Pernikahan Yang Dilarang Oleh Agama Islam

Pernikahan Yang Dilarang Oleh Agama Islam
Agama Islam menganjurkan perkawinan dengan tujuan tertentu yang telah disunnahkan oleh Rasulullah Saw. Melaksanakan suatu perkawinan dengan tujuan yang menyimpang dari tujuan yang telah ditentukan atau disunnahkan oleh Rasulullah merupakan perkawinan yang dibenci oleh Nabi dan tidak sesuai dengan yang disyari’atkan oleh agama Islam, sehingga agama Islam melarang perkawinan yang demikian itu.

Perkawinan yang menyimpang dari tujuan yang ditentukan, ialah perkawinan yang mempunyai tujuan antara lain: hanya untuk memuaskan hawa nafsu saja, bukan untuk melanjutkan keturunan, tidak bermaksud untuk membentuk rumah tangga yang damai bahagia, dan tidak dimaksudkan untuk selama-lamanya tetapi hanya untuk sementara waktu saja.

Beberapa perkawinan yang dilarang oleh agama Islam ialah:
a.       Nikah Mut’ah
b.      Nikah Muhallil atau Tahlil
c.       Nikah Syighar
d.      Nikah Tafwidh.

Nikah Mut’ah
Istilah Mut’ah berasal dari kata Tamattu’ yang artinya menikmati. Dalam istilah Fiqih kawin Mut’ah ialah perkawinan yang dilakukan oleh seseorang laki-laki terhadap wanita dengan batas waktu tertentu, misalnya untuk satu hari, satu minggu dan seterusnya.

Ibnu Hazm menyebutkan bahwa nikah Mut’ah adalah nikah dengan batasan waktu tertentu dan dilarang dalam agama. Nikah ini pernah diperbolehkan pada masa Rasulullah Saw, namun kemudian Allah SWT menghapus atau melarangnya. Seperti yang tertera dalam hadits.

عن على رضي الله عنه، نهى رسول الله صلى  الله عليه وسلم، نهى المتعة وعن لحوم الحمر
الا هلية زمن خيبر (متفق عليه)
Artinya:”Dari Ali r.a ia berkata, Rasulullah Saw telah melarang nikah mut’ah dan makan daging khimar pada zaman khaibar(H. R Muttafaqun'Alaih)”.
Nikah Sighar
Yang dimaksud dengan Syighar adalah tukar menukar, yaitu: seorang laki-laki memberikan saudara wanitanya, anak perempuannya/anak perempuan di bawah perwaliaannya kepada seorang laki-laki dengan imbalan diterimanya anak perempuan/saudara perempuan bawah perwaliaannya, tanpa memakai maskawin, seperti dijelaskan dalam sebuah hadits:

عن نافع عن ابن عمر رضي الله عنهما ان رسول الله صلعم: نهى عن الشغار والشغار ان يزوج الرجل ابنته على ان يزوج الاخر ابنته ليس بينهما صداق (متفق عليه)
Artinya:”Dari Ibnu Umar r.a, Rasulullah melarang perbuatannya syighar (dan kemudian dijelaskan dengan perkataannya), syighar ialah laki-laki mengawinkan dengan imbalan dia dikawinkan kepada anak perempuan dari laki-laki tadi keduanya tanpa memberikan maskawin (H. R. Muttafaqun’Alaih)".

Maharnya di sini ialah kelamin masing-masing wanita itu yang dimiliki laki-laki tersebut diatas.

Nikah Tahlil
Tahlil artinya menghalalkan, maksud yang dikehendaki menurut ilmu fiqh ialah suatu bentuk perkawinan yang semata-mata untuk menghalalkan kembalinya suami kepada mantan istrinya, akibat dari hak rujuk setelah talak ketiga. Seperti yang dijelaskan dalam hadits yang berbunyi: artinya:”Rasulullah SAW, melaknat muhallil dan muhallil lahu.”
وعن ابن مسعود رضي الله عنه قال لعن رسول الله صلى الله عليه وسلم، المحلل والمحلل له (رواه النسائ والترمذى)
Artinya: ”Dari Ibn Mas'ud r.aberkata Rasulullah Saw, melaknat muhallil dan muhallil lahu.” (H.R An-Nasa'I dan At-Turmudzi).
Menurut hukum Islam seorang isteri yang telah ditalak tiga oleh suaminya, tidak diperbolehkan kawin kembali dengan bekas suaminya kalau belum memenuhi syarat-yarat tertentu, yaitu:
a.       Harus kawin dengan laki-laki lain.
b.      Sudah berhubungan suami istri.
c.       Ditalak oleh suaminya yang  baru tadi.
d.      Habis masa iddahnya.

Nikah Tafwidh
“Nikah Tafwidh” ialah nikah yang di dalam sighat akadnya tidak dinyatakan kesediaan membayar mahar (maskawin) oleh pihak calon suami kepada pihak calon istri.

Referensi:
-Al-Imam Muhammad bin Ismail Al-Amin Al-Yuman As-Shinaa'I, Subulussalam-Sarah Bulughul Maram, Juz III (Bairut Libanon: Darul Kutby al-Alamiah, 1788)
-Mahtuf Ahnan, Risalah Fiqih Wanita (Surabaya: Penerbit Terbit Terang, t.th.)
-Rahmad Hakim, Hukum Perkawinan Islam (Bandung: Pustaka setia, 2000)
-Soemiyati, Hukum Perkawinan Islam dan Undang-Undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974 (Cet. V: Yogjakarta: Penerbit Liberty, 1999)

SUBSCRIBE TO OUR NEWSLETTER

Sarana Belajar Hukum Islam dan Hukum Positif

0 Response to "Pernikahan Yang Dilarang Oleh Agama Islam"

Post a Comment

Terimah Kasih Telah Berkunjung Ke blog yang sederhana ini, tinggalkan jejak anda di salah satu kolom komentar artikel blog ini! jangan memasang link aktif!