Kapankah Lailatul Qadar Muncul?


Kapankah Lailatul Qadar Muncul?
Abu Said Al-Khudri suatu saat pernah beriktikaf bersama Rasulullah SAW pada 10 hari pertengahan Ramadhan. Pada pagi hari ke-20 bulan suci itu, Nabi berpidato. 

Dalam pidato itu, Rasul menegaskan bahwa beliau sering melihat Lailatul Qadar, lalu telah dibuat lupa atau lupa kapan peristiwa itu terjadi. 

Pada pengujung petuahnya itu, Rasul menyarankan agar segenap umat Muslim mencarinya pada 10 hari terakhir. “Terutama, pada hari-hari yang bertanggal ganjil.”

Tak ada yang bisa memastikan secara tepat kapan malam yang dikenal dengan sebutan “Malam Seribu Bulan” itu muncul. Ketidakpastian waktu itu pulalah yang menimbulkan perbedaan di kalangan ulama. 

Hanya ada beberapa hal yang mereka sepakati, soal penamaan, keutamaan, dan tanda-tanda alam yang bisa digunakan sebagai patokan untuk memprediksi kehadiran malam ini.

Menurut Syekh Jamal Al-Jamaz dalam esainya berjudul “Lailat Al Qadar; Fadhail wa Ahkam”, dinamakan dengan malam “takdir” karena pada hari ini Allah SWT menetapkan rezeki, ajal, dan segala kejadian yang berlangsung di alam semesta.

Ketika itu pula Allah telah menentukan nasib mereka. Apakah kelak mereka termasuk orang yang merugi atau justru sebaliknya, beruntung dunia akhirat. Ini adalah takdir dalam skala tahunan. Sementara, secara umum telah ditetapkan semenjak azali. “Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah.” (QS. Ad-Dukhan [44]: 4).


Para ulama juga sepakat tentang beberapa tanda-tanda utama untuk memprediksikan datangnya malam ini. Syekh Ahmad Abdurrahman dalam makalahnya berjudul “Fadhail Lailat Al-Qadar” mengatakan, di antara tanda yang bisa dilihat kasat mata terkait kehadiran malam ini, yaitu matahari terbit pada pagi harinya berwarna putih dan tidak terlalu memancarkan cahaya. 


Ini sesuai dengan riwayat Muslim. Tanda lainnya ialah suhu udara pada malam tersebut cukup kondusif. Tidak terlalu dingin atau panas. Ini berdasarkan riwayat Ibnu Khuzaimah dari Ibnu Abbas.

Silang pendapat
Namun, soal kapan malam ini bisa dijumpai secara pasti, para ulama tidak bisa bersepakat. Ada banyak opsi tentang keberadaan malam itu. 

Ibnu Hajar dalam “Al-Fath Al-Bari” menaksir ada 46 pendapat tentang waktu Lailatul Qadar, ditambah dua kemungkinan.


Waliyuddin Al-Iraqi dalam kitab “Syarh As Shadr bi Dzikri Lailatul Qadr” menghitung tak kurang dari 25 opsi pendapat terkait ini. Ada pula yang menghitung sampai muncul angka 60 pendapat. 

Menurut Al-Qurthubi, perbedaan ini muncul karena dilatarbelakangi oleh penyikapan dan pemahaman hadis seputar Malam Seribu Bulan. Analisisnya ini seperti dinukilkan dalam kitab “Al-Mufhim”.


Syekh Al-Kasnazan Al-Husaeni dalam esainya berjudul “Malaf ‘an Lailah Al-Qadar” memaparkan beberapa pendapat ulama seputar kapan malam tersebut muncul. Sejumlah kalangan menyatakan tidak ada batasan untuk waktu Lailatul Qadar. 


Artinya, malam ini bisa saja hadir di sepanjang tahun. Ini adalah pendapat Abdullah bin Mas’ud, Ibnu Abbas, Ikrimah, dan Abu Hanifah.

Pendapat yang lain mengatakan, Lailatul Qadar hanya khusus berlangsung pada Ramadhan dan mungkin muncul di salah satu malam sepanjang Ramadhan.

Deretan nama mengamini pendapat ini, yaitu Abu Hurairah, Ibnu Abbas, Abu Dzar Al-Ghifari, Hasan Al-Bashri, Ibn Al-Mundzir, sebagian ulama bermazhab Syafi’i, dan As-Subuki.

Ada pula yang mengatakan, Lailatul Qadar jatuh pada malam pertama Ramadhan. Pendapat ini diamini oleh Abu Razin Al-Aqili Laqith bin Amir. 

Pendapat lainnya yaitu malam ini terdapat pada malam 17 Ramadhan, seperti dinukilkan dari Zaid bin Arqam. Menurut Syafi’i dan mayoritas penganut Mazhab Syafi’i, malam tersebut jatuh pada malam pertama dari 10 hari terakhir Ramadhan.


Sahabat Bilal dan Aisyah RA mengatakan malam tersebut ada pada malam ke-23 Ramadhan. Hal ini juga dikuatkan oleh Anis Al-Juhni dan Ibnu Al-Musayyib. Sedangkan, Ubai bin Ka’ab, Anas bin Malik, dan Zur bin Habisy mengatakan, Lailatul Qadar hadir pada malam ke-27 Ramadhan.


Menurut Syekh Kaznazan, pendapat yang kuat ialah opsi yang menyatakan keberadaan Lailatul Qadar ada pada 10 hari terakhir. Tepatnya? Ia tidak memastikan. Yang jelas, sesuai dengan hadis riwayat Bukhari dan Muslim, Rasulullah menyarankan agar mengoptimalkan pencariannya pada 10 hari terakhir Ramadhan. 

Ini juga pernah diserukan oleh Umar bin Khathab. Khalifah berjuluk “Al-Faruq” itu meminta segenap umat menghidupkan malam-malam tersebut agar maksimal dalam mencari berkah Lailatul Qadar.

Opsi Ulama
Sepanjang tahun     : Abdullah bin Mas’ud, Ibn Abbas, Ikrimah, dan Abu Hanifah
Khusus Ramadhan  : Abu Hurairah, Ibnu Abbas, Abu Dzar Al-Ghifari, Hasan Al-Bashri, Ibnul Mundzir, sebagian ulama bermazhab Syafi’i, dan As-Subuki.
Malam pertama  : Abu Razin Al-Aqili Laqith bin Amir
Malam ke-17     : Zaid bin Arqam Malam pertama
10 hari terakhir  : Syafi’i dan mayoritas penganut Mazhab Syafi’i
Malam ke-23     : Bilal, Aisyah, Anis al-Juhni, dan Ibnu Al-Musayyib
Malam ke-27     : Ubai bin Ka’ab, Anas bin Malik, dan Zur bin Habisy


Sumber: republika.co.id

SUBSCRIBE TO OUR NEWSLETTER

Sarana Belajar Hukum Islam dan Hukum Positif

0 Response to "Kapankah Lailatul Qadar Muncul?"

Post a Comment

Terimah Kasih Telah Berkunjung Ke blog yang sederhana ini, tinggalkan jejak anda di salah satu kolom komentar artikel blog ini! jangan memasang link aktif!