Tatapan Allah dalam Hati Kita

Tatapan Allah dalam Hati Kita
Tatapan Allah dalam Hati Kita

Sebaik baik hal yang ada di dalam hati kita, pada saat Allah Taala sedang menatap hati dan batin kita adalah Allah menemukan dalam hati kita penyesalan atas kesalahan dan dosa-dosa kita. Dan sesungguhnya sebagaimana disebutkan dalam hadits, orang mukmin memandang dosa yang dia lakukan, dosa pribadinya itu bagai gunung yang ada di atas kepalanya yang sewaktu-waktu akan menimpa dirinya dan membinasakannya. Adapun seorang munafik menganggap dosa yang dia lakukan itu bagaikan lalat yang hinggap di hidungnya yang dapat dia usir dengan mudah.

Ketika Imam Hasan al-Bashri melewati sekelompok kaum sedang membahas tentang masalah qadha dan qadar tanpa didasari ilmu, mereka berbincang-bincang dalam masalah yang mereka tidak mengerti, maka Imam Hasan al-Bashri mengatakan, Jika mereka masih memikirkan dosa-dosa mereka, niscaya mereka tidak akan ada waktu untuk membicarakan hal hal semacam ini.

Bagaimana halnya dengan seseorang yang setiap hari dan malam harinya dia habis waktunya dalam pandangan yang diharamkan oleh Allah Taala, Bagaimana dengan seseorang yang habis waktunya dalam memburuk burukkan orang orang shaleh, sahabat Nabi dan keluarganya. Seandainya mereka memikirkan dosa mereka, niscaya mereka tidak akan tenggelam sibuk dalam hal-hal semacam begini.

Ini bukan sikap orang orang yang memikirkan dosa-dosa mereka. Ini adalah yang di firmankan Allah Taala, dalam al Quran yakni sifat sifat yang mulia, dalam hal ini adalah orang-orang yang apabila datang kepada Nabi setelah mereka, yakni yang mengatakan Rabbanafirlana wa li ikhwaaninalladziina sabaquuna bil iimaan, walaa tajal fii quluubina ghillal lilladziina aamanu, rabbanaa innaka rauufurrahiim Ampuni kami sekalian dan juga dosa orang-orang sebelum kami pendahulu-pendahulu kami. Dan jangan jadikan dalam hati kami kedengkian terhadap orang-orang yeng beriman. Sesungguhnya Kau Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Syeikh Abu Bakar bin Salim, beliau mencari pengampunan dari Allah Taala untuk diri beliau dan orang-orang di zaman beliau. Dengan susah payah beliau me-minta kepada Allah Taala. Beliau setiap malam menangis untuk Allah Taala. Apabila disampaikan kepada beliau atau mendengar dari orang lain kalau ada orang lain yang menjelek-jelekan dan menghinakan beliau, beliau langsung berdoa dan mendoakan orang tersebut dan memohonkan ampunan kurnia Allah Taala untuk orang itu.

Dan apabila ada orang yang mengganggu beliau dalam waktu cepat dekat disusul musibah yang menimpa, ditanyalah Syekh Abu Bakar bin Salim, Apakah kamu menyumpah orang orang yang mengganggumu. Dijawabnya, Tidak aku sama sekali tidak pernah menyumpah orang Islam, akan tetapi Allah Taala yang murka terlebih dahulu, kecemburuanNya terhadap para auliyaNya tanpa sebelum aku tahu, maka dibinasakan Allah Taala, kalau aku tahu, aku akan minta tolong terlebih dahulu.

Syekh Abu Bakar bin Salim, beliau membentuk majelis majlis ilmu dan majlis dzikir untuk orang awam dan orang khusus. Datang pada beliau murid murid dari jauh, dari Syam, dari Mesir, dari Haramain yaitu Makkah dan Madinah dan dari tempat pelosok yang jauh untuk menimba ilmu kepadanya. Beliau mendidik murid-muridnya, mendidik sekalian manusia untuk bersikap adab yang patut kepada Allah Taala. Sebagaimana kita dengar bahwasanya di dapur beliau dimasak setiap harinya 700 sampai 1000 potong roti.

Suatu hari datang ke rumah Syekh Abu Bakar bin Salim seorang wanita dengan membawa sedikit makanan yakni sekitar setengah liter atau setengah mud dengan niat ingin menghadiahkan kepada Syekh Abu Bakar bin Salim. Ketika sampai wanita tersebut kepada pembantu Syekh Abu Bakar Bin Salim, pembantu itu berkata, Apalah artinya hadiah yang kau berikan ini, Tidakkah kau tahu setiap hari kami memasak hingga seribu potong roti untuk para tamu-tamu kami, Maka tidak disangka-sangka datang Syekh Abu Bakar bin Salim, beliau turun dari tangga menemui wanita itu setelah terdengar suara wanita tersebut. Langsung beliau berkata kepada wanita tersebut, Engkau datang ketempat ini wahai ibu karena Allah, dan engkau bermaksud kepada saya, karena Allah Taala. Berapa banyak langkah yang engkau langkah dalam perjalananmu menuju kemari, semuanya adalah pahala dari Allah. Dan engkau menyiapkan hadiah yang mulia ini. Berapa butir dari gandum yang engkau hadiahkan kepada saya, tiap butirnya betapa besar pahalanya disisi Allah Taala. Maka diangkat dan diterima hadiah tersebut oleh Syekh Abu Bakar bin Salim, menjamu dan menghormati wanita tersebut. Dan dia keluar dari rumahnya dalam keadaan gembira.

Dan beliau pun menegur pembantunya dan berkata, Jangan sekali lagi kau berucap kalimat seperti tadi kepada siapa pun. Ketahuilah bahwasanya kami tidak menyaksikan yang memberi kepada kami semata mata hanya Allah Taala. Apa pun yang sampai kepada kami melalui tangan hambaNya banyak ataupun sedikit pada hakikatnya pemberinya adalah Allah Taala. Sesungguhnya Allah memberi ganjaran kepada mereka sesuai dengan niat mereka, apabila ikhlas karena Allah Taala. Beliau juga mengatakan, Barangsiapa yang tidak mensyukuri yang sedikit, yang banyak tidak akan datang kepadanya. Dan ini adalah lambang, warisan yang beliau bawa dari Nabi Muhammad SAW. Disebutkan dalam riwayat hidup beliau, bahwasanya beliau mengagungkan, menghormati nikmat Allah yang diberikan walaupun sedikit.

Sumber: http://mediaummat.co.id/tatapan-allah-dalam-hati-kita/

SUBSCRIBE TO OUR NEWSLETTER

Sarana Belajar Hukum Islam dan Hukum Positif

0 Response to "Tatapan Allah dalam Hati Kita"

Post a Comment

Terimah Kasih Telah Berkunjung Ke blog yang sederhana ini, tinggalkan jejak anda di salah satu kolom komentar artikel blog ini! jangan memasang link aktif!