Prof DR M Quraish Shihab: Lailatul Qadar Ibarat Tamu Agung
Tanpa terasa, bulan
suci Ramadhan sudah memasuki hari ke-20. Maka, seperti yang diajarkan
Rasulullah SAW, mulai nanti malam sudah memasuki 10 hari terakhir bulan
Ramadhan, saat-saat yang paling baik untuk meraih Lailatul Qadar, atau malam
penentuan, yang disebut-sebut lebih baik dari 1000 bulan. Umat Islam berlomba-lomba
meraihnya. Namun sangat jarang yang menemukannya. ''Lailatul Qadar itu mirip
dengan tamu agung yang datang berkunjung ke suatu tempat. Boleh jadi, sekian
banyak orang, bahkan ribuan orang yang datang menjemputnya di airport, dia
hanya akan datang ke tempat orang yang sudah dia kenal, yang dia rasakan sudah
siap untuk menyambutnya. Kalau tidak, tentu Lailatul Qadar tidak akan datang.
Lailatul Qadar, apakah
semua orang bisa mendapatkannya?
Lailatul Qadar diraih dengan menyucikan diri,
memperbanyak ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah dalam berbagai kegiatan
positif. Semua orang yang memenuhi persyaratan-persyaratan, siap hatinya untuk
dikunjungi oleh lailatulqadr, mempunyai peluang untuk itu. Lailatulqadr itu
mirip dengan tamu agung yang datang berkunjung ke suatu tempat. Boleh jadi,
sekian banyak orang bahan ribuan orang yang datang menjemputnya di air port,
dia hanya akan datang ke tempat orang yang sudah dia kenal, yang dia rasakan
sudah siap untuk menyambutnya.
Kalau tidak, tentu
Lailatul Qadar tidak akan datang. Apakah ada tanda-tanda khusus dengan
datangnya Lailatul Qadar tersebut?
Ada dua. Menurut surat Al Qadr itu, yang pertama
Lailatul Qadar ditandai dengan turunnya malaikat. Itu berarti, orang yang
memperoleh Lailatul Qadar selalu mendapat bimbingan
malaikat. Jadi, dia punya kegiatan positif selalu. Yang kedua, Lailatul Qadar
yang digambarkan sebagai salamun hiya hatta mathla'il fajr damai. Artinya,
orang itu selalu merasa kedamaian bersama dirinya, memberi kedamaian kepada
pihak lain. Itu tandanya yang paling pasti. Dampaknya pada perilaku manusia.
Tapi ada sebagian masyarakat yang beranggapan tanda
Lalatul Qadar seperti
angin yang berhembus sepoi-sepoi?
Saya kira tidak harus seperti itu. Tanda-tanda fisik
riwayatnya berbeda-beda penilaiannya. Sedangkan dua tanda yang kita sebutkan di
atas disebutkan di dalam Alquran. Saya lebih cenderung memahami tanda itu dalam
pengertian tersebut.
Yang menarik, dalam
surat Al Qadr disebutkan Lailatul Qadar lebih bari dari seribu bulan, apa sesugguhnya
makna dari seribu bulan itu? Kenapa bukan 83 tahun misalnya?
Sebenarnya kata seribu bulan itu tidak harus
diartikan angka yang dibawa seribu, atau satu angka di atas sembilan ratus
sembilan puluh sembilan. Seribu bisa berarti banyak dan yang banyak di sana
sebenarnya adalah umur seseorang. Umurnya bukan usia.
Memang ada perbedaan
antara usia dan umur?
Usia itu keberadaan seseorang di pentas bumi
ini. Sedangkan umur itu adalah kemakmuran jiwanya. Jadi, bisa ada orang usianya
70 tahun tapi umurnya baru 10 tahun. Karena kemakmuran jiwanya, Kalau makmur
jiwanya itu baru namanya dia punya umur. Orang melakukan umrah seakar dengan
kata umur. Nah, itu namanya dia mengisi. Kalau begitu apa kata dasarnya dari
kata umur?
Amara ya'muru ma'mur
Jadi, ini berkaitan dengan amal ibadah?
Ya. Di banyak tempat, ada orang sekarang
kadang-kadang demi meraih Lailatul Qadar sampai begadang di halaman? Bagaimana
ini?
Saya kira tidak harus. Pokoknya upaya
mendekatkan diri kepada Allah itu selalu mengaitkan semua aktivitas dengan
Allah. Bisa saja orang itu tidak di masjid, melainkan sedang belajar di rumah,
bisa saja orang itu di kantor bekerja. Selama kegiatannya dikaitkan dengan Allah namanya
mendekatkan diri kepada Allah. Termasuk orang yang menjaga malam-malam ganjil?
Itu OK saja, karena memang ada petunjuk Nabi SAW
bahwa itu kemungkinannya pada malam ganjil. Namun itu bukan satu kepastian
bahwa pada malam ganjil. Mestinya orang ini menyiapkan sejak awal Ramadhan.
Bahkan Nabi SAW mengajarkan dari bulan Rajab kita sudah menyiapkan diri untuk
memakmurkan jiwa supaya jiwa ini sesuai dengan apa yang dikehendaki dan
diinginkan oleh tamu agung yakni Lailatul Qadar.
Ada yang menyebutkan
arti dari Lailatul Qadar adalah malam penentuan. Kalau begitu, apa arti malam
penentun tersebut?
Orang yang mendapat lailatul qadar bagaikan
ditetapkan oleh Allah jalan hidupnya menuju arah positif. Ini lebih kepada
dampaknya yang terlihat, tutur katanya, sopan santunnya, dan sikapnya, bahasa
Indonesianya makmur atau yang memakmurkan. Kata dasarnya umur itu berkaitan
dengan kemakmuran jiwa. Pernah seorang kakek ditanya berapa umur Anda? Dia
menjawab sepuluh tahun. Kenapa? Karena baru sepuluh tahun terakhir ini ia
beribadah, memakmurkan jiwanya. Lailatul Qadar itu seribu bulan bisa berarti
seribu bulan dia memakmurkan jiwanya. Sehingga orang yang mendapatkan Lailaitul
Qadar, usianya sedikit tapi umurnya panjang. Bisa juga sebaliknya usianya
panjang, umurnya sedikit.
0 Response to "Prof DR M Quraish Shihab: Lailatul Qadar Ibarat Tamu Agung"
Post a Comment
Terimah Kasih Telah Berkunjung Ke blog yang sederhana ini, tinggalkan jejak anda di salah satu kolom komentar artikel blog ini! jangan memasang link aktif!