang pernah berdaulat di Dinasti Bani Abbasiyah, hanya dua orang yang lahir dari permaisuri sah, selebihnya berasal dari istri selir. Hal lain yang perlu dicatat ialah merosotnya aktivitas ilmu pengetahuan.

Pemikiran mu'tazilah yang menjunjung tinggi pikiran dan logika seolah-olah dipandang sebagai aliran sesat. Akibatnya, aktivitas pemikiran dan ilmu pengetahuan mandek. Kebetulan, setelah pemikiran mu'tazilah menurun, digantikan aktivitas tasawuf, yang lebih menekankan aspek rasa dan spiritualitas. Khurafat, bid'ah, pemikiran mistik, serta spekulatif berkembang cepat di dunia Islam.

Pandangan dunia (Islamic world view) berbalik dari periode-periode sebelumnya. Periode ini betul-betul memalukan bagi dunia Islam. Menurut teori politik Ibnu Khaldun, periode sejarah kerajaan dibagi ke dalam empat periode, yakni periode perintis, pembangun, penikmat, dan periode penghancur.

Periode penghancur ini terjadi pada abad 13. Cepat atau lambatnya siklus Ibnu Khaldun ini bergantung pada konsisten atau tidaknya para pelaku politik di dalam memerankan peran politiknya. Alquran sendiri meniscayakan perubahan itu, sebagaimana diisyaratkan dalam QS Ali Imran: 14, "Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran)."

Alquran juga menegaskan bahwa yang mempunyai ajal itu bukan hanya manusia sebagai perorangan, melainkan juga semua masyarakat. Likulli ummatin 'ajal, setiap suatu komunitas itu mempunyai ajal. Dan dalam ayat lain juga dikatakan,"Apabila ajal tiba, tidak akan ditunda atau dipercepat."

Mungkinkah masa kejayaan ini bisa kembali? Semua bergantung pada sejauhmana umat Islam bisa mengindahkan rumus-rumus sejarah yang digambarkan di dalam Alquran.

Oleh: Prof Dr Nasaruddin Umar

Sumber: www.republika.co.id

SUBSCRIBE TO OUR NEWSLETTER

Sarana Belajar Hukum Islam dan Hukum Positif

0 Response to "Makna Al-Masyriq dan Al-Maghrib"

Post a Comment

Terimah Kasih Telah Berkunjung Ke blog yang sederhana ini, tinggalkan jejak anda di salah satu kolom komentar artikel blog ini! jangan memasang link aktif!