Tawajud Para Guru Sufi Yang Jujur
Syekh Abu Nashr as-Sarraj rahimahullah berkata:
Dikisahkan dari asy-Syibli, bahwa suatu hari ia pernah berusaha untuk wajd
(tawajud) di majelisnya, lalu ia berkata, “Ah, tak ada yang tahu apa yang ada
dalam hatiku selain Dia.”
Kemudian ditanya, “Ah dari apa?” Ia menjawab, “Ah dari
segala sesuatu.”
Juga disebutkan darinya, bahwa pada suatu hari ia pernah
ber-tawajud, kemudian memukulkan tangannya ke tembok hingga luka memar.
Kemudian para sahabatnya memanggil seorang dokter. Ketika dokter itu datang, ia
berkata, “Dengan bukti (syahid)
apa Anda datang kemari?” Dokter itu menjawab, “Saya
datang kemari untuk mengobati tangan Anda.” Lalu asy-Syibli menempeleng dokter
itu dan mengusirnya.
Kemudian para sahabatnya mengundang dokter lain yang
lebih lembut daripada dokter pertama. Ketika dokter yang kedua ini datang,
asy-Syibli berkata, “Celaka kau! Dengan bukti apa engkau datang kemari?”
“Dengan bukti-Nya,” jawab dokter itu. Kemudian ia memberikan tangannya kepada
dokter, lalu ia mengobatinya. Sementara itu asy-Syibli tenang dan tidak
melakukan reaksi apa-apa. Tatkala dokter itu mengeluarkan obat dan ia
meletakkannya di atas tangannya yang terluka maka ia menjerit dan bertawajud
dengan tetap meletakkan jarinya di atas bagian yang terluka sembari berkata:
“Kerinduan-Mu telah menimbulkan luka di hatiku Semalaman
aku dalam kesedihan-Mu laksana tawanan yang terbelenggu”
Disebutkan dari Abu al-Husain an-Nun rahimahullah bahwa
ia berkumpul dengan sekelompok guru Sufi dalam suatu undangan. Saat itu terjadi
perbincangan di antara mereka tentang masalah ilmu. Sementara an-Nun diam
membisu. Kemudian ia mengangkat kepalanya dan menyenandungkan bait-bait syair
berikut:
“Mungkin suara pohon kecil di pagi hari memiliki suara
indah di rantingnya.
Mungkin tangisanku akan melembutkannya dan tangisannya
akan melembutkanku.
Jika ia mengadu ku tak tahu apa maknanya.
Jika ku mengadu dia tak paham artinya.
Namun dengan cintaku kumengerti dia.
Dan dia dengan cintanya dia mengerti aku.”
Setelah an-Nun membacakan syair ini tak ada seorang pun
dari mereka yang tidak berdiri dan berusaha wajd.
Sebagian kaum Sufi mengatakan, “Itulah dia yang sejak
bertahun-tahun aku ingin mendengar suatu kalimat tentang cinta dari seseorang
yang mengungkapkan tentang wajd-nya.”
Dikatakan, bahwa Abu Said al-Kharraz rahimahullah banyak
ber-tawajud tatkala mengingat tentang kematian. Kemudian al-Junaid ditanya
tentang hal itu. Maka ia menjawab, “Sesungguhnya seorang ‘arif telah yakin,
bahwa Allah Swt. tidak akan berbuat sesuatu yang tidak menyenangkan karena Dia
benci atau sebagai hukuman. Ia juga menyaksikan pada ciptaan Allah, bahwa di
dalam hal-hal yang tidak disuka manusia terdapat kejernihan cinta antara dia
dengan Allah Azza wa-Jalla. Bencana-bencana ini sengaja Allah turunkan untuk
mengembalikan ruhnya kepadaNya, sebagai pilihan dan berbuat baik kepadanya. Ketika
seorang ‘arif telah disingkapkan semua rahasia ini, maka tidak aneh bila ruhnya
melayang kepada-Nya karena sangat merindukan-Nya, dan ia akan berangkat
meninggalkan negerinya karena tak kuat menahan kerinduannya. Oleh karenanya,
saya tidak pernah melihat tawajud tatkala disebutkan tentang kematian. Mungkin
saja hal itu datang saat dekat dengan ajalnya. Dan Allah berbuat terhadap
wali-Nya sesuai dengan apa yang Dia kehendaki dan Dia sukai.”
“Sebagian guru Sufi ditanya tentang perbedaan wujud
dengan tawajud. Maka ia menjawab, “Wujud adalah segala apa yang tampak dan yang
gaib dari kiriman-kiriman hakikat. Sedangkan tawajud masuk dalam usaha yang
kembali pada sifat-sifat hamba sebagaimana Ia adalah seorang hamba.”
Sedangkan orang yang tidak suka wajd adalah karena Ia
melihat adanya cacat pada orang yang ber-tawajud. Sebagaimana yang dikisahkan
dari Abu Utsman al-Hiri al-Wa’izh, bahwa ia pernah melihat seseorang yang
ber-tawajud, kemudian ia berkata kepadanya, “Jika Anda benar dan jujur, maka
Anda telah membuka rahasia-Nya, dan jika Anda berbohong maka Anda telah
syirik.” Sementara hanya Allah Yang
Mahatahu apa yang dimaksud. Dengan maksud itu tampaknya ia sangat kasihan
terhadap orang tersebut dan khawatir timbul fitnah dan aib. Dan hanya Allah
Yang Mahatahu.
Sumber: www.sufinews.com
0 Response to "Tawajud Para Guru Sufi Yang Jujur"
Post a Comment
Terimah Kasih Telah Berkunjung Ke blog yang sederhana ini, tinggalkan jejak anda di salah satu kolom komentar artikel blog ini! jangan memasang link aktif!