Maqamat At-Tawadhu dalam Tasawuf
Maqamat At-Tawadhu dalam Tasawuf - Pengertian Tawadhu’ adalah rendah hati, tidak sombong.
Pengertian yang lebih dalam adalah kalau kita tidak melihat diri kita memiliki
nilai lebih dibandingkan hamba Allah yang lainnya. Orang yang tawadhu’ adalah
orang menyadari bahwa semua kenikmatan yang didapatnya bersumber dari Allah
SWT. Yang dengan pemahamannya tersebut maka tidak pernah terbersitsedikitpun
dalam hatinya kesombongan dan merasa lebih baik dari orang lain, tidak merasa
bangga dengan potrensi dan prestasi yang sudah dicapainya. Ia tetap rendah diri
dan selalu menjaga hati dan niat segala amal shalehnya dari segala sesuatu
selain Allah. Tetap menjaga keikhlasan amal ibadahnya hanya karena Allah.
Tawadhu ialah
bersikap tenang, sederhana dan sungguh-sungguh menjauhi perbuatan takabbur
(sombong), ataupun sum’ah ingin diketahui orang lain amal kebaikan kita.
Tawadhu
merupakan salah satu bagian dari akhlak mulia, jadi sudah selayaknya kita
sebagai umat muslim bersikap tawadhu, karena tawadhu merupakan salah satu
akhlak terpuji yang wajib dimiliki oleh setiap umat islam.
Ibnu Quddamah rahimahullah
mengatakan dalam pembahasannya tentang tawadhu': 'Ketahuilah, sesungguhnya
makhluk ini sama seperti makhluk lainnya, mempunyai dua sisi dan pertengahan: maka sisinya yang cenderung
berlebihan dinamakan sombong, dan sisi lainnya yang cenderung kepada kekurangan
dan kerendahan disebut kehinaan, dan pertengahan dinamakan tawadhu' dan itulah
yang terpuji yaitu merendahkan diri tanpa menghinakan diri.
Ibnu al-Atsir rahimahullah
berkata: maksud beliau adalah tawadhu' dan merendahkan diri, dan agar beliau
tidak termasuk orang-orang sombong yang congkak. Khalifah Umar r.a mendidik
para penjabatnya agar bersifat rendah hati terhadap rakyat dan melarang mereka
menghinakan manusia, sebagaimana dia r.a mengajarkan kepada manusia tentang hak
mereka agar mereka hidup secara mulia.
Fudhail bin
‘Iyadh rahimahulawlah mendefinisikan tawadhu’ dengan katanya: yaitu merendahkan
diri terhadap kebenaran, tunduk kepadanya, dan menerimanya dari orang yang
mengatakannya.’ Tunduk terhadap kebenaran adalah kemuliaan yang sebenarnya,
karena ia adalah taat kepada Allah SWT, kembali kepada kebenaran, dan
membiasakan diri agar tidak terus-menerus di atas kebatilan.
Kita melihat
bahwa tawadhu, di samping sebagai akhlak yang terpuji, ia merupakan penjaga
agar tidak terjerumus dalam perbuatan zalim, dan memelihara dari sifat sombong
dan berbangga diri terhadap saudara-saudara seagama.
Orang-orang
yang dicintai Allah SWT dan mereka mencintainya adalah orang-orang yang
tawadhu. Tidak ada kontradiksi di antara
sikap keras terhadap orang-orang kafir dan sikap lembut terhadap orang-orang
yang beriman. Khalifah Umar r.a mendidik
para penjabatnya agar bersifat rendah diri terhadap rakyat mereka.
Termasuk sifat tawadhu
adalah mengakui kesalahan dan menerima permohonan maaf dari orang lain. Merendahkan diri termasuk sifat orang yang
maju untuk memimpin manusia. Termasuk
tawadhu adalah tunduk terhadap kebenaran dan mematuhinya. Termasuk yang membantu sifat tawadhu adalah
mengingat asal kejadian manusia.
Sifat tawadhu
yang paling agung adalah saat berada di puncak kekuatan dan kemenangan. Termasuk yang membantu bersifat tawadhu
adalah mengingat pahala tawadhu dan ancaman dosa terhadap orang-orang yang
sombong. Cukuplah sebagai kemuliaan orang yang tawadhu adalah kecintaan hamba-hamba
Allah SWT kepadanya dan Allah SWT meninggikan derajatnya.
0 Response to "Maqamat At-Tawadhu dalam Tasawuf"
Post a Comment
Terimah Kasih Telah Berkunjung Ke blog yang sederhana ini, tinggalkan jejak anda di salah satu kolom komentar artikel blog ini! jangan memasang link aktif!