Shalat Berjamaah Berhadiah Dalam Perspektif Maslahah Madharat
Shalat Berjamaah Berhadiah Dalam Perspektif
Maslahah Madharat - Berita program shalat berjamaan berhadiah
mobil (TV One, 12/2/2014), cukup membuat heboh masyarakat. Program ini
merupakan program kebijakan dari Wali Kota Bengkulu, Helmi Hasan yang
dianggap unik dan nyleneh, di mana hadiah yang diberikan kepada warga yang
rajin shalat berjamaah berupa Umroh atau Haji Gratis dan mobil. Syarat untuk
hadiah umroh adalah warga harus melakukan shalat zuhur berjamaah di masjid
At-Taqwa sebanyak 42 kali berturut-turut. Selain itu apabila ada warga yang
mampu shalat zuhur di masjid tersebut sebanyak 52 kali berturut-turut
maka akan diberangkatkan haji. Bahkan jika konsisten, warga akan mendapatkan
mobil pribadi milik Wali Kota Bengkulu Helmi Hasan, yaitu Toyota Innova.
Kebijakan ini sempat dipertanyaan
oleh Ketua MUI Bengkulu. Menurutnya bahwa pemberian hadiah untuk warga yang
rajin sholat berjamaah rentan diskriminasi dan bias gender. Bagaimana mungkin
bisa shalat jamaah berturut-turut bagi jamaah wanita yang setiap bulannya dapat
"cuti" untuk tidak shalat. Program ini sudah dimulai Rabu kemarin
(12/2/2014) saat shalat zuhur ini kiranya menarik ditelaah. Peserta shalat
zuhur berjemaah dengan hadiah ongkos haji dan umrah serta mobil Innova dan
Avanza di Bengkulu itu didominasi pegawai negeri sipil Kota Bengkulu, jumlahnya
ribuan memadati Masjid At Taqwa tempat peluncuran perdana shalat dzuhur
berhadiah menarik tersebut, Rabu (12/2/2014).
Berdasarkan berita Kompas.com,
12/2/2014, peserta berdatangan di Masjid At Taqwa mayoritas adalah
Pegawai Negeri Sipil di masjid sekitar pukul 11.45 WIB. Mereka datang secara
bergelombang. Sebagian langsung mengisi kotak kardus yang disiapkan panitia
sesuai dengan status kepegawaian mereka, mulai PNS hingga honorer. Terkait
persoalan shalat jamaah berhadiah mobil tersebut, penulis mendapat data telaah
yang pro dan kontra. Ada yang berpendapat bahwa shalat berjamaah berhadiah
mobil merupakan pembelokkan niat ibadah dan dapat menimbulkan sikap syirik dalam
ibadah (TV One, 12/2/2014).
Pendapat yang
lain menyatakan bahwa shalat jamaah berhadiah mobil merupakan langkah kebijakan
yang baik yang menyemangati warganya untuk berjamaah dalam bentuk memberikan
stimulan dan tidak mempengaruhi keabsahan ibadah. Oleh karena itu, penulis mencoba
mentelaah dalam pertimbangan maslahah – madharat.
Manfaat Shalat
Berjamaah Shalat berjamaah merupakan syi'ar Islam yang sangat tinggi,
menyerupai shafnya malaikat ketika mereka beribadah, dan ibarat pasukan dalam
suatu peperangan, ia merupakan sebab terjalinnya saling mencintai sesama
muslim, saling mengenal, saling mengasihi, saling menyayangi, menampakkan
kekuatan, dan kesatuan.
Banyak umat Islam yang menganggap
remeh urusan shalat berjamaah. Kenyataan ini dapat kita lihat di sekitar kita.
Masih bagus mau shalat, pikir kebanyakan orang, sehingga tidak berjamaah pun
dianggap sudah menjadi muslim yang baik, layak mendapat surga dan ridha Allah.
Padahal, Nabi Muhammad, dalam shahihain, sampai pernah hendak membakar rumah
para sahabat yang enggan berjamaah. Kisah ini seharusnya dapat membuka mata
kita betapa pentingnya berjamaah dalam melaksanakan rukun Islam kedua ini. Jika
mengamati hadis-hadis yang berkaitan dengan shalat berjamaah, barangkali kita
dapat menyimpulkan sendiri bahwa hukum shalat berjamaah “nyaris” wajib.
Bagaimana tidak, Rasulullah saw menyatakan bahwa hanya ada tiga hal yang dapat
menjadi alasan bagi kita untuk meninggalkan shalat berjamaah; hujan deras,
sakit, dan ketiduran. Di luar itu, nabi akan sangat murka melihat umat Islam
menyepelekan shalat berjamaah. Perhatian Rasulullah saw ini cukup beralasan, karena
di dalam shalat berjamaah terdapat banyak hikmah dan manfaat bagi umat Islam,
baik untuk maslahat agama, dunia, dan akhirat.
Di antaranya : Allah telah
mensyariatkan pertemuan bagi umat ini pada waktu-waktu tertentu. Ada yang dilaksanakan secara berulang
kali dalam sehari semalam, yaitu shalat lima waktu dengan berjamaah di masjid.
Ada juga pertemuan yang dilaksanakan sekali dalam sepekan, yaitu shalat Jum'at.
Ada juga yang dilangsungkan setelah pelaksanaan ibadah yang agung, dan terulang
dua kali setiap tahunnya. Yaitu Idul Fitri sesudah pelaksanaan ibadah puasa
Ramadlan dan Idul Adha sesudah pelaksanaan ibadah Haji. Dan ada juga yang
dilaksakan setahun sekali yang dihadiri umat Islam dari seluruh penjuru negeri,
yaitu wukuf di Arafah. Semua ini untuk menjalin hubungan persaudaraan dan kasih
sayang sesama umat Islam, juga dalam rangka membersihkan hati sekaligus dakwah
ke jalan Allah, baik dalam bentuk ucapan maupun perbuatan. Itulah di antara beberapa arti
pentingnya dan hikmah shalat berjamaah yang diharapkan.
Menimbang Maslahah Madarat Program
walikota Helmi Hasan tentang Shalat berjamaah berhadiaah mobil dimaksudkan agar
warga Bengkulu menjadi warga yang religius dengan membiasakan melaksanakan
shalat berjamaah. Karena itulah, Helmi menyediakan hadiah bagi jamaah yang
rajin shalat berjamaah. Jika ditelusuri niat (maksud) Walikota kiranya hal itu
merupakan langkah terobosan yang unik yang menarik yang maslahah yang dapat
membuat rangsangan warga untuk meraih pahala shalat jamaah. Apalagi desain
dalam jamaah dimulai dengan siraman rohani untuk mengingatkan penting shalat
berjamaah. Hal ini kiranya merupakan langkah awal yang jitu bagaimana bisa
“mengurung” umat awam untuk mau berjamaah, yang selanjutnya mendengarkan
tausiyah pentingnya jamaah yang dapat membangkitkan semangat berjamaah shalat
dengan karena Allah. Hal ini sebagaimana pendapat Dr. H. Asrorunniam, MA
(Sekretaris Komisi Fatwa MUI Pusat) bahwa hadiah mobil hanya sekedar stimulan
untuk menyemangati umat awam untuk mau shalat berjamaah. Kemudian terkait
pendapat yang menyatakan bahwa shalat berjamaah berhadiah mobil dapat
membelokkan niat ibadah dan dapat menimbulkan kesyirikan dalam ibadah (TV One,
12/2/2014), kiranya memang perlu dipertimbangkan.
Dengan
memberikan arahan yang jelas kepada jamaah shalat yang mengikuti program ini,
untuk menata niat shalat berjamaah dengan baik, maka sisi kekhawatiran
pembelokkan niat dan dapat menimbulkan syirik dalam ibadah dapat diatasi dengan
baik. Walaupun mengarahkan menata niat kepada jamaah bukan merupakan pekerjaan
yang mudah apalagi niat merupakan pekerjaan hati yang sangat dalam. Oleh
karena itu dan merujuk pada Innamal a’malu binniat (semua perbuatan tergantung
niatnya), maka menata niat ibadah shalat berjamaah dalam program ini harus
benar niatnya yakni niat ibadah shalat berjamaah karena Allah sehingga harus
sangat hati-hati (ikhtiyath) dalam berniat, jangan sampai niat yang lain
seperti ingin mendapat hadiah mobil. Semoga program shalat berjamaah berhadiah
mobil ini dapat mendatangkan maslahah yakni mentradisikan umat berjamaah, amin
Oleh: Dr. H. Ahmad Izzuddin, M.Ag (Kepala Subdit Pembinaan Syariah dan
Hisab Rukyah Kemenag RI Pengasuh Pesantren Life Skill Daarun Najaah Semarang)
Sumber: http://bimasislam.kemenag.go.id/ | Thursday, 13
February 2014 | 16:00
0 Response to "Shalat Berjamaah Berhadiah Dalam Perspektif Maslahah Madharat"
Post a Comment
Terimah Kasih Telah Berkunjung Ke blog yang sederhana ini, tinggalkan jejak anda di salah satu kolom komentar artikel blog ini! jangan memasang link aktif!