Ina Salma Febriani: Hadapi Cercaan dengan Shalawat
Entah yang sudah ke berapa kalinya, umat Islam kembali menghadapi cobaan
melalui penghinaan pada Rasulullah.
Dicerca, dihina, dilecehkan, direndahkan, bahkan tindak kekerasan fisik dan
verbal sekali pun adalah makanan sehari-hari Rasulullah di awal dakwah beliau.
Sebenarnya ada faktor lain yang menyebabkan mereka melakukan penghinaan
tersebut bukan sekadar benci atau dendam kesumat. Tapi lebih dari itu, mereka
sangat tahu betapa mulianya Rasulullah. Karena sangat mengagumi Rasulullah,
mereka tidak dapat mengekspresikan kekaguman tersebut. Maka dapat dimaklumi
mereka berbuat demikian.
Rasulullah SAW pun demikian, selalu membalas kejahatan dengan pengungkapan
ampunan pada Tuhan, karena kuffar Quraisy ‘belum tahu’ hakikat kebenaran.
Rasulullah hanya berdoa, “Maafkan mereka ya Allah, karena ketidaktahuan
mereka.”
Ketidaktahuan itu muncul salah satunya karena di dalam hati mereka ada
‘penyakit’. Penyakit itu timbul karena mereka yang ingkar dan dengki sehingga
Allah mengunci hati mereka dan sulit menerima kebenaran. “Dalam hati mereka ada
penyakit, maka Allah menambah penyakit mereka dengan apa yang mereka dustakan,”
(QS Al-Baqarah: 10).
Dari keingkaran tersebut, lahirlah sebuah godaan untuk mencerca, menghina dan
melecehkan pemeluk agama lain, motifnya memang berbeda-beda. Ada yang karena
tidak suka bumi Allah ini dipenuhi oleh pemeluk Islam yang kian hari makin banyak,
ada pula yang ingin menghancurkan persatuan umat Islam yang satu dengan yang
lainnya.
Apa pun motif terselubung dari fenomena ‘pelecehan’ ini, Rasulullah hanya
menganjurkan untuk melawan perbuatan oknum yang tidak bertanggung jawab itu
dengan pembuktian keimanan. Buktikan bahwa sedahsyat apa pun agama, Nabi,
ajaran Allah ini dihina, kita tetap teguh dan bersatu. Karena memang, jalan
anarkistis justru lebih merugikan umat Islam itu sendiri.
Dengan peristiwa ini, mungkin kita bisa memetik hikmah, antara lain, teguhkan
dan kuatkan keimanan dan persatuan kita di antara sesama umat Muslim—sebab
sampai kapan pun, non-Muslim tidak akan pernah ridha dengan agama Islam, hingga
kita mengikuti kepercayaan mereka.
Hal ini telah Allah firmankan dalam Surah Al-Baqarah ayat 120, “Dan tidak akan
pernah ridha kepadamu (Muhammad) orang-orang Yahudi maupun Nasrani, hingga
engkau mengikuti agama mereka…”
Kedua, biarlah Allah bertindak sesuai dengan kehendaknya, sebab Allah
Mahamenghakimi dan Menghukumi setiap insan yang berdosa, jika tidak di
dunia maka siksaan tersebut Allah tangguhkan di hari Kiamat kelak, saat dimana
kuffar memohon, memelas, meminta, mengemis, agar siksaan nan pedih dihilangkan
darinya.
“Maka tunggulah hari ketika langit membawa kabut yang nyata meliputi manusia.
Inilah azab yang pedih. Mereka berdoa, “Ya Allah, lenyapkanlah kami dari azab
itu. Sesungguhnya kami akan beriman. ‘Bagaimanakah mereka dapat menerima
peringatan, padahal mereka telah datang kepada mereka Rasul yang memberi
peringatan kemudian mereka berpaling daripadanya dan mereka berkata, ‘Dia
adalah penerima ajaran dari orang dan ia adalah orang gila. Sungguh, jika Kami
lenyapkan siksaan itu sebentar saja, pasti mereka akan (kembali) ingkar’.” (QS
Ad-Dukhan: 10-15)
Ketiga, rutinkan diri memberikan ‘hadiah’ untuk Rasulullah SAW dengan
bershalawat kepadanya. “Sungguh, Allah dan para malaikat bershalawat untuk
Nabi, wahai orang yang beriman, bershalawatlah pada (Nabi) dan mohonlah
keselamatan dengan keselamatan sesungguhnya.” (QS Al-Ahzab: 56). Wallahu
a’lam.
Sumber: www.repulika.co.id
0 Response to "Ina Salma Febriani: Hadapi Cercaan dengan Shalawat"
Post a Comment
Terimah Kasih Telah Berkunjung Ke blog yang sederhana ini, tinggalkan jejak anda di salah satu kolom komentar artikel blog ini! jangan memasang link aktif!