Karakteristik Tafsir al-Azhar dan Tafsir al-Misbah
Karakteristik
Tafsir al-Azhar
Tafsir
ini pada mulanya merupakan rangkaian kajian yang disampaikan pada kuliah subuh
oleh Haji Abdul Malik Karim Amrullah di Masjid al-Azhar yang terletak di
Kebayoran Baru sejak tahun 1959. Nama al-Azhar bagi Masjid tersebut telah
diberikan oleh Syeikh Mahmud Shaltut, Rektor Universitas al-Azhar semasa
kunjungan beliau ke Indonesia pada Desember 1960 dengan harapan supaya menjadi
kampus al-Azhar di Jakarta. Penamaan tafsir Haji Abdul Malik Karim Amrullah
dengan nama Tafsir al-Azhar berkaitan erat dengan tempat lahirnya tafsir tersebut
yaitu Masjid Agung al-Azhar.
Terdapat
beberapa faktor yang mendorong Haji Abdul Malik Karim Amrullah untuk
menghasilkan karya tafsir tersebut. Hal ini dinyatakan sendiri oleh Haji Abdul
Malik Karim Amrullah dalam mukadimah kitab tafsirnya. Di antaranya ialah
keinginan beliau untuk menanam semangat dan kepercayaan Islam dalam jiwa
generasi muda Indonesia yang amat berminat untuk memahami al-Qur’an tetapi
terhalang akibat ketidakmampuan mereka menguasai ilmu Bahasa Arab.
Kecenderungan beliau terhadap penulisan tafsir ini juga bertujuan untuk
memudahkan pemahaman para muballigh dan para pendakwah serta meningkatkan
keberkesanan dalam penyampaian khutbah-khutbah yang diambil daripada
sumber-sumber Bahasa Arab.
Haji
Abdul Malik Karim Amrullah memulai Tafsir al-Azharnya dari surah al-Mukminun
karena beranggapan kemungkinan beliau tidak sempat menyempurnakan ulasan
lengkap terhadap tafsir tersebut semasa hidupnya. Mulai tahun 1962, kajian
tafsir yang disampaikan di Masjid al-Azhar ini, dimuat di majalah Panji Masyarakat.
Kuliahtafsir ini terus berlanjut sampai terjadi kekacauan politik di mana
Masjid tersebut telah dituduh menjadi sarang “Neo Masyumi” dan “Haji Abdul
Malik Karim Amrullahisme”. Pada tanggal 12 Rabi’ al-Awwal 1383H/27 Januari
1964, Haji Abdul Malik Karim Amrullah ditangkap oleh penguasa orde lama dengan
tuduhan berkhianat pada negara. Penahanan selama dua tahun ini ternyata membawa
berkah bagi Haji Abdul Malik Karim Amrullah karena ia dapat menyelesaikan
penulisan tafsirnya.
Tafsir
al-Azhar merupakan karya Haji Abdul Malik Karim Amrullah yang memperlihatkan
keluasan pengetahuan beliau, yang hampir mencakup semua disiplin ilmu penuh
berinformasi. Sumber penafsiran yang dipakai oleh Haji Abdul Malik Karim
Amrullah antara lain, al-Qur’an, Hadits Nabi, pendapat Tabi’in, riwayat dari
kitab tafsir mu’tabar seperti al-Manar dan Mafatih al- Ghayb, serta juga dari
syair-syair seperti syair Moh. Ikbal. Tafsir ini ditulis dalam bentuk pemikiran
dengan metode analitis atau tahlili. Karakteristik yang tampak dari tafsir
al-Azhar ini adalah gaya penulisannya yang bercorak adabi ijtima’i (sosial
kemasyarakatan tafsir yang dikembangkan oleh Muhammad Abduh) yang dapat dengan
begitu kentalnya warna setting sosial budaya Indonesia yang ditampilkan oleh
Haji Abdul Malik Karim Amrullah dalam menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an.
Karakteristik
Tafsir al-Misbah
Sebelum
menulis karya tafsir ini, Quraish Shihab sudah banyak menulis tafsir al-Qur’an,
namun kebanyakan merupakan tafsir tematis. Di antaranya adalah Membumikan al
Qur’an, Lentera Hati, dan Wawasan al-Qur’an. Shihab juga pernah menyusun tafsir
Tahlili dengan metode nuzuli yaitu membahasakan ayat-ayat al- Qur’an sesuai
dengan urutan masa turunnya surat-surat al-Qur’an dan sempat diterbitkan oleh
Pustaka Hidayah pada tahun 1997 dengan judul Tafsir al Qur’an al- Karim. Namun
Quraish Shihab kemudian melihat bahwa karyanya tersebut kurang menarik minat
masyarakat, karena pembahasannnya banyak bertele-tele dalam persoalan kosa kata
dan kaidah yang disajikan. Oleh karena itu ia tidak melanjutkan. Kemudian ia
menulis dalam rangka memenuhi kebutuhan
masyarakat yang ia berinama Tafsir al-Misbah Pesan Kesan dan Keserasian
al-Qur’an Dari pemberian judul tafsirnya ini dapat diterka perhatian yang ingin
ditekankan oleh Qurasih Shihab dalam tafsirnya ini.
Tafsir
al-Misbah diterbitkan pertama kali tahun 2000 oleh Lentera Hati Jakarta.
Pembagian volume tafsir al Misbah didasarkan atas ketuntasan pembahasan
surat-surat dalam al-Qur’an sehingga masing-masing volume mempunyai kuantitas
yang berbeda, tergantung dari banyaknya surat yang dibahas dalam masing-masing
volume. Tercatat sebanyak 15 volume dari tafsir al-Misbah.
Sesuai
dengan perhatian Shihab terhadap tafsir tematis, maka Tafsir al- Misbah ini pun
disusun dengan tetap berusaha menghidangkan setiap bahasan surat pada apa yang
disebut dengan tujuan surat atau tema pokok surat. Hal ini dapat disaksikan
misalnya ketika mencoba menafsirkan surat al-Baqarah, Quraish Shihab
menjelaskan bahwa tema pokok surat ini adalah ayat yang membicarakan tentang
kisah al Baqarah yaitu kisah Bani Israil dengan seekor Sapi. Melalui kisah al-
Baqarah ditemukan bukti kebenaran petunjuk Allah, meskipun pada mulanya tidak
bisa dimengerti. Kisah ini juga mebuktikan kekekuasaan Allah. Karena itulah
sebenarnya surat al-Baqarah berkisar pada betapa haq dan benarnya kitab suci
al- Qur’an dan betapa wajar petunjuknya untuk diikuti.
Dalam
tafsirnya ini Quraish Shihab banyak mengambil inspirasi dari beberapa mufassir
terdahulu, di antaranya adalah Ibrahim Ibn Umar al-Biqa’I (w.885H/1480M),
Muhammad Tantawi pemimpin tinggi al Azhar, Mutawalli al- Sha’rawi, Sayyid Qutb,
Muhammada Tahir b. Ashur, dan Muhammad Husayn Tabataba’i.
0 Response to "Karakteristik Tafsir al-Azhar dan Tafsir al-Misbah"
Post a Comment
Terimah Kasih Telah Berkunjung Ke blog yang sederhana ini, tinggalkan jejak anda di salah satu kolom komentar artikel blog ini! jangan memasang link aktif!