Prof DR Azyumardi Azra: Setelah Ali, Tak Ada Lagi Khilafah
Belakangan
ini, wacana khilafah Islamiyah diangkat lagi, terutama untuk melawan hegemoni
Barat yang terus mengancam ketentraman dan ketenangan umat Islam. Kasus yang
paling anyar adalah pemunculan kartun Nabi Muhammad SAW di sejumlah media massa
Barat. Ada kalangan yang berpandangan, kalau ada kekhalifahan Islam, kondisi
umat Islam tak akan selemah seperti sekarang ini. Boleh dikata, umat Islam saat
ini sudah kehilangan 'izzah (kemuliaan). Apa yang membuat khilafah di masa lalu
kokoh kedudukannya dan apa pula yang menyebabkannya hancur? Berikut ini
wawancara dengan Prof DR Azyumardi Azra.
Bisa dijelaskan
soal Khilafah Islamiyah?
Saya kira dari sudut sejarah soal khilafah
Islamiyah dimulai dengan berdirinya Al-Khulafaur Rasyidin (Pemerintahan pasca
nabi) yang ditandai dengan empat khalifah; Abu Bakar Ash Shiddiq, Umar bin
Khaththab, Usman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib. Para khalifah ini menyebut
diri mereka adalah Khalifah Rasulullah (penganti Rasulullah) yang sudah
meninggal. Satu hal yang menarik dan sangat penting dari sejarah Al-Khulafaur
Rasyidun ini, bahwa pemilihan dan pengangkatan mereka menjadi khalifah
didasarkan pada kelebihan-kelebihan dan keunggulan-keunggulan pribadi mereka.
Abu Bakar Ash Shiddiq dinominasikan dan dibai'at bersama-sama oleh yang
mengambil prakarsa mencalonkan Abu Bakar Ash Shiddiq, yaitu Umar bin Khaththab.
Karena setelah Nabi Muhammad wafat, orang Muhajirin dan Anshor, ribut. Mereka
ingin masing-masing pihak yang memimpin umat. Ini sampai menimbulkan masalah di
Bani Tsakifah. Sampai kemudian pemakaman Nabi Muhammad tertunda. Ketika itulah
Umar bin Khaththab melihat ada bahaya maka kemudian harus ada pemimpin, khalifah yang
menggantikan Nabi Muhammad SAW sebagai pemimpin umat Islam. Umar bin Khaththab
mengangkat Abu Bakar Ash Shiddiq menjadi khalifah dan dia berbai'at yang
diikuti oleh kaum Muslimin yang lainnya. Kenapa Abu Bakar Ash Shiddiq yang
diangkat?
Karena waktu itu beliaulah yang paling dekat
dengan Rasulullah SAW sejak awal bersama-sama dengan Nabi mengembangkan Islam.
Kemudian setelah Abu Bakar maka mengusulkan Umar bin Khaththab supaya diterima
dan tentu saja kita tahu kelebihan-kelebihan Umar dan kelemahannya. Kemudian
Umar bin Khaththab mencalonkan enam orang sebagai penggantinya, diantaranya
Usman dan Ali. Ali mengusulkan Usman bin Affan karena lebih senior. Tapi, yang
lainnya melalui nominasi. Sejak kekhalifahan dipimpin Usman, suasana umat Islam
ribut karena dinilai lemah. Ada lagi yang menganggap lebih mengutamakan
keluarganya dan saudaranya. Maka terjadilah konflik yang berakhir dengan
terbunuhnya Usman. Ali naik sebagai khalifah, sedangkan para pendukung Usman
yang dipimpin Muawiyah melanjutkan perlawanan. Akhirnya terjadi perang Shiffin.
Setelah Ali terbunuh, kekuasaan kepemimpinan dalam Islam dipegang oleh Muawiyah
dan Abu Sofyan. Kemudian mendirikan Dinasti Umayah. Menurut saya, dengan
munculnya Dinasti Umayyah, sesungguhnya berakhir sudah kekhalifahan Islam.
Jadi, kalau kita lihat sejarah Al-Khulafaur Rasyidin, masa yang relatif dan
stabil adalah masa Abu Bakar dan Umar. Setelah itu tidak ada lagi khilafah.
Mengapa begitu?
Zamannya sudah berbeda, sifatnya berbeda pula.
Kalau Al Khulafaur Rasyidin pemilihannya berdasarkan keunggulan, kesalehan,
keutamaan, ketakwaan, dan sebagainya. Sedang sejak Muawiyah bin Abu Sofyan,
kekuasaan menjadi warisan. Muawiyah
mewariskan kekuasaan kepada anaknya, Yazid bin Muawiyah bin Abi Sofyan menjadi
penguasa di Bani Umayah. Oleh karena itu, saya setuju dengan pendapat sejarawan
Ibnu Khaldun. Dia mengatakan sesugguhnya dengan berakhirnya Al-Khulafaur
Rasyidin, berakhirnya pemerintahan Ali bin Abi Thalib, maka berakhirlah
khilafah. Yang ada sesudahnya bukan lagi khilafah tapi adalah mamlakah
(kerajaan) yang dikuasai oleh keluarga-keluarga atau bani-bani. Sedang
prinsip-prinsip Islam berdasarkan prinsip musyawarah, egalitarian, dan tidak
ada perbedaan antar umat Islam kecuali karena ketakwaan. Setelah Ali, kekuasaan
berdasarkan tali darah semua. Dan itu tidak cocok dengan ajaran Islam. Ada
wacana lain tentang kekhilafahan?
Wacana khilafah pada masa modern yang menurut
saya yang mungkin paling cocok adalah apa yang dikemukakan Abul A'la
Almaududhi. Almaududi bilang bahwa khilafah ini bukan milik hanya kaum Quraish.
Seperti dalam hadis, al aimmatu min Quraisyhin (Para imam, pemimpin itu itu
dari bangsa Quraish). Tapi, itu ditolak. Jadi, pemimpin itu dari bangsa
Quraish. Tapi, itu ditolak karena khalifah itu diukur berdasarkan kualifikasi
keilmuannya, kesalehannya, ketakwaannya, dan terbuka untuk siapa saja. Jadi
menurut saya, kalau ada orang yang menggagas mengenai khilafah pada masa
sekarang maka rujukannya harus Al-Khulafaur Rashidin. Tanpa khilafah, Muslim
tidak mempunyai gigi. Di Palestina, Muslim jadi bulan-bulanan, kita tak bisa
berbuat apa-apa? Bagaimana Anda melihat wacana ini?
Ya tentu menurut saya kalau kita mau menggagas
kekhilafahan, maka modelnya bukan format Turki Usmani. Juga bukan Abbasiyah.
Tapi model Al-Khulafaar Rasyidin. Apakah mungkin untuk saat ini?
Saya nggak bilang nggak mungkin. Bisa-bisa saja.
Tapi yang jelas banyak hambatan. Pertama, hambatan yang paling besar itu tentu
saja adalah eksistensi dari nation state (nagara bangsa) yang sudah begitu
mapan di negara-negara di dunia Muslim. Apakah mungkin misalnya, Anda
menyatukan katakanlah Saudi dengan Iran atau Libya. Perbedaannya bukan sekadar
perbedaan mazhab yang satu syiah dan satu lagi sunni, Bukan itu. Tapi perbedaan
politik dan kepentingan politik masing-masing. Seperti model kepausan dalam
agama Katholik?
Kalau Paus itu otoritas keagamaan bukan otoritas
politik. Tapi, Al-Khulafaur Rasyidin memiliki otoritas kedua-duanya, yaitu
politik dan agama. Sedangkan pada masa Dinasti Abbasiyah dan Umayyah, sudah
berpisah otoritas keagamaan dan otoritas politik. Kenapa? Karena umumnya para
pemimpinnya di Dinasti Umayah ini semuanya dikenal bukan sebagai orang yang
saleh, berilmu, bahkan berakhlak baik. Hanya satu dari sekian banyak khalifah
di Dinasti Umayyah itu dikenal sebagai orang yang baik, taat, saleh, dan takwa,
semisal Umar bin Abdul Aziz.
0 Response to "Prof DR Azyumardi Azra: Setelah Ali, Tak Ada Lagi Khilafah"
Post a Comment
Terimah Kasih Telah Berkunjung Ke blog yang sederhana ini, tinggalkan jejak anda di salah satu kolom komentar artikel blog ini! jangan memasang link aktif!