Perintah Shalat Lima Waktu
Fasal tentang isra’
mi’raj (2)
Dalam perjalanan Isra'
Mi'raj, setelah melampaui Masjidil Aqsha, Nabi langsung diangkat naik sampai ke
langit tujuh, lalu Sidratul Muntaha dan Baitul Ma’mur. Imam Al-Bukhari
meriwayatkan, pada saat peristiwa Mi’raj, Nabi Muhammad SAW berada di Baitul
Ma’mur, Allah SWT mewajibkannya beserta umat Islam yang dipimpinnya untuk
mengerjakan shalat limapuluh kali sehari-semalam.
Nabi Muhammad menerima begitu saja dan langsung bergegas. Namun Nabi Musa
AS memperingatkan, umat Muhammad tidak akan kuat dengan limapuluh waktu itu. ”Aku
telah belajar dari pengalaman umat manusia sebelum kamu. Aku pernah mengurusi
Bani Israil yang sangat rumit. Kembalilah kepada Tuhanmu dan mitalah keringanan
untuk umatmu.”
Nabi Muhammad kembali menghadap Sang Rabb, meminta keringanan dan ternyata
dikabulkan. Tidak lagi lipapuluh waktu, tapi sepuluh waktu saja. Nabi Muhammad
pun bergegas. Namun Nabi Musa tetap tidak yakin umat Muhammad mampu melakukan
shalat sepuluh waktu itu. ”Mintalah lagi keringanan.” Nabi kembali dan akhirnya
memeroleh keringanan, menjadi hanya lima waktu saja."
Sebenarnya Nabi Musa masih berkeberatan dengan lima waktu itu dan menyuruh Nabi
Muhammad untuk kembali meminta keringanan. Namun Nabi Muhammad tidak berani. “Aku
sudah meminta keringanan kepada Tuhanku, sampai aku malu. Kini aku sudah ridha
dan pasrah.”
Nabi Muhammad memang mengakui bahwa pendapat Nabi Musa AS itu benar adanya.
Lima kali shalat sehari semalam itu masih memberatkan. Namun lima waktu itu
bukankah sudah merupakan bentuk keringanan?! Demikianlah.
Shalat telah diwajibkan bagi Nabi Muhammad SAW dan para pengikutnya sejak
diturunkannya firman Allah pada awal kenabian,
يَا أَيُّهَا الْمُزَّمِّلُ. قُمِ اللَّيْلَ
إِلَّا قَلِيلاً
Hai orang yang berselimut (Muhammad),),bangunlah (untuk sembahyang) di malam
hari, kecuali sedikit (daripadanya)... (QS. Al-Muzzammil, 73:1-19)
Ini adalah petunjuk bahwa Rasulullah dan para pengikutnya yang baru berjumlah
sedikit kala itu memiliki kewajiban untuk bangun pada tengah malam untuk
menjalankan kewajiban. Menurut Ibnu Abbas, Ikrimah, Mujahid, al-Hasan, Qatadah,
dan ulama salaf lainnya, kewajiban shalat malam dihapuskan setelah ayat ke 20
atau ayat terakhir dari surat al-Muzammil ini diturunkan oleh Allah SWT.
إِنَّ رَبَّكَ يَعْلَمُ أَنَّكَ تَقُومُ
أَدْنَى مِن ثُلُثَيِ اللَّيْلِ وَنِصْفَهُ وَثُلُثَهُ وَطَائِفَةٌ مِّنَ الَّذِينَ
مَعَكَ وَاللَّهُ يُقَدِّرُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ عَلِمَ أَن لَّن تُحْصُوهُ فَتَابَ
عَلَيْكُمْ فَاقْرَؤُوا مَا تَيَسَّرَ مِنَ الْقُرْآنِ عَلِمَ أَن سَيَكُونُ مِنكُم
مَّرْضَى وَآخَرُونَ يَضْرِبُونَ فِي الْأَرْضِ يَبْتَغُونَ مِن فَضْلِ اللَّهِ
Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri (sembahyang) kurang
dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan (demikian
pula) segolongan dari orang-orang yang bersama kamu. Dan Allah menetapkan
ukuran malam dan siang. Allah mengetahui bahwa kamu sekali-kali tidak dapat
menentukan batas-batas waktu-waktu itu, maka Dia memberi keringanan kepadamu,
karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Qur'an. Dia mengetahui bahwa
akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit dan orang-orang yang berjalan di
muka bumi mencari sebagian karunia Allah...
Pelaksanaan ibadah shalat menunjukkan bahwa Baitul Maqdis di Yerusalem
merupakan salah satu tempat sangat penting posisinya dalam agama Islam sebagai
kiblat pertama umat Islam. Kurang lebih 13 tahun lamanya Nabi Shalat dan para
pengikutnya menghadap Baitul Maqdis, sebelum akhirnya Allah memerintahkan umat
Islam untuk memindahkan kiblatnya ke Ka'bah di Makkah. Pemindahan arah kiblat
ini terjadi di tengah-tengah ibadah shalat sedang berlangsung. Masjid tempat
dilaksanakan shalat ketika perintah berpindah kiblat ini diturunkan hingga
sekarang disebut sebagai Masjid Kiblatain (Masjid Dua Kiblat).
Allah senantiasa melibatkan Masjidil Aqsho dalam setiap perkembangan
ajaran-ajaran seputar Shalat. Termasuk menghadap ke Baitul Maqdis sebelum
dipindahkan kiblatnya ke Ka'bah. Perintah Shalat lima waktu diterima setelah
Rasulullah dikaruniai singgah di Baitul Maqdis (QS. Al-Isra', 17:1) dalam
perjalanan menuju Sidratul Muntaha.
Imam Syafi'i menyatakan, "Saya sangat suka beri'tikaf di Masjid (Baitul
Maqdis), lebih dari Masjid manapun." Ketika ditanya alasannya, Beliau
menjawab, "Di sinilah tempat berkumpul dan dikuburkannya beberapa Nabi
Allah."
Sumber: nu.or.id
0 Response to "Perintah Shalat Lima Waktu"
Post a Comment
Terimah Kasih Telah Berkunjung Ke blog yang sederhana ini, tinggalkan jejak anda di salah satu kolom komentar artikel blog ini! jangan memasang link aktif!