Kasus Samad dan Masa Depan KPK
Kasus Samad dan Masa Depan KPK - Bahwa menjelang Pemilihan Presiden (Pilpres) tahun 2014, Ketua Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK) Abraham Samad sering melakukan kontak-kontak
politik dengan orang-orang PDIP dan atau dengan Tim Capres Jokowi, itu bukanlah
berita baru.
Kita sudah lama tahu dan tidak ada
alasan untuk tidak percaya. Soal pertemuan Abraham Samad dengan Jokowi di
Bandara Adisutjipto Yogyakarta, misalnya, pada saat itu pers memberitakannya
secara besar-besaran. Bahkan majalah mingguan Tempo menulis detail, bagaimana
Abraham Samad tiba-tiba meninggalkan forum ceramahnya di UGM dan langsung lari
ke bandara untuk menemui Jokowi begitu mendapat SMS bahwa Jokowi berada di
bandara tersebut.
Tidak ada yang salah jika Abraham
Samad secara pribadi merancang masa depan peran politiknya untuk, misalnya,
menjadi calon presiden atau calon wakil presiden. Itu tidak salah dan merupakan
hak politik Abraham yang dilindungi oleh konstitusi, apalagi Abraham memang
sangat potensial dan mendapat banyak dukungan pada saat itu.
Kalau kita membuka file atau
kliping pemberitaan di sekitar Mei dan Juni 2014 akan terlihat betapa banyaknya
media massa menyebut nama Abraham sebagai salah seorang calon wapres yang layak
mendampingi Jokowi. Cyber troops atau pasukan media sosial pendukung Abraham
juga aktif meramaikan pertarungan politik di dunia maya saat itu.
Meskipun
memang agak sedikit janggal jika dikaitkan dengan kode etik bagi penegak hukum,
secara mendasar tidak ada yang salah dari komunikasi- komunikasi politik yang
dilakukan oleh Abraham itu. Ingat, waktu itu bangsa ini sedang mencari pasangan calon pemimpin
yang akan ditawarkan kepada rakyat.
Abraham Samad merupakan salah
seorang yang dianggap layak karena nyalinya besar untuk memerangi koruptor dan
dia punya hak politik untuk mengapitalisasi dukungan itu. Tetapi ketika pada
Kamis dua hari lalu Plt Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto mengungkap berbagai
pertemuan politik Abraham Samad dengan pihaknya menjelang Pilpres 2014,
masyarakat kaget, seakan- akan hal itu merupakan berita baru.
Muncullah kesan spontan, ini
serangan brutal terhadap KPK, tetapi dengan peluru bekas. Tetapi sebentar dulu,
tampaknya memang ada unsur baru dari berita itu, yakni Abraham Samad memakai
masker dan topi untuk menyembunyikan wajahnya dalam pertemuan-pertemuan yang
menurut Hasto ada buktibuktinya itu. Kalau benar, untuk apa Abraham harus
berdrama seperti itu?
Mengapa tidak terang-terangan saja
tampil berbicara tanpa topeng segala? Yang lebih mengagetkan adalah penjelasan
Hasto bahwa pada pertemuan itu Abraham menyatakan telah menolong orang PDIP
yang terkena kasus, tentu, sebagai bagian dari barter politiknya. Nah , kalau
itu benar, masalahnya menjadi sangat serius. Dunia penegakan hukum menjadi
sangat ternoda: penegak hukum menolong orang terlibat kasus hukum melalui
barter politik.
Demi kebenaran dan masa depan,
penegakan hukum masalah ini harus dituntaskan secara benderang. Kita berharap
cerita Hasto itu tidak benar adanya. Tapi cerita ini harus diungkap tuntas, tak
boleh menjadi bahan barter politik baru dalam kasus-kasus hukum yang sedang
berjalan. Apa pun yang menodai dan akan melemahkan KPK harus dibersihtuntaskan
tanpa membahayakan KPK itu sendiri.
Belakangan ini, para aktivis
prodemokrasi dan penegakan hukum memang sedang sangat mencemaskan masa depan
KPK. Lembaga penegak hukum yang gagah perkasa ini selalu mendapat serangan dari
berbagai penjuru untuk didegradasikan dengan berbagai cara agar
taring-taringnya habis dan akhirnya bubar. Bukan rahasia lagi, menguat pendapat
di masyarakat bahwa KPK tak disukai oleh banyak politisi yang selalu
mengganggunya dari Gedung DPR di Senayan.
Serangan balik para koruptor
(corruptors fight back) yang bersinergi dengan politisi penyerang KPK telah
benar-benar mencemaskan kita. Itu sudah sering dan sejak lama terjadi. Upaya
membonsai KPK melalui pengujian UU KPK ke Mahkamah Konstitusi telah dilakukan
belasan kali tetapi MK selalu memberi penguatan terhadap KPK.
Upaya mempreteli wewenang KPK
melalui revisi UU (legislative review) juga sudah sering dilemparkan tetapi
civil society masih selalu bisa menghalaunya. Kita sungguh cemas, jangan-jangan
pada tahun ini, melalui momentum pemilihan kembali komisioner KPK yang akan
habis masa baktinya pada Oktober 2015 taring-taring KPK benar-benar dicabut di
DPR. Untuk belasan tahun ke depan, kita masih sangat membutuhkan KPK demi masa
depan Indonesia yang lebih baik.
Kalau KPK
lumpuh atau dilumpuhkan, akan runtuhlah harapan kita untuk bisa memerangi
korupsi dengan efektif, padahal gurita korupsi sedang mengancam keselamatan
negara kita. Ke depannya,
kita berharap ada sinergitas positif antara Kejaksaan Agung, Polri, dan KPK
dalam memerangi korupsi demi keselamatan negara dan demi keselamatan kita.
Di antara
gulitanya kecemasan itu, kita masih bisa berharap KPK bisa baik-baik saja,
karena pada saat kampanye Pilpres Jokowi menyatakan akan mendukung KPK bahkan
akan menaikkan sepuluh kali lipat anggaran KPK. Dalam pada itu, dua hari lalu,
di depan silaturahim lintas politik Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam
(KAHMI) Wapres Jusuf Kalla mengatakan, ”Negara akan hancur dan bubar jika
pemerintahnya membiarkan ketidakadilan dan tidak bisa memerangi korupsi secara
sungguh-sungguh”.
Oleh: MOH MAHFUD MD, Guru Besar
Hukum Konstitusi
Sumber: http://nasional.sindonews.com/ | Sabtu, 24
Januari 2015 − 11:32 WIB
0 Response to "Kasus Samad dan Masa Depan KPK"
Post a Comment
Terimah Kasih Telah Berkunjung Ke blog yang sederhana ini, tinggalkan jejak anda di salah satu kolom komentar artikel blog ini! jangan memasang link aktif!