Fatwa Para Ulama Tentang Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW

Fatwa Para Ulama Tentang Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW
Imam jalaluddin As-suyuty ra menjelaskan dalam risalahnya yang berjudul "Husnul-Maqosid fi A'malil-Maulid : "orang pertama yang menyelenggarakan peringatan maulid Nabi SAW ialah Sultan Al-Mudzaffar, penguasa arbil (suatu tempat di Iraq sebelah timur / selatan kota mausil).

Peringatan tersebut dihadiri oleh para ulama terkemuka dan orang-orang sholeh dari kaum sufi. Tiap tahun Al-Mudzaffar mengeluarkan biaya sebesar 300.000 dinar untuk peringatan maulid, dengan niat semata-mata untuk taqorrub kepada Alloh SWT Menurut kenyataan, tak seorang pun dari ulama dan orang-orang saleh yang hadir dalam peringatan itu mengingkari kebajikan dan fadilah peringatan maulid, bahkan semua merestui dan memuji prakarsa Sultan Mudzaffar, atas permintaan Sultan Mudzaffar, Ibnu Dahyah menulis sebuah kitab khusus mengenai maulid Nabi SAW dengan judul: "At-Tanwir fi Maulid Al-Basyir An-Nazdir". kitab itu ditulis pada tahun 604 H. dan ternyata diakui kebaikannya oleh para ulama pada masa itu.

ﺍﻗﻮﺍﻝ ﺍﻟﻌﻠﻤﺎﺀ ﻓﻲ ﺍﺣﺘﻔﺎﻝ ﺍﻟﻤﻮﻟﺪ ﺍﻟﻨﺒﻮﻱﺍﻟﺸﺮﻳﻒ
ﻗﺎﻝ ﺍﺑﻦ ﺗﻴﻤﻴﺔ ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻲ " ﻓﺘﻌﻈﻴﻢ ﺍﻟﻤﻮﻟﺪﻭﺍﺗﺨﺎﺫﻩ ﻣﻮﺳﻤﺎ ﻗﺪ ﻳﻔﻌﻠﻪ ﺑﻌﺾ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﻭﻳﻜﻮﻥ ﻟﻪ ﻓﻴﻪ

ﺍﺟﺮ ﻋﻈﻴﻢ ﻟﺤﺴﻦ ﻗﺼﺪﻩ ﻭﺗﻌﻈﻴﻤﻪ ﻟﺮﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ
ﺍﻟﺴﻴﺮﺓ ﺍﻟﺤﻠﺒﻴﺔ ﻟﻌﻠﻲ ﺑﻦ ﺑﺮﻫﺎﻥ ﺍﻟﺪﻳﻦ ﺍﻟﺤﻠﺒﻲ ١/٨٣- ٨٤،ﻭﺫﻛﺮﻩ ﺍﺑﻦ ﺗﻴﻤﻴﺔ ﻓﻲ ﻛﺘﺎﺑﻪ ﺍﻗﺘﻀﺎﺀ ﺍﻟﺼﺮﺍﻁﺍﻟﻤﺴﺘﻘﻴﻢ.


Berkata ibn taimiyah rahimahullah: "mengagungkan maulid dan menjadikanya acara musiman sebagaimana yang dilakukan oleh sebagian orang maka didalamya akan mendapatkan pahala yang besar karena mempunyai tujuan yang baik dalam rangka membesarkan dan memuliakan Nabi Muhammad SAW" silahkan rujuk Kitab Siroh Al Halabiyah juz 1 hal 83-84, juga disebut dalam kitab Ibn Taimiyah "iqtidho' as shirotul mustaqim".

ﻗﺎﻝ ﺍﺑﻦ ﺣﺠﺮ ﺍﻟﻬﻴﺜﻤﻲ ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ :ﻭﺍﻟﺤﺎﺻﻞﺍﻥ ﺍﻟﺒﺪﻋﺔ ﺍﻟﺤﺴﻨﺔ ﻣﺘﻔﻖ ﻋﻠﻲ ﻧﺪﺑﻬﺎ،ﻭﻋﻤﻞ ﺍﻟﻤﻮﻟﺪ
ﻭﺍﺟﺘﻤﺎﻉ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﻟﻪ ﻛﺬﻟﻚ،ﺍﻱ ﺑﺪﻋﺔ ﺣﺴﻨﺔ


2. Ibn Hajar Al Haitsami Rahimahullah: "alhasil bahwa bid'ah hasanah adalah sebuah kesepakatan yang muttafak untuk kebolehanya,mengamalkan maulid dan kumpulnya orang didalamnya termasuk daripada hal yg dibolehkan dan termasuk bid'ah yg hasanah"

ﻗﺎﻝ ﺍﺑﻮ ﺷﺎﻣﺔ ﺷﻴﺦ ﺍﻻﻣﺎﻡ ﺍﻟﻨﻮﺍﻭﻱ ﺭﺣﻤﻬﺎ ﺍﻟﻠﻪﺗﻌﺎﻟﻲ :" ﻭﻣﻦ ﺍﺣﺴﻦ ﻣﺎﺍﺑﺘﺪﻉ ﻓﻲ ﺯﻣﺎﻧﻨﺎ ﻣﺎ ﻳﻔﻌﻞ ﻛﻞ ﻋﺎﻡ ﻓﻲﺍﻟﻴﻮﻡ ﺍﻟﻤﻮﺍﻓﻖ ﻟﻴﻮﻡ ﻣﻮﻟﺪﻩ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻣﻦﺍﻟﺼﺪﻗﺎﺕ ﻭﺍﻟﻤﻌﺮﻭﻑ ﻭﺍﻇﻬﺎﺭ ﺍﻟﺰﻳﻨﺔ ﻭﺍﻟﺴﺮﻭﺭ،ﻓﺈﻥ ﺫﻟﻚﻣﻊ ﻣﺎ ﻓﻴﻪ ﻣﻦ ﺍﻻﺣﺴﺎﻥ ﻟﻠﻔﻘﺮﺍﺀ ﻣﺸﻌﺮﺑﻤﺤﺒﺘﻪ ﺻﻠﻰ

ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻭﺗﻌﻈﻴﻤﻪ ﻓﻲ ﻗﻠﺐ ﻓﺎﻋﻞ ﺫﻟﻚ ﻭﺷﻜﺮﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻲ ﻣﺎ ﻣﻦ ﺑﻪ ﻣﻦ ﺍﻳﺠﺎﺩ ﺭﺳﻮﻟﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪﻭﺳﻠﻢ ﺍﻟﺬﻱ ﺍﺭﺳﻠﻪ ﺭﺣﻤﺔ ﻟﻠﻌﺎﻟﻤﻴﻦ "


3.Syaikh Abu Saamah(guru dari imam nawawi ) rahimaallah:

"sesungguhnya sebaik baik bid'ah hasanah yg dilakukan di zaman ini adalah mengadakan acara maulid dihari peristiwa bertepatan dengan kelahiran nabi saw, yang di dalamya ada amalan sodaqoh kepada alfuqoro', amal baik, menampilkan suasana gembira diiringi dengan mensyiarkan kecintaan dan memulyakan kpd nabi saw kepada pelakunya sbgai bentuk rasa syukur kpd ALLAH atas pemberiaNYA kepada ummat ini yaitu wujudnya nabi muhammad saw sebagai rahmat bagi alam semesta


ﺍﻟﺴﺨﺎﻭﻱ : ﻟﻢ ﻳﻔﻌﻠﻪ ﺍﻟﺴﻠﻒ ﻓﻲ ﺍﻟﻘﺮﻥ ﺍﻟﺜﻼﺛﺔ،ﻭﺍﻧﻤﺎﺣﺪﺙ ﺑﻌﺪ،ﺛﻢ ﻻ ﻳﺰﺍﻝ ﺍﻫﻞ ﺍﻻﺳﻼﻡ ﻣﻦ ﺳﺎﺋﺮ ﺍﻻﻗﻄﺎﺭ

ﻭﺍﻟﻤﺪﻥ ﻳﻌﻤﻠﻮﻥ ﺍﻟﻤﻮﻟﺪ ﻭﻳﺘﺼﺪﻗﻮﻥ ﻓﻲ ﻟﻴﺎﻟﻴﻪ ﺑﺄﻧﻮﺍﻉﺍﻟﺼﺪﻗﺎﺕ ﻭﻳﻌﺘﻨﻮﻥ ﺑﻘﺮﺍﺀﺓ ﻣﻮﻟﺪﻩ ﺍﻟﻜﺮﻳﻢ،ﻭﻳﻈﻬﺮﻋﻠﻴﻬﻢ ﻣﻦ ﺑﺮﻛﺎﺗﻪ ﻛﻞ ﻓﻀﻞ ﻋﻤﻴﻢ.
( ﺳﻴﺮﺓ ﺍﻟﺤﻠﺒﻴﺔ١/ ٨٣ -٨٤ )


4.AsSakhowy:tidak dilakukan oleh para salaf dalam abad ke-3, adapun pengamalanya adalah sesudahnya, senantiasa ahlul islam disetiap penjuru dunia melaksanakan peringatan acara maulid nabi saw, diiringi dengan amalan shodaqoh,serta membaca daripada siroh kehidupan nabi saw,yg senantiasa akan tampak keberkahan bg mrka dgn rahmat dari ALLAH yang merata bagi mereka.

(siroh alhalabiyah juz 1/83-84)


ﻗﺎﻝ ﺍﺑﻦ ﺟﻮﺯﻱ ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ":ﻣﻦ ﺧﻮﺍﺻﻪ ﺍﻧﻪﺍﻣﺎﻥ ﻓﻰ ﺫﻟﻚ ﺍﻟﻌﺎﻡ،ﻭﺑﺸﺮﻱ ﻋﺎﺟﻠﺔ ﺑﻨﻴﻞ ﺍﻟﺒﻐﻴﺔﻭﺍﻟﻤﺮﺍ(" ﺍﻟﺴﻴﺮﺓ ﻟﻠﺤﻠﺒﻴﺔ ١ / ٨٣- ٨٤ ).

5. Berkata Ibn Jauzi RA:"barang siapa yg mengkhususkan bulan kelahiran nabi saw dengan merayakan maulid, maka dia akan mendapatkan rasa aman di tahun itu,dan akan mendapatkan kegembiraan yang segera serta tercapai keinginan dan tujuan.(siroh al halabiyah juz 1/83-84).

ﻭﻗﺎﻝ ﺍﻟﺴﻴﻮﻃﻲ ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ " ﻫﻮ ﺍﻟﺒﺪﻉ ﺍﻟﺤﺴﻨﺔﺍﻟﺘﻲ ﻳﺜﺎﺏ ﻋﻠﻴﻬﺎ ﺻﺎﺣﺒﻬﺎ،ﻟﻤﺎ ﻓﻴﻪ ﻣﻦ ﺗﻌﻈﻴﻢ ﻗﺪﺭ
ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻭﺍﻇﻬﺎﺭﺍﻟﻔﺮﺡ ﻭﺍﻻﺳﺘﺒﺸﺎﺭ

ﺑﻤﻮﻟﺪﻩ ﺍﻟﺸﺮﻳﻒ. ( ﺍﻟﺤﺎﻭﻱ ﻟﻠﻔﺘﺎﻭﻯ ١/ ٢٩٢ )



6. Berkata AsSuyuti ra:"adapun maulid adalah bid'ah yang baik yang akan diberi pahala bagi pelakunya, karena di dalam acara maulid ada bentuk memuliakan kedudukan Nabi SAW, dengan perasaan gembira dan senang atas kelahiran nabi saw.(al hawi lilfatawa 1/292).

ﻭﻗﺎﻝ ﺍﻳﻀﺎ "ﻳﺴﺘﺤﺐ ﻟﻨﺎ ﺍﻇﻬﺎﺭ ﺍﻟﺸﻜﺮ ﺑﻤﻮﻟﺪﻩ ﺻﻠﻰﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻭﺍﻻﺟﺘﻤﺎﻉ ﻭﺍﻃﻌﺎﻡ ﺍﻟﻄﻌﺎﻡ ﻭﻧﺤﻮ ﺫﻟﻚﻣﻦ ﻭﺟﻮﻩ ﺍﻟﻘﺮﺑﺎﺕ ﻭﺍﻇﻬﺎﺭ ﺍﻟﻤﺴﺮﺍ

ﺍﻟﺤﺎﻭﻱ ﻟﻠﻔﺘﺎﻭﻯ
١ /١٩٦


Beliau AsSuyuti ra berkata pula bahwa "sangat dianjurkan untuk menampakkan rasa syukur kita atas kelahiran nabi saw, dengan berkumpul dalam sebuah majelis, memberi makanan, atau semacam itu dalam bentuk amalan yang mendekatkan diri kepada ALLAH serta menampakkan rasa gembira atas kelahiran nabi saw. berkata pula ra:

ﻣﺎ ﻣﻦ ﺑﻴﺖ ﺍﻭ ﻣﺤﻞ ﺍﻭ ﻣﺴﺠﺪ ﻗﺮﺉ ﻓﻴﻪ ﻣﻮﻟﺪ ﺍﻟﻨﺒﻰﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺍﻻ ﺣﻔﺖ ﺍﻟﻤﻼﺋﻜﺔ ﺍﻫﻞ ﺫﻟﻚﺍﻟﻤﻜﺎﻥ ﻭﻋﻤﻬﻢ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﺑﺎﻟﺮﺣﻤﺔ ﻭﺍﻟﺮﺿﻮﺍﻥ )ﺍﻟﻮﺳﺎﺋﻞ
ﻓﻰ ﺷﺮﺡ ﺍﻟﻤﺴﺎﺋﻞ ﻟﻠﺴﻴﻮﻃﻲ )

tidaklah sebuah rumah, tempat, atau masjid yang dibacakan didalamnya maulid Nabi SAW, terkecuali tempat itu akan dipenuhi malaikat-malaikat rahmat, dan ALLAH akan memenuhi tempat-tempat tersebut dengan kucuran rahmat dankeridloaNYA.

ﻭﻗﺎﻝ ﺍﺑﻦ ﺍﻟﺤﺎﺝ ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ : ﻓﻜﺎﻥ ﻳﺠﺐ ﺍﻥﻧﺰﺩﺍﺩ ﻳﻮﻡ ﺍﻻﺛﻨﻴﻦ ﺍﻟﺜﺎﻧﻲ ﻋﺸﺮ ﻓﻲ ﺭﺑﻴﻊ ﺍﻻﻭﻝ ﻣﻦﺍﻟﻌﺒﺎﺩﺍﺕ ﻭﺍﻟﺨﻴﺮ ﻭﺍﻟﺸﻜﺮ ﻟﻠﻤﻮﻟﻰ ﻋﻠﻲ ﻣﺎ ﺍﻭﻻﻧﺎ ﻣﻦﻫﺬﻩ ﺍﻟﻨﻌﻢ ﺍﻟﻌﻈﻴﻤﺔ ﻭﺍﻋﻈﻤﻬﺎ ﻣﻴﻼﺩ ﺍﻟﻤﺼﻄﻔﻰ ﺻﻠﻰﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ( ﺍﻟﻤﺪﺧﻞ ١/ ٣٦١ )

7. Ibn Hajr ra berkata: wajib bagi kita untuk menambah amalan ibadah di hari senin pada tanggal 12, bulan rabiul awwal dengan amalan ibadah dan kebaikan sebagai wujud syukur kita kepada ALLAH atas karunia nikmat yang diberikan olehNYA,dan paling besar nikmat tersebut adalah kelahiran Nabi Muhammad SAW.

ﻭﻗﺎﻝ ﺍﻟﺸﻴﺦ ﺍﺣﻤﺪ ﺯﻳﻨﻲ ﺩﺣﻼﻥ ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ :ﻭﻣﻦ ﺗﻌﻈﻴﻤﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺍﻟﻔﺮﺡ ﺑﻠﻴﻠﺔﻭﻻﺩﺗﻪ ﻭﻗﺮﺍﺀﺓ ﺍﻟﻤﻮﻟﺪ (ﺍﻟﺪﺭﺭ ﺍﻟﺴﻨﻴﺔ ١٩٠ )

8.Syaikh Ahmad Zaini Dahlan ra:

diantara bentuk mengagungkan untuk nabi saw adalah bentuk kegembiraan dimalam kelahiran beliau dengan membaca maulid Nabi SAW.


ﺍﻟﺤﺎﻓﻆ ﺍﻟﻌﺮﺍﻗﻲ ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻲ : ﺍﻥ ﺍﺗﺨﺎﺫ ﺍﻟﻮﻟﻴﻤﺔﻭﺍﻃﻌﺎﻡ ﺍﻟﻄﻌﺎﻡ ﻣﺴﺘﺤﺐ ﻓﻲ ﻛﻞ ﻭﻗﺖ،ﻓﻜﻴﻒ ﺍﺫﺍ
ﺍﻧﻀﻢ ﺍﻟﻲ ﺫﻟﻚ ﺍﻟﻔﺮﺡ ﻭﺍﻟﺴﺮﻭﺭ ﺑﻈﻬﻮ ﺭﻧﻮﺭ ﺍﻟﻨﺒﻰ ﺻﻠﻰﺍﻟﻠﻪ ﻓﻲ ﻫﺬﺍ ﺍﻟﺸﻬﺮ ﺍﻟﺸﺮﻳﻒ،ﻭﻻ ﻳﻠﺰﻡ ﻣﻦ ﻛﻮﻧﻪ ﺑﺪﻋﺔ

ﻣﻦ ﻛﻮﻧﻪ ﻣﻜﺮﻭﻫﺎ،ﻓﻜﻢ ﻣﻦ ﺑﺪﻋﺔ ﻣﺴﺘﺤﺒﺔ ﺑﻞ ﻗﺪﺗﻜﻮﻥ ﻭﺍﺟﺒﺔ.

( ﺷﺮﺡ ﺍﻟﻤﻮﺍﻫﺐ ﺍﻟﻠﺪﻧﻴﺔ ﻟﻠﺰﺭﻗﺎﻧﻲ )

9.Al Hafidz Al Iraqy ra:bahwa mengadakan jamuan makanan dalam sebuah acara adalah perbuatan yg dianjurkan, maka bagaimana rasa gembira dan senang tersebut terkumpul di saat lahirnya nur Nabi SAW di bulan ini (rabiul awal),dan bukan sebuah hal yang dikatakan sebuah bid'ah yang tercela,berapa banyak hal yang bid'ah mustahab(dianjurkan) menjadi sebuah bid'ah yang wajib.

.ﻭﻗﺎﻝ ﺷﻴﺦ ﺍﻻﺳﻼﻡ ﺍﺑﻦ ﺣﺠﺮ ﺍﻟﻌﺴﻘﻼﻧﻲ ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪﺗﻌﺎﻟﻰ :ﺍﺻﻞ ﻋﻤﻞ ﺍﻟﻤﻮﻟﺪ ﺑﺪﻋﺔ ﻟﻢ ﺗﻨﻘﻞ ﻋﻦ ﺍﺣﺪ ﻣﻦ
ﺍﻟﺴﻠﻒ ﺍﻟﺼﺎﻟﺢ ﻣﻦ ﺍﻟﻘﺮﻭﻥﺍﻟﺜﻼﺛﺔ،ﻭﻟﻜﻨﻬﺎ ﻣﻊ ﺫﻟﻚ ﻗﺪﺍﺷﺘﻤﻠﺖ ﻋﻠﻰ ﻣﺤﺎﺳﻦ ﻭﺿﺪﻫﺎ ﻓﻤﻦ ﺗﺤﺮﻯ ﻓﻲ ﻋﻤﻠﻬﺎ

ﺍﻟﻤﺤﺎﺳﻦ ﻭﺟﻨﺐ ﺿﺪﻫﺎ ﻛﺎﻥ ﺑﺪﻋﺔ ﺣﺴﻨﺔ،ﻭﺍﻻ ﻓﻼ،ﻭﻗﺪﻇﻬﺮﻟﻲ ﺗﺨﺮﻳﺠﻬﺎ ﻋﻠﻰ ﺍﺻﻞ ﺛﺎﺑﺖ ﻓﻲ ﺍﻟﺼﺤﻴﺤﻴﻦ ﻣﻦ
ﺍﻥ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻗﺪﻡ ﺍﻟﻤﺪﻳﻨﺔ ﻓﻮﺟﺪﺍﻟﻴﻬﻮﺩ ﻳﺼﻮﻣﻮﻥ ﻳﻮﻡ ﻋﺎﺷﻮﺭﺍﺀ،ﻓﺴﺄﻟﻬﻢ ﻓﻘﺎﻟﻮﺍ : ﻫﻮ ﻳﻮﻡ
ﺍﻏﺮﻕ ﺍﻟﻠﻪ ﻓﻴﻪ ﻓﺮﻋﻮﻥ ﻭﻧﺠﻰ ﻣﻮﺳﻰ ﻓﻨﺤﻦ ﻧﺼﻮﻣﻪﺷﻜﺮﺍ ﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ،ﻓﻴﺴﺘﻔﺎﺩ ﻣﻨﻪ ﺍﻟﺸﻜﺮ ﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻣﺎ ﻣﻦﺑﻪ ﻓﻲ ﻳﻮﻡ ﻣﻌﻴﻦ ﻣﻦ ﺍﺳﺪﺍﺀ ﻧﻌﻤﺔ ﺍﻭ ﺩﻓﻊ
ﻧﻘﻤﺔ،ﻭﻳﻌﺎﺩ ﺫﻟﻚ ﻓﻲ ﻧﻈﻴﺮ ﺫﻟﻚ ﺍﻟﻴﻮﻡ ﻣﻦ ﻛﻞﺳﻨﺔ،ﻭﺍﻟﺸﻜﺮ ﻟﻠﻪ ﻳﺤﺼﻞ ﺑﺄﻧﻮﺍﻉ ﺍﻟﻌﺒﺎﺩﺓ ﻛﺎﻟﺴﺠﻮﺩﻭﺍﻟﺼﻴﺎﻡ ﻭﺍﻟﺼﺪﻗﺔ ﻭﺍﻟﺘﻼﻭﺓ،ﻭﺍﻱ ﻧﻌﻤﺔ ﺍﻋﻈﻢ ﻣﻦﺍﻟﻨﻌﻤﺔ ﺑﺒﺮﻭﺯ ﻫﺬﺍ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﻧﺒﻲ ﺍﻟﺮﺣﻤﺔ ﻓﻲ ﺫﻟﻚ
ﺍﻟﻴﻮﻡ،ﻭﻋﻠﻰ ﻫﺬﺍ ﻓﻴﻨﺒﻐﻲ ﺍﻥ ﻳﻘﺘﺼﺮ ﻓﻴﻪ ﻋﻠﻰ ﻣﺎﻳﻔﻬﻢ ﺍﻟﺸﻜﺮ ﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻣﻦ ﺍﻟﺘﻼﻭﺓ ﻭﺍﻻﻃﻌﺎﻡ ﻭﺍﻧﺸﺎﺩﺷﻴﺊ ﻣﻦ ﺍﻟﻤﺪﺍﺋﺢ ﺍﻟﻨﺒﻮﻳﺔ ﺍﻟﻤﺤﺮﻛﺔ ﻟﻠﻘﻠﻮﺏ ﺍﻟﻰ ﻓﻌﻞ
ﺍﻟﺨﻴﺮ ﻭﺍﻟﻌﻤﻞ ﻟﻼﺧﺮﺓ،ﻭﺍﻣﺎ ﻣﺎ ﻳﺘﺒﻊ ﺫﻟﻚ ﻣﻦ ﺍﻟﺴﻤﺎﻉﻭﺍﻟﻠﻬﻮ ﻭﻏﻴﺮ ﺫﻟﻚ ﻓﻴﻨﺒﻐﻲ ﺍﻥ ﻳﻘﺎﻝ :ﻣﺎ ﻛﺎﻥ ﻣﻦ ﺫﻟﻚﻣﺒﺎﺣﺎ ﺑﺤﻴﺚ ﻳﻘﺘﻀﻲ ﺍﻟﺴﺮﻭﺭ ﺑﺬﻟﻚ ﺍﻟﻴﻮﻡ ﻻ ﺑﺄﺱ
ﺑﺈﻟﺤﺎﻕ ﺑﻪ،ﻭﻣﺎ ﻛﺎﻥ ﺣﺮﺍﻣﺎ ﺍﻭ ﻣﻜﺮﻭﻫﺎ ﻓﻴﻤﻨﻊ ﻭﻛﺬﺍ ﻣﺎﻛﺎﻥ ﺧﻼﻑ ﺍﻻﻭﻟﻰ (ﻟﻔﺘﺎﻭﻯ ﺍﻟﻜﺒﺮﻯ ١/ ١٩٦ ).

10. Ibn Hajar Al Astqolani ra berkata:asal amal maulid adalah bid'ah karena tidak dilakukan oleh para salafusholeh sampai abad ke tiga,akan tetapi didalam peringatan maulid terdapat kandungan kebaikan-kebaikan,maka hal tersebut dapat dikatagorikan sebagai bid'ah hasanah. Apalagi dapat dikatagorikan rasa bersyukur atas nikmat sebagaimana apa yang diterangkan dalam hadist tentang puasa asyuro, dimana ketika Nabi SAW datang di kota Madinah mendapati orang Yahudi yang sedang berpuasa pada 10 asyuro, maka Nabi SAW bertanya kepada mereka tentang hal itu, mereka menjawab: kami berpuasa sebagai rasa syukur kami kepada ALLAH atas selamatnya Musa dari kejaran Firaun dan tenggelamnya Firaun. Maka bisa diambil satu faedah dari hal tersebut yaitu ungkapan "syukur" kepada ALLAH berkaitan dengan waktu tertentu atas datangnya nikmat dan ditahanya musibah, dan dilakukan berulang-ulang setiap tahun, ungkapan syukur dpt diwujudkan dengan amalan ibadah, sujud, berpuasa, berdzikir. Maka adakah nikmat yang lebih besar dibanding nikmat lahirnya Nabi Muhammad SAW bagi ummatnya? Seorang nabi pembawa rahmat bagi ummatnya, maka dianjurkan untuk mengungkapkan rasa syukur dengan ibadah, seperti memberi makan kepada orang, membaca sholawat, atau pujian untuk Nabi SAW yang dapat mengerakkan hati untuk beramal kepada kebaikan untuk tujuan akherat, adapun jika melakukanya dengan mendengarkan lantunan dan bercampur dengan kelalaian maka itu masih dalam katagori hal yang mubah, karena masih diliputi suasana gembira dengan kelahiran Nabi SAW, dan apabila sudah masuk dalam katagori melakukan perbuatan yang haram maka hal tersebut adalah terlarang, maka menghindarinya adalah lebih utama.

ﻭﻗﺎﻝ ﺍﺑﻦ ﻋﺎﺑﺪﻳﻦ ﻓﻲ ﺷﺮﺣﻪ ﻋﻠﻰ ﻣﻮﻟﺪ ﺍﺑﻦﺣﺠﺮ : ﺍﻋﻠﻢ ﺍﻥ ﻣﻦ ﺍﻟﺒﺪﻉ ﺍﻟﻤﺤﻤﻮﺩﺓ ﻋﻤﻞ ﺍﻟﻤﻮﻟﺪﺍﻟﺸﺮﻳﻒ ﻣﻦ ﺍﻟﺸﻬﺮ ﺍﻟﺬﻱ ﻭﻟﺪ ﻓﻴﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ
ﻭﺳﻠﻢ :ﻭﻗﺎﻝ ﺍﻳﻀﺎ : ﻓﺎﻻﺟﺘﻤﺎﻉ ﻟﺴﻤﺎﻉ ﻗﺼﺔ ﺻﺎﺣﺐﺍﻟﻤﻌﺠﺰﺍﺕ ﻋﻠﻴﻪ ﺍﻓﻀﻞ ﺍﻟﺼﻠﻮﺍﺕ ﻭﺍﻛﻤﻞ ﺍﻟﺘﺤﻴﺎﺕ ﻣﻦ

ﺍﻋﻈﻢ ﺍﻟﻘﺮﺑﺎﺕ ﻟﻤﺎ ﻳﺸﺘﻤﻞ ﻋﻠﻴﻪ ﻣﻦ ﺍﻟﻤﻌﺠﺰﺍﺕ ﻭﻛﺜﺮﺓﺍﻟﺼﻠﻮﺍﺕ



11.Ibn Abidin dalam syarah atas karangan maulid Ibn Hajar Ra berkata:ketahuilah bahwa termasuk dalam hal bid'ah yang terpuji adalah mengamalkan maulid pada bulan kelahiran nabi saw, adapun berkumpul untuk mendengarkan siroh nabi saw adalah amalan yang mendekatkan diri kepada ALLAH karena didalamnya terkandung banyak daripada sholawat kepada Nabi SAW.

ﻭﻗﺎﻝ ﺍﻟﺸﻴﺦ ﺣﺴﻨﻴﻦ ﻣﺤﻤﺪ ﻣﺨﻠﻮﻑ ﺷﻴﺦ ﺍﻻﺯﻫﺮﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ : ﺍﻥ ﺇﺣﻴﺎﺀ ﻟﻴﻠﺔ ﺍﻟﻤﻮﻟﺪﺍﻟﺸﺮﻳﻒ،ﻭﻟﻴﺎﻟﻲ ﻫﺬﺍ ﺍﻟﺸﻬﺮ ﺍﻟﻜﺮﻳﻢ ﺍﻟﺬﻱ ﺍﺷﺮﻕ ﻓﻴﻪﺍﻟﻨﻮﺭ ﺍﻟﻤﺤﻤﺪﻱ ﺍﻧﻤﺎ ﻳﻜﻮﻥ ﺑﺬﻛﺮ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻭﺷﻜﺮﻩ ﻟﻤﺎ
ﺍﻧﻌﻢ ﺑﻪ ﻋﻠﻰ ﻫﺬﻩ ﺍﻻﻣﺔ ﻣﻦ ﻇﻬﻮﺭ ﺧﻴﺮ ﺍﻟﺨﻠﻖ ﺍﻟﻰﻋﺎﻟﻢ ﺍﻟﻮﺟﻮﺩ،ﻭﻻ ﻳﻜﻮﻥ ﺫﻟﻚ ﺍﻻ ﻓﻲ ﺍﺩﺏ ﻭﺧﺸﻮﻉﻭﺑﻌﺪ ﻋﻦ ﺍﻟﻤﺤﺮﻣﺎﺕ ﻭﺍﻟﺒﺪﻉ ﻭﺍﻟﻤﻨﻜﺮﺍﺕ،ﻭﻣﻦ ﻣﻈﺎﻫﺮﺍﻟﺸﻜﺮ ﻋﻠﻰ ﺣﺒﻪ ﻣﻮﺍﺳﺎﺓ ﺍﻟﻤﺤﺘﺎﺟﻴﻦ ﺑﻤﺎ ﻳﺨﻔﻒﺿﺎﺋﻘﺘﻬﻢ ﻭﺻﻠﺔ ﺍﻻﺭﺣﺎﻡ،ﻭﺍﻻﺣﻴﺎﺀ ﺑﻬﺬﻩ ﺍﻟﻄﺮﻳﻘﺔ ﻭﺍﻥ

ﻟﻢ ﻳﻜﻦ ﻣﺄﺛﻮﺭﺍ ﻓﻲ ﻋﻬﺪﻩ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻭﻻﻓﻲ ﻋﻬﺪ ﺍﻟﺴﻠﻒ ﺍﻟﺼﺎﻟﺢ ﺍﻻ ﺍﻧﻪ ﻻ ﺑﺄﺱ ﺑﻪ ﻭﺳﻨﺔﺣﺴﻨﺔ ( ﻓﺘﺎﻭﻯ ﺷﺮﻋﻴﺔ ١/ ١٣١ )


12.Syaikh Al Azhar Hasanain Muhammad Makhluf ra: sesungguhnya menghidupkan malam maulid nabi saw atau malam-malam bulan rabiul awal yang di dalamnya telah terbit cahaya muhammad saw dengan dzikrullah dengan ungkapan perasan gembira dan syukur atas kelahiran makhluq termulia di alam semesta ini, hendaklah dilakukan dengan adab dan khusu' serta menjauhi hal-hal yang diharamkan atau mungkarat. Diantara ungkapan rasa syukur bisa dengan membahagiakan orang yang susah yang dapat meringankan beban mereka serta mempererat tali silaturahmi. Adapun menghidupkan malam-malam maulid dengan cara demikian, walaupun tidak adanya riwayat yang datang di masa nabi saw atau masa para salafusholeh maka hal yang demikian adalah diperbolehkan dan termasuk dalam amalan mengajak kepada kebaikan (fatawa syar'iyah juz 1/131)

ﻭﻗﺎﻝ ﺍﻟﺸﻴﺦ ﻣﺤﻤﺪ ﻣﺘﻮﻟﻲ ﺍﻟﺸﻌﺮﺍﻭﻱ ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪﺗﻌﺎﻟﻰ : ﻭﺍﻛﺮﺍﻣﺎ ﻟﻬﺬﺍﺍﻟﻤﻮﻟﺪ ﺍﻟﻜﺮﻳﻢ،ﻓﺈﻧﻪ ﻳﺤﻖ ﻟﻨﺎ ﺍﻥ
ﻧﻈﻬﺮ ﻣﻌﺎﻟﻢ ﺍﻟﻔﺮﺡ ﻭﺍﻻﺑﺘﻬﺎﺝ ﺑﻬﺬﻩ ﺍﻟﺬﻛﺮﻱ ﺍﻟﺤﺒﻴﺒﺔﻟﻘﻠﻮﺑﻨﺎ ﻛﻞ ﻋﺎﻡ،ﻭﺫﻟﻚ ﺑﺎﻻﺣﺘﻔﺎﻝ ﺑﻬﺎ ﻣﻦ ﻭﻗﺘﻬﺎ …. ( ﻋﻠﻰ

ﻣﺎﺋﺪﺓ ﺍﻟﻔﻜﺮ ﺍﻻﺳﻼﻣﻲ ﺹ ٢٩٥ )



13.Syaikh Muhammad Al Mutawalli AsSa'rowi ra: sebagai bentuk memuliakan maulid nabi saw,seharusnya kita menunjukkan rasa kegembiraan yang sangat dengan menyebut serta mengingat nabi saw dalam hati kita setiap tahun, ialah dengan menghidupkan peringatan maulid pada waktunya.(ala maidah alfikri al islami hal 295)

ﻭﻗﺎﻝ ﺍﻟﻤﺒﺸﺮ ﺍﻟﻄﺮﺍﺯﻱ ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ :ﺍﻥﺍﻻﺣﺘﻔﺎﻝ ﺑﺬﻛﺮﻯ ﺍﻟﻤﻮﻟﺪ ﺍﻟﻨﺒﻮﻱ ﺍﻟﺸﺮﻳﻒ ﻭﺍﺟﺒﺎ ﺍﺳﺎﺳﻴﺎﻟﻤﻮﺍﺟﻬﺔ ﻣﺎ ﺍﺳﺘﺠﺪ ﻣﻦ ﺍﻻﺣﺘﻔﺎﻻﺕ ﺍﻟﻀﺎﺭﺓ ﻓﻲ ﻫﺬﻩ
ﺍﻻﻳﺎﻡ


14.Mubsyir AtThorozi ra (seorang syaikh islam yang telah dahulu dari Turkistan): sesungguhnya peringatan maulid nabi saw menjadi hal yg seharusnya diadakan sebagai bentuk dalam menghadapi dan menandingi berbagai peringatan-peringatan  yang membahayakan dalam agama

di masa-masa ini.


15.Syaikh DhiyaUddin Ahmad bin Sa`id ad-Darini dalam kitabnya " Thaharatul Qulub wal Khudu' li Allamil Ghuyub " menulis antara lain:-Mengingat atau memuji-muji Junjungan Nabi s.a.w. akan menambahkan keimanan, menerangi hati dan menyingkap rahasia kebijaksanaan Tuhan. Allah s.w.t. telah menetapkan cinta kepada Junjungan Nabi s.a.w. sebagai syarat untuk mencintai-Nya dan taat kepada-Nya sebagai ukuran kepatuhan kepada-Nya. Mengingat Junjungan Nabi s.a.w. juga berhubungan dengan mengingat Allah s.w.t. sebagaimana bai'ah kepada Junjungan Nabi s.a.w. juga berkait dengan bai'ah kepada-Nya.

16.Sayyidisy-Syaikh Abu Bakar Syatha ad-Dimyathi dalam kitabnya "I`anatuth-Tholibin" jilid 3 halaman 414 menyatakan antara lain:-Telah berkata Imam al-Hasan al-Bashri qaddasaAllahu sirrah: "Aku berikan jika ada padaku seumpama gunung Uhud emas untuk kunafkahkan atas pembacaan mawlid ar-Rasul."

17.Telah berkata Imam al-Junaidi al-Baghdadi rhm.: "barang siapa yang hadir mawlid ar-Rasul dan membesarkan derajat baginda, maka telah sempurna imannya."

18.Telah berkata Syaikh Ma'ruuf al-Karkhi qds.: "barang siapa yang menyediakan untuk pembacaan mawlid ar-Rasul akan makanan, menghimpunkan saudara-saudaranya, menyalakan lampu-lampu, berpakaian baru, berwangi-wangian, berhias-hias, demi membesarkan mawlid Junjungan s.a.w., niscaya dia akan dihimpunkan oleh Allah ta`ala pada hari kiamat bersama-sama kumpulan pertama daripada para nabi dan jadilah dia berada pada derajat yang tinggi di syurga. Dan barang siapa yang telah membaca mawlid ar-Rasul s.a.w. di atas dirham-dirham perak atau emas, dan mencampurkannya bersama dirham-dirham lain, maka akan turun keberkahan dan tidaklah akan miskin pemiliknya serta tidak akan kosong tangannya dengan berkah mawlid ar-Rasul s.a.w."

19.berkata al-Imam al-Yafi`i al-Yamani (sesetengah kitab tersilap cetak di mana huruf "ya" berubah kepada "syin" menyebabkan perkataan ini dinisbahkan kepada Imam asy-Syafi`i):- "barang siapa yang menghimpunkan untuk Mawlidin Nabi s.a.w. saudara-saudaranya, menyediakan makanan dan tempat serta berbuat ihsan sehingga menjadi sebab untuk pembacaan Mawlidir Rasul s.a.w., dia akan dibangkitkan Allah pada hari kiamat berserta dengan para shiddiqin, syuhada` dan sholihin serta dimasukkan dia ke dalam

syurga-syurga yang penuh keni'matan."


20.Imam Ibnu Hajar al-Haitami dalam kitabnya "al-Mawlid asy-Syarif al-Mu`adzdzham", Syaikh Ibnu Zahira al-Hanafi dalam "al-Jami' al-Lathif fi Fasl Makkah wa ahliha", ad-Diyabakri dalam "Tarikh al-Khamis" dan Syaikh an-Nahrawali dalam "al-I'lam bi a'lami Bait Allah al-haram", menulis senario sambutan Mawlid Nabi s.a.w. di Makkah seperti berikut:-Setiap tahun tanggal 12 Rabi`ul Awwal, selepas sembahyang Maghrib, keempat-empat qadhi Makkah (yang mewakili mazhab yang empat) bersama-sama orang banyak termasuk segala fuqaha, fudhala` (orang kenamaan) Makkah, syaikh-syaikh, guru-guru zawiyah dan murid-murid mereka, ru`asa' (penguasa-penguasa),muta`ammamin (ulama-ulama) keluar meninggalkan Masjidil Haram untuk pergi bersama-sama menziarahi tempat Junjungan Nabi s.a.w. dilahirkan. Mereka berarak dengan maelantunkan zikir dan tahlil. Rumah-rumah di Makkah diterangi cahaya pelita dan lilin. Orang yang turut serta amat banyak dengan berpakaian indah serta membawa anak-anak mereka. Setiba di tempat kelahiran tersebut, ceramah yang berkaitan Mawlidin Nabi disampaikan, serta kebesaran, kemuliaan dan mu'jizat Junjungan diceritakan. Setelah itu, doa untuk Sultan, Amir Makkah dan Qadhi Syafi`i dibacakan dengan penuh khusyu' dan khudu`. Setelah hampir waktu Isya`, barulah mereka berarak semula pulang ke Masjidil Haram untuk menunaikan sholat Isya`.

Ringkasannya peringatan maulid Nabi adalah kegiatan yang sangat baik dan bermanfaat, karena itu kesempatan itu wajib digunakan untuk tujuan-tujuan yang baik. Lalu penyelenggaraan peringatan maulid tidak harus tepat pada tanggal 12 Rabi”ul awal dan tidak harus tepat pada hari senin, meskipun tanggal dan hari itu lebih afdhol. peringatan maulid dapat di lakukan kapan saja mengingat syari’at islam sama sekali tidak melarang bahkan menganjurkan serta memandangnya sebagai kebajikan yang perlu dilestarikan pengamalannya, karena besarnya manfaat yang dapat diambil dari kegiatan tersebut, baik bagi kepentingan agama islam maupun bagi kepentingan kaum muslimin.
Wallohu A’lam Bi As-Showab


Oleh: Ustadz Anshori Dahlan, MKub

Sumber : http://www.sarkub.com/

SUBSCRIBE TO OUR NEWSLETTER

Sarana Belajar Hukum Islam dan Hukum Positif

0 Response to "Fatwa Para Ulama Tentang Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW"

Post a Comment

Terimah Kasih Telah Berkunjung Ke blog yang sederhana ini, tinggalkan jejak anda di salah satu kolom komentar artikel blog ini! jangan memasang link aktif!