Hukum Adat Di Kawasan Koservasi
Hukum Adat Di Kawasan Koservasi
Diskripsi Masalah:
Adanya
beberapa hukum adat yang ada di daerah sekitar kawasan koserfasi dan dilindungi
oleh negara telah membawa dampak positif terhadap keberlangsungan ekosistem
hutan, sebaliknya atau hukum yang telah ditetapkan oleh negara meskipun nampak
lebih baik namun teryata belum bisa adaptif dan belum mewujudkan nilai-nilai yang
hendak di realisasikan. Ditaman nasional meru Betiri
telah terdapat pikiran-pikiran dan masyarakat penyangga untuk bisa mengelola
kawasan dengan versi (aturan) mereka.
Pertanyaan:
Bagaimana masyarakat membuat
aturan atau hukum terhadap suatu kawasan yang hukumnya sudah ditetapkan oleh
negara?
Jawaban:
Peraturan pemerintah yang
berkenaan dengan hal-hal yang bersifat umum apabila bertentangan dengan
syari’at islam maka masyarakat hanya berwenang melakukan amar ma’ruf nahi
mungkar. Sedang jika peraturan pemerintah itu berkenaan dengan harta beda maka
masyarakat boleh mengambil hak-hak nya mereka denga membuat aturan tersendiri selama tidak bertentangan dengan
hukum syara’.
Pengambilan ibarat:
1. Bughyah Al Mustarsyidin : 91
2. Al Tasyri’ Al Jina’i : 1/181
3. Iqna’ : 2/259
كما في بغية المسترشدين صحيفة 91 ما نصه :
والحاصل أنه تجب طاعة الإمام فيما
أمر به ظاهرا وباطنا مما ليس بحرام أو مكروه فالواجب يتأكد والمندوب يجب وكذا
المباح إن كان فيه مصلحة كترك شرب التنابك إذا قلنا بكراهته لأن فيه حسنة لذوي
الهيئات. اهـ.
Artinya:
“Kesimpulanya
adalah mentaati perintah (peraturan) penguasa yang tidak haram atau makruh
hukumnya wajib, baik secara dhohir atau batin, jika perintah peraturan itu
berkenaan dengan sesuatu yang wajib maka
hukum mentaati peraturan itu adalah sangat wajib (muakkad), jika berkenaan
dengan sesuatu yang sunnah, mak hukum mentaati peraturan tersebut wajib.
Demikian juga halnya (wajib) bila berkenaan dengan sesuatu yang mubah yang
mengandung kemaslahatan seperti larangan merokok, jika berpandangan bahwa merokok hukumnya makruh
hal ini karen dalam peraturan ini terdapat sebuah kebaikan bagi orang yang
terhormat.“
كما في التشريع الجنائي الجزء الأول صحيفة 181 ما نصه
:
تعتبر القوانين والقرارات واللوائح
مملكة التشريع الإسلام لأن الشريعة تعطي لأولي الأمر حق التشريع فيما يمس مصلحة
الأفراد ومصلحة الجماعة بالنفع فللسلطة التشريعية في أي بلد الإسلامي إن تعاقب على
أي فعل مباح إذا اقتضت المصلحة العامة ذلك --- إلى أن قال --- القوانين والقرارات
واللوائح التي تصدها السلطة التشريعية تكون نافذة واجبة الطاعة شرعا بشرط أن لا
يكون فيها يخالف نصوص الشريعة الصريحة أو يخرج على مبادئها العامة وروح التشريع
فيها وإلا فهي باطلة بطلانا مطلقا. اهـ.
Artinya :
“Undang-undang keputusan dan
program pemerintah dianggap sebagai program penyempurna syari’at Islam karena
syari’at memberikan hak kepada pemerintah untuk membuat undang-undang yang
menyentuh kemaslahatan dan memberikan manfaat kepada individu dan kelompok.
Kekuasaan perundang-undang dalam negeri Islam manapun diperbolehkan untuk
memberikan sanksi hukum terhadap perbuatan mubah (yang dilakukan masyarakat),
ketika kemaslahatan umum menuntut demikian....... undang-undang keputusan dan
program yang dikeluarkan kekuasaan perundangan merupakan hal berlaku dan wajib
ditaati secara syar’I dengan syarat tidak bertentanggan dengan nash-nash yang
jelas, prinsip-prinsip umum dan subtansi syari’at, apabila bertentangan dengan
hal-hal yang disebutkan terakhir, maka undang-undang keputusan dan program
pemerintah tersebut batal”
كما في الإقناع الجزء الثاني صحيفة 259 ما نصه :
تنبيه قال في الإحياء لو لم يدفع
الإمام إلى المستحقين حقوقهم من بيت المال فهل يجوز لأحد أخذ شيء من بيت المال
وفيه أربعة مذاهب أحدها لا يجوز أخذ شيء أصلا لأنه مشترك ولا يدري قدر حصته منه
قال وهذا غلول والثاني يأخذ كل يوم
قوت يوم والثالث يأخذ كفاية سنة والرابع يأخذ ما يعطى وهو قدر حصته قال وهذا هو
القياس لأن المال ليس مشتركا بين المسلمين كالغنيمة بين الغانمين والميراث بين
الوارثين لأن ذلك ملك لهم حتى لو ماتوا تقسم بين ورثتهم وهذا لو مات لم يستحق
وارثه شيئا انتهى تركها في المجموع
على هذا الرابع وهو الظاهر. اهـ.
Artinya:
“Imam Ghozali dalam kitab nya Ihya’, apabila seorang imam (penguasa) tidak
memberikan hak-hak kepada mustahiq (orang yang berhak ) dari baitul mal, apakah
boleh bagi seorang muslim untuk mengambil sesuatu dari baitul mal……? Dalam hal ini ada empat pendapat :
1).
Seorang tidak boleh sama sekali mengambil sesauatu dari baitul maal, karena
baitul maal adalah harta milik bersama dan ia tidak tahu berapa jatah yang
berhak menjadi miliknya.
2). Seorang boleh mengabil setiap
hari seukuran makanan pokok sehari.
3). Seorang boleh mengambil
seukuran biaya hidupnya selama setahun.
4). Seorang boleh mengambil jatah
yang diberikan kepadanya”.
Imam
Ghozali berkata, “Ini adalah hasil pengkiyasan karena harta baitul maal
bukanlah ‘milik bersama’ kaum muslimin seperti halnya ghonimah (rampasan
perang) diantara para penerima ghonimah, warisan diantara para ahli waris.
Dalam kasus yang terakhir ini, ghonimah dan warisan memang merupakan milik
mereka, sehingga apabila mereka meninggal hak akan dialihkan pada ahli
warisnya, sedangkan untuk kasus yang pertama (baitul maal), seorang ahli waris
tidak bisa mewarisi sesuatu”.
Sumber:
Hasil
Bahtsul Masail (Loka Karya) Fiqih Lingkungan, Di PP. Roudhotul Ulum Sumber
Wringin Jember. Tanggal 28-29 Januari 2002
0 Response to "Hukum Adat Di Kawasan Koservasi"
Post a Comment
Terimah Kasih Telah Berkunjung Ke blog yang sederhana ini, tinggalkan jejak anda di salah satu kolom komentar artikel blog ini! jangan memasang link aktif!