Memaknai Nuzulul Qur'an
Turunnya
Alqur'an atau yang dikenal dengan sebutan Nuzulul Qur'an terjadi pada Malam Bulan
Ramadhan. Tepatnya, sebagaimana yang diterangkan dalam Surat Al Qadar, bahwa
Alqur'an diturunkan pada malam Lailatul Qadar.
Malam itu, lima
ayat pertama dari Surat Al-Alaq (QS 96:1-5) turun kepada Muhammad SAW lewat
perantaraan Malaikat Jibril. Peristiwa itu dikenal juga sebagai tanda
pelantikan seorang manusia menjadi rasul, utusan Allah yang terakhir.
Wahyu pertama
yang turun memberi makna pada upaya penyadaran manusia akan proses penciptaan
diri dan pembentukan intelektualitasnya. Proses itulah yang akhirnya
mengantarkan manusia memahami risalah Ilahiah yang terkandung dalam Alqur'an.
Semua proses
itu ternyata tak bisa dilepaskan dari campur tangan Allah SWT. "Bacalah
Dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Yang menciptakan manusia dari
segumpal darah. Bacalah. Dan Tuhanmu Yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia)
dengan perantaraan pena. Yang mengajarkan (manusia) apa yang tidak
diketahuinya."
Oleh karena
itu. dalam memperingati Nuzul Qur'an, kita berharap lebih memahami serta
menghayati risalah suci yang dibawa Rasulullah SAW yang terangkum dalam
Alquran. Risalah itu dimaksud sebagai pembentuk karakteristik manusia menjadi
seorang mukmin yang sejati lewat sebuah proses transformasi jiwa.
Proses
transformasi jiwa ini dimungkinkan oleh kekuatan logis pikiran yang merupakan
perluasan dari prinsip intelektual Muslim. Disini, hati (qalbu) memegang peran
penting mengantarkan proses itu terjadi.
Hati (qalbu)
dengan bakat nalurinya bersedia menerima segala hakikat pengetahuan sebagaimana
yang terjadi pada diri Muhammad SAW saat dipaksa oleh Malaikat Jibril membaca
wahyu pertama. Padahal, saat itu Rasul SAW tak bisa membaca dan menulis.
Dengan tuntunan Jibril, yang mengulang perintahnya sampai tiga kali, akhirnya
Muhammad SAW dapat membaca ayat-ayat pertama tersebut dengan lancar. Maka,
sangatlah wajar bila Alqur'an sebagai penuntun hidup manusia sangat mudah
didekati oleh yang jernih.
Lewat pendekatan qalbu ini, kedalaman dan ketinggian risalah llahiyah akan
dapat diejawantahkan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini ditegaskan Alqur'an
yang mengabadikan penerimaan hati Rasulullah SAW saat menerima wahyu pertama.
Matinya tidak mendustakan apa yang telah diiihatnya (QS 53:11).
Ini berarti sebelum akal pikiran Muhammad SAW menerima kebenaran Ilahi, qalbu
telah menerimanya terlebih dulu. Alangkah baiknya bila pada bulan Ramadhan kita
lebih mendalami Alqur'an lewat pendekatan hati (qalbu).
Suasana Ramadhan yang penuh kemuliaan, kesucian, dan keberkahan secara pasti
mendorong upaya tersebut. Dengan demikian pada saat mengakhiri Ramadhan kita
telah menjadikan Alqur'an sebagai keseluruhan tingkah laku atau berakhlak. Tentu
saja, akhlak yang kita harapkan sebagaimana Rasulullah SAW berakhlak.
Sesungguhnya akhlak Rasulullah adalah Alqur'an.
Sumber: ramadhan.republika.co.id
0 Response to "Memaknai Nuzulul Qur'an"
Post a Comment
Terimah Kasih Telah Berkunjung Ke blog yang sederhana ini, tinggalkan jejak anda di salah satu kolom komentar artikel blog ini! jangan memasang link aktif!